Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Sabtu, 18 Agustus 2018, 20:00 WIB

Lapeeer... lapeeer... Lapeeer....

 

Sedikit lagi posisi masuk Kecamatan Nanggulan di Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta. Mendadak kepingin makan makanan ndeso di Rumah Makan Geblek Pari. Tapi, kok sepertinya makan di Geblek Pari sudah terlalu mainstream ya? Apalagi Minggu siang (24/6/2018) begini. Geblek Pari jangan-jangan sedang ramai-ramainya?

 

Haduh....

 

Oleh karena Dwi sudah setuju makan di Geblek Pari, jadilah sepeda motor tetap digas menuju ke sana. Kalau ganti haluan, nanti bisa-bisa dia bete. Kalau batal, nanti bisa-bisa dia ngambek sepanjang hari.

 

 

Pas lagi asyik-asyiknya ngegas sepeda motor, ndilalah di sisi selatan jalan sebelum Pasar Kenteng berdiri papan promosi besar yang mencantumkan tulisan Iwak Kutuk, Kopi Kenteng, dan Makanan Tradisional. Jaraknya katanya cuma 300 meter.

 

Hm, hm, hm....

 

Sepertinya, itu tempat makan baru deh. Pingin jadi saingannya Geblek Pari apa ya?

 

Karena penasaran, Dwi pun ditanya pendapat. Dirinya bilang boleh-boleh saja nyobain makan di situ. Hitung-hitung menambah pengalaman mengganyang makanan ndeso selain di Geblek Pari.

 

papan nama rumah makan kopi kenteng di kecamatan nanggulan kulonprogo yogyakarta

 

Alhasil, sepeda motor pun dibelokkan masuk ke cabang jalan kampung yang sepi pelintas. Sepertinya, tempat ini cuma beda wilayah RT/RW dengan RT/RW-nya Geblek Pari. Sama-sama terletak di Dusun Pronosutan di Desa Kembang di Kecamatan Nanggulan.

 

Perjalanan menuju Rumah Makan Kopi Kenteng lancar karena dibantu banyak papan petunjuk arah di jalanan kampung. Nggak sampai lima menit berkendara, kami pun tiba di suatu bangunan pendopo yang menjadi TKP-nya Rumah Makan Kopi Kenteng.

 

jalan desa menuju rumah makan kopi kenteng di kecamatan nanggulan kulonprogo yogyakarta

 

Holadala! Jebul ternyata, posisi Rumah Makan Kopi Kenteng ini cuma di “belakangnya” Langgar At-Muttaqin yang beberapa kali pernah jadi tempatku numpang salat.

 

Kesan pertama saat melihat area parkir yang muat menampung sekitar lima mobil itu ialah,

 

“Wah, asyik. Parkir gratis! Nggak ada tukang parkir!” #sobat.miskin

 

area parkir rumah makan kopi kenteng di kecamatan nanggulan kulonprogo yogyakarta

 

Sepeda motor diparkir di samping mobil berstiker nge-jreng. Dwi masuk duluan. Aku menyusul kemudian.

 

Di dalam pendopo sepi pengunjung. Hanya ada sepasang suami istri ditemani dua putri dan satu putra. Layaknya keluarga zaman now, mereka duduk sambil mainan smartphone.

 

Tanpa mikir lama, aku dan Dwi memilih meja bersantap di dekat meja kasir. Mbak penjaga meja kasir pun menyambut sambil menyodorkan dua lembar kertas berlaminating berisi daftar makanan dan minuman.

 

suasana dalam pendopo tempat bersantap rumah makan kopi kenteng di kecamatan nanggulan kulonprogo yogyakarta

 

“Iwak Kutuk itu apa Mbak?” tanyaku ke mbak penjaga meja kasir.

 

“Itu ikan gabus Mas,” jawabnya.

 

Hooo… ikan gabus toh!? Menarik ini!

 

Ikan gabus alias snakehead fish alias Channa striata kan tergolong ikan air tawar yang langka. Ini ikan air tawar yang nggak dibudidayakan secara masif seperti lele. Ikan ini seringnya ditangkap dari sungai. Pun susah pula menangkapnya! Wew....

 

Jikalau bicara masakan ikan gabus, aku senantiasa teringat sama pengalaman makan ikan gabus di Rumah Makan Legokan Ngancar empat tahun silam. Eh ya, sampai sekarang kok ya belum pernah makan di sana lagi.

 

masakan ikan gabus khas rumah makan legokan ngancar bantul

 

“Di sini spesialnya dimangut Mas,” kata mbak penjaga meja kasir lagi.

 

Waw!? Mangut!?

 

Wah, enak itu! Mangut itu masakan tradisional Jawa yang direbus dengan kuah santan pedas. Gulai pedas ala Jawa lah gampangannya.

 

Biasanya, yang dimangut itu kan ikan lele. Lha, menyinggung masakan mangut lele, kok ya malah jadi teringat sama mangut lelenya Mbah Marto yang cita rasanya masih terbanyang di lidah sampai sekarang.

 

masakan tradisional yogyakarta yang bernama mangut lele khas mbah marto di sewon bantul

 

Oke! Berhubung harga masakan iwak kutuk lumayan mahal , jadilah kami memesan pesanan sebagai berikut:

 

  1. Satu porsi mangut iwak kutuk.
  2. Satu porsi tahu dan tempe goreng.
  3. Satu porsi urap.
  4. Dua porsi nasi.
  5. Dua porsi es teh.

 

Semua makanan dan minuman yang kami pesan itu ditebus dengan harga Rp56.000.

 

Untuk rincian daftar menu beserta harga sajian Kopi Kenteng bisa disimak pada tabel di bawah ini.

 

Masakan Ikan

Iwak Kutuk Mangut / Goreng / Bakar Porsi kecil (1 orang) Rp29.500
Iwak Kutuk Mangut / Goreng / Bakar Porsi 1 kg (4 orang) Rp115.000
Gurameh Mangut / Goreng / Bakar   Rp9.500 per ons
Nila Mangut / Goreng / Bakar   Rp23.000

 

Masakan Ayam

Ayam Potong Goreng / Bakar Rp12.500
Ayam Kampung Goreng / Bakar Rp23.500

 

Masakan Udang

Udang Goreng Tepung Rp35.000
Udang Saus Mentega Rp35.000
Udang Asam Manis Rp39.500
Udang Asam Pedas Rp39.500

 

Masakan Lain

Mie Lethek Rp17.500
Nasi Goreng Kenteng Rp18.500
Tahu dan Tempe Goreng / Bacem Rp9.500

 

Masakan Sayur

Sayur Asem Rp5.000
Sayur Lodeh Rp5.000
Urap Rp4.000
Cah Kangkung Rp7.500
Cap Cay Rp15.000

 

Camilan

Pisang Goreng Rp7.000
Bakwan Jagung Rp7.000
Mendoan Rp6.500

 

Makanan Pendamping Lauk

Sambal Bawang / Terasi / Matah   Rp3.500
Nasi Putih Untuk 1 orang Rp3.000
Nasi Putih Untuk 4 orang Rp11.000

 

Minuman Panas

Spesial Kopi Kenteng Rp18.500
Teh Panas Rp3.000
Jeruk Panas Rp4.000
Wedang Tape Rp6.500
Kopi Susu (Panas) Rp7.500
Susu Jahe (Panas) Rp7.500
Kopi Jahe (Panas) Rp6.500

 

Minuman Dingin

Es Teh Rp3.500
Es Jeruk Rp4.500
Es Sereh Mint Tea Rp7.500
Es Lemon Tea Rp6.000

 

Jus Buah

Jus Semangka Rp9.500
Jus Melon Rp9.500
Jus Alpukat Rp9.500
Jus Stroberi Rp9.500
Jus Nanas Rp9.500
Jus Jambu Rp9.500
Jus Mangga Rp9.500
Jus Wortel Rp9.500
Jus Tomat Rp9.500

 

Minuman Blend

Kacang Merah Blend Rp10.000
Kacang Hijau Blend Rp10.000
Cappucinno Blend Rp10.000
Choco Blend Rp10.000
Green Tea Caramel Blend Rp10.000
Vanila Late Blend Rp10.000

 

Minuman Lain

Sup Buah Rp12.500
Kelapa Muda Utuh Rp12.500
Air Mineral 600 ml Rp3.500

 

Sambil menunggu pesanan datang aku celingak-celinguk mengamati suasana sekitar. Hooo, rupanya Rumah Makan Kopi Kenteng ini masih tersambung dengan suatu rumah. Mungkin itu rumah tempat tinggalnya sang empunya rumah makan.

 

Nggak jauh dari meja tempat kami bersantap ada ruang terbuka yang difungsikan sebagai tempat salat. Selain itu, ada pula wastafel dan pelantang suara alias speaker yang mendendangkan alunan musik Sunda. Eh, kok rasanya kurang nyambung ya?

 

tempat salat berupa musala di dalam rumah makan kopi kenteng di kecamatan nanggulan kulonprogo yogyakarta

 

Sekitar lima belas menit kemudian mendaratlah sepiring mangut iwak kutuk di meja makan. Penyajiannya unik, ikannya ditaburi lembaran daun kemangi. Penampakan cabai rawit merah di antara kuah kuning seakan menjadi peringatan bahwa masakan ini pedas.

 

Sebelum menjamah daging ikan, aku mengicip kuah kuningnya dulu. Kuah kuningnya gurih, sedikit pedas, tanpa terkecap bau amis. Perpaduan bumbu rempahnya pas di lidah. Aku sempat bilang ke Dwi kalau aku sanggup makan nasi hanya dengan lauk kuah kuning mangut ini thok, hahaha.

 

review masakan mangut iwak kutuk khas rumah makan kopi kenteng

 

Kemudian prosesi makan dilanjut dengan acara membedah daging ikan. Holadala! Begitu badan ikan aku belah, yang terlihat ialah daging ikan berwarna kemerahan.

 

Weh....

 

Terus terang melihat penampakan daging ikan yang kemerahan begini kok aku jadi agak nggak berselera makan ya? Hahaha.

 

daging ikan berwarna merah di mangut ikan gabus kopi kenteng di kecamatan nanggulan kulonprogo yogyakarta

 

Jikalau mengingat apa yang dikatakan sama mbak penjaga meja kasir, katanya mangut iwak kutuk ini baru dimasak saat ada pesanan. Weh! Pantas saja daging ikan mangutnya masih berwarna kemerahan kalau memasaknya “kilat” seperti itu.

 

Setahuku, mangut itu kan masakan tradisional yang menganut paham slow cooking. Mangut dimasak dalam waktu lama menggunakan api dari kayu bakar. Jadi, daging ikannya bisa matang sekaligus kuah bumbunya bisa meresap sempurna ke dagingnya.

 

Selain mangut iwak kutuk, makanan lain yang kami pesan tetap menggugah selera. Tahu dan tempe gorengnya enak lho! Tempenya nggak anyep. Tahunya pun fluffy. Urapnya pun lezat. Rebusan sayurnya pas. Bumbu yang dicampur ke kelapa parutnya pun pas.

 

masakan tradisional jogja yang bernama urap sayuran

 

Singkat penilaian, berdasarkan sajian mangut iwak kutuknya, Rumah Makan Kopi Kenteng masuk ke dalam kategori rumah makan yang “cukup tahu saja”.

 

Menurutku, Rumah Makan Kopi Kenteng sudah selangkah lebih maju dengan mengusung masakan iwak kutuk alias ikan gabus sebagai sajian andalan. Sepengetahuanku, rumah makan di Yogyakarta yang menyajikan menu ikan gabus masih langka, apalagi yang dimasak mangut.

 

Sayangnya, Rumah Makan Kopi Kenteng kurang sip dalam mengolah masakan mangut ikan gabus. Daging ikan masih berwarna kemerahan. Kuah kuningnya (walaupun enak ) kurang menyatu dengan daging ikannya. Mungkin kalau mangut ikan gabusnya dimasak secara lebih tradisional cita rasanya bakal lebih nendang.

 

pengalaman makan di rumah makan kopi kenteng nanggulan kulon progo yogyakarta

 

Rumah Makan Kopi Kenteng ialah salah satu pemain kuliner terbaru di Nanggulan yang berinovasi dengan menyajikan masakan mangut iwak kutuk. Semoga pada masa mendatang, cita rasa masakan mangut iwak kutuknya bisa meningkat dan bisa mengimbangi ketenaran rumah makan Geblek Pari.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • SUSANTI YUNI UTAMI
    avatar komentator ke-0
    SUSANTI YUNI UTAMI #Minggu, 21 Okt 2018, 15:17 WIB
    Baru satu tahun saya pindah area di Nanggulan. Referensi kuliner masih minim. Lihat papan-papan nama sudah. Tapi masih kurang lengkap kalo belum ngintip blog-blog. Hehehe..

    Makasih ya. Langsung saya baca berdua nih dengan suami.. Karena dia penasaran kutuknya...
    Wah, terima kasih sudah mampir ke blog saya Mbak. :D

    Semoga kerasan tinggal di Nanggulan yang masih banyak sawah-sawahnya. Semoga juga nggak penasaran lagi dengan iwak kutuknya. :D
  • FANNY F NILA
    avatar komentator ke-1
    FANNY F NILA #Minggu, 26 Ags 2018, 17:54 WIB
    Waaah Mas, jangankan kamu, aku yang melihat aja, dari awal tertarik, berubah jadi ilfil liat dagingnya masih merah -_- ..

    Sayang banget yaaa... Padahal mangut itu favoritku sebenernya. Mau dari ikan pari, lele, rata-rata semua enak.
    Hihihi, mungkin kalau Mbak Fanny yang jadi aku di lokasi pas itu bakal nggak mau melanjutkan makan. :D

    Lha, aku malah belum pernah makan mangut selain lele mbak.
  • WISNUTRI
    avatar komentator ke-2
    WISNUTRI #Senin, 20 Ags 2018, 18:49 WIB
    Tak kira blog ini udah nggak pernah update tulisan lho mas. Masalah e kalau pas mampir
    kesini, tulisan paling atas itu tanggal & tahunnya kan, 2016 / 2017. Eh ternyata, kurang
    teliti akune. Tulisan terbaru ada di bawahnya xD

    Dulu jaman kecil, sering banget nyari iwak kutuk di sawah. Tapi sekarang udah susah
    kayaknya kalau mau nyari. Mungkin karena air sawah udah terkontaminasi sama pupuk-
    pupuk kimia juga, jadi si iwak pada nggak bertahan hidup lama.

    Tapi tetep kuat ngabisin mas, walaupun daging dari si iwak kutuk masih merah-merah
    begitu? Hahaha
    Hahaha, halaman utama blog ini menipu ya? :D Memang sengaja kok dibuat begitu, hehehe. Iya ya. Kalau sawahnya sudah dipupuk pakai kimia mungkin iwak kutuk yang masih kecil-kecil ikut kena dampaknya terus pada mati ya? Dengan penuh susah payah bisa juga akhirnya nyaris menghabiskan, hahaha. :D
  • BERBAGIFUN.COM
    avatar komentator ke-3
    BERBAGIFUN.COM #Senin, 20 Ags 2018, 10:07 WIB
    Wah iwak kutuk.
    Enak iku.
    Kelingan jaman mbiyen, mancing iwak kutuk nang cedak sawah.
    Terus digoreng... maknyusss.
    Weh, apik tenan masa cilikmu Bro. Aku tekan saiki urung tau mancing nang sawah. Mestine yo ono pemancingan iwak kutuk nang sawah, wekekeke. :D