Cinomati adalah CINOMATI!
Sudah 7 tahun berlalu sejak aku kenal dengan Cinomati dan sampai sekarang Cinomati tetap merupakan salah satu ruas jalan yang “menantang” untuk dilalui dengan sepeda.
Menantang jika dari "dasar" tentunya...
Peta ruas jalan legendaris di Bantul, Yogyakarta yang bernama Jalan Cinomati.
Pada tahun 2017 ini Cinomati tetaplah Cinomati.
Cinomati adalah nama salah satu ruas jalan yang terletak di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Ruas jalan sepanjang kurang-lebih 3 kilometer ini menghubungkan Desa Wonolelo di Kecamatan Pleret dengan Desa Terong di Kecamatan Dlingo.
Yang membuat Cinomati menjadi ruas jalan yang istimewa adalah kontur jalannya. Bila ditempuh dari Desa Wonolelo, Cinomati berwujud tanjakan jahanam. Sedangkan bila ditempuh dari Desa Terong, Cinomati berwujud turunan terjal.
Sadis toh?
Dan tentu saja! Bagi para pesepeda yang mendamba tanjakan, Cinomati terasa lebih nikmat apabila ditempuh dari Desa Wonolelo.
Selamat datang di Desa Wonolelo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul!
Melalui artikel ini, aku mau berbagi dokumentasi tentang sepanjang jalan tanjakan di Cinomati. Siapa tahu ada Pembaca yang penasaran tapi takut lewat Cinomati karena termakan isu bahwa Cinomati senantiasa menelan korban kendaraan yang kurang fit.
Artikel ini sekaligus untuk dokumentasi pribadiku juga sih. Perihal kondisi dan suasana tanjakan Cinomati pada awal tahun 2017.
Siapa tahu tahun depan Cinomati sudah nggak lagi berwujud seperti foto-foto di artikel ini?
Ya toh?
SILAKAN DIBACA
Tapi yang jelas, patut disyukuri dengan berucap hamdalah bahwa Cinomati pada tahun 2017 ini nggak jauh berbeda dengan Cinomati pada tahun 2010.
Nggak seperti tetangganya Hutan Pinus Mangunan yang pada tahun 2010 masih jadi tempat sueepiii buat nongkrong para pelajar yang bolos sekolah dan sekarang pada tahun 2017 sudah jadi... ya... gitu deh...
Bagian per Bagian Tanjakan Cinomati
Aku membagi tanjakan Cinomati ke dalam beberapa ruas jalan yang aku beri nama sebagai berikut.
Titik awal tanjakan: Pertigaan Wonolelo – Cinomati
- Tanjakan pagar besi pertama
- Tanjakan kelok pertama
- Tanjakan panjang pertama arah perkampungan
- Tanjakan panjang lanjutan arah warung kelontong
- Tanjakan landai buat istirahat
- Tanjakan landai sampai rambu tanda pentung
- Tanjakan panjang ekstrem (Khas Cinomati!)
- Titik istirahat puncak tanjakan panjang ekstrem
- Tanjakan kelok setelah tanjakan ekstrem
- Tanjakan pinggir tebing tinggi
- Tanjakan kelok kanan-kiri hutan
- Tanjakan kelok papan nama kayu
- Tanjakan landai panjang kesekian
- Tanjakan kelok hidung petruk (Khas Cinomati!)
- Tanjakan panjang penghabisan
- Titik istirahat warung baru pinggir jalan
- Titik istriahat pos ronda kebokuning
Titik akhir tanjakan: Perempatan beringin Desa Terong
Dasar tanjakan Cinomati di Desa Wonolelo.
Tanjakan pagar besi pertama.
Tanjakan kelok pertama.
Tanjakan panjang pertama arah perkampungan.
Tanjakan panjang lanjutan arah warung kelontong.
Tanjakan landai buat istirahat.
Yang perlu diperhatikan bagi pengemudi yang ingin melintasi tanjakan Cinomati adalah sebagai berikut.
- Kendaraan agar dipastikan dalam kondisi yang benar-benar siap nanjak. Terutama untuk melintasi tanjakan panjang ekstrem (nomor 7).
- Di sepanjang ruas jalan Cinomati, pemukiman warga hanya terdapat di ruas jalan nomor 3.
- Tidak ada bengkel kendaraan di sepanjang ruas jalan Cinomati.
- Satu-satunya warung kelontong (sekaligus penjual bensin eceran) hanya terdapat di ruas jalan nomor 3 dan nomor 4.
- Ruas jalan Cinomati lumayan ramai di siang hari. Jadi semisal ada apa-apa, kemungkinan besar akan ada orang lewat yang bisa dimintai bantuan.
Siap-siap menyantap tanjakan khas Cinomati setelah rambu ini!
Inilah tanjakan ekstrem yang melegenda di jalan Cinomati.
Penampakan tanjakan ekstrem dilihat dari puncak.
Bisa bersepeda dari rambu kuning sampai tiang listrik ini sudah bagus.
Selebihnya, siap-siap ban sepeda terangkat atau malah tergelincir mundur.
WOW! Mobil-mobil bongsor rupanya berani juga lewat tanjakan ekstrem Cinomati.
Tempat istirahat di tikungan puncak tanjakan ekstrem Cinomati.
Harap memperhatikan hal-hal berikut untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ketika melintasi tanjakan Cinomati.
- Hindari melewati tanjakan Cinomati di malam hari karena di sepanjang jalan tidak ada penerangan.
- Hindari melewati tanjakan Cinomati saat hujan karena di beberapa titik rawan longsor dan tanjakan ekstrem menjadi sangat licin.
Tanjakan kelok setelah tanjakan ekstrem. Jalan masih panjang.
Tanjakan pinggir tebing tinggi.
Tanjakan kanan-kiri hutan.
Tanjakan kelok papan nama kayu.
Tanjakan landai panjang kesekian.
Tanjakan kelok hidung petruk khas Cinomati!
Sedangkan bagi pesepeda, ini pengalamanku pas mencoba melintasi tanjakan Cinomati untuk yang kesekian kalinya.
- Harap memastikan sepeda dalam kondisi fit siap nanjak.
- Untuk perbekalan (snack dan air minum) bisa dibeli di Pasar Desa Wonolelo atau di warung kelontong yang ada di ruas jalan nomor 4.
- Jangan memaksakan diri pas nanjak! Menuntun sepeda itu tidak haram!
- Ruas tanjakan nomor 1 sampai nomor 6 bisa aku lalui tanpa menuntun sepeda.
- Jangan memaksakan diri untuk bisa melintasi tanjakan ekstrem Cinomati tanpa menuntun! Adalah hal lumrah ketika ban sepeda depan terangkat dari aspal atau ban tergelincir karena jalannya licin.
- Istirahat di puncak tanjakan ekstrem Cinomati hukumnya WAJIB!
- Selepas tanjakan ekstrem Cinomati kondisi fisikku berantakan. Dengkul sih nggak capek. Tapi jantung berdetak kencang seperti derap kaki kuda delman.
- Aku terima menuntun sepeda di tanjakan nomor 9 dan 11.
- Rekor waktuku nanjak melintasi tanjakan Cinomati adalah 1 jam 15 menit. Berangkat dari dasar pukul 07.50 WIB. Sampai di puncak pukul 09.05 WIB.
Tanjakan panjang penghabisan.
Ini warung angkringan dekat ujung tanjakan Cinomati pagi-pagi sudah nyetel musik dangdut!
Pos ronda super komplit yang menyimpan kenangan koyok.
Perempatan pohon beringin akhir dari tanjakan Cinomati.
Warung soto wisuda yang fenomenal itu tutup! (dan sudah punya tetangga warung makan Padang)
Akhir dari Bersepeda Lewat Tanjakan Cinomati
Dan demikianlah laporan kondisi dan suasana Cinomati pada bulan Februari tahun 2017.
Buatku, Cinomati masih ibarat obat instan yang manjur untuk meredam dengkul yang meronta-ronta minta nanjak dengan lokasi yang relatif dekat dari Kota Jogja.
“Kapok ah bersepeda nanjak! Lebih enak duduk manis di depan layar monitor! Bersepeda nanjaknya lagi nanti sajalah kalau sudah lupa sama Cinomati!”
Dari perempatan beringin di puncak tanjakan Cinomati, aku mengambil cabang jalan menuju Patuk, sarapan soto di dekat perempatan Patuk, menuruni turunan Patuk, numpang mandi di Joglo Pit #eh, dan diakhiri dengan ngoding di Sarang Penyamun.
Sudah 7 tahun berlalu semenjak aku menerbitkan artikel bertajuk Cinomati di blog Maw Mblusuk? ini. Dan omong-omong, artikel tentang Cinomati itu menjadi salah satu penyumbang traffic tinggi, hahaha.
Tujuh tahun yang akan datang wujud Cinomati bakal seperti apa ya?
NIMBRUNG DI SINI
Ehh, tapi akhir-akhir ini kita gak berhenti di situ. Tepat setelah irung petruk sekarang ada gardu pandang bukit Cinomati. Lumayan buat foto-foto.
Ho oh. Cen sekarang di dekat-dekat puncaknya Cinomati ada warung sama panggung buat selfie. Tapi tetap minim penerangan jalan pas malam.
cinomati kyknya sekitar
februari 2017 jg deh, ujug2
seneng nemu warung baru kui
yg di ujung tanjakan terakhir.
Sotonya lumayan disana. Tapi
terakhir kesitu pake 7 speed
aja apa ya, setengah mampus
nyampe patuk hehehe
Eh tumben captcha nya ganti?
Tersangkanya si tanjakan jahanam sudah ditemukan. Tinggal siapa lagi nih korban berikutnya. Hehehe.