Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Jumat, 21 Oktober 2016, 07:09 WIB

April adalah bulan pancaroba.
April adalah yang tak kunjung tiba.
Belum sepenuhnya kemarau.
Namun, belum pula penghujan berlalu.

 

Yogyakarta di awal bulan April bernaung di bawah langit yang berawan. Didampingi semilir angin yang sesekali datang menyapa. Hingga terik matahari pun tak terasa menyengat kulit.

 

Hmmmmm…

 

Benar-benar cuaca yang cocok untuk bersepeda.... pada hari kerja.

 

... EH !? ....

 

Bersepeda Perdana ke Karangmojo

Hari Rabu (6/4/2016), pukul 8 pagi, Alhamdulillah aku tiba dengan selamat di Perempatan Lapangan Gading. Ke sininya jelas dengan bersepeda lho! Dan seperti biasa, Trek-Lala lah yang menjadi tunggangan andalanku.

 

Perempatan Lapangan Gading terletak di ruas jalan raya utama yang menghubungkan ibu kota Provinsi Yogyakarta dengan Kota Wonosari di Kabupaten Gunungkidul. Dari Perempatan Lapangan Gading ke Kota Wonosari jaraknya lumayan dekat, sekitar 7 km. Sedangkan jarak dari perempatan ini ke Kota Yogyakarta… euh?…. nggg… barangkali 30-an km ada ya?

 

Satu lagi, jangan tanya berapa jumlah tanjakan yang mesti dilibas untuk bisa sampai di sini.

 

Suasana sepi jalan raya Yogyakarta - Wonosari di perempatan Lapangan Gading Playen, Gunungkidul pada April 2016
Hanya orang-orang tertentu yang sudi bersepeda dari Kota Jogja ke perempatan jalan ini.

 

Dari Perempatan Lapangan Gading tujuan utamaku bukanlah ke Kota Wonosari. Kalau menurut para kawula kekinian, ke Kota Wonosari itu sudah terlalu mainstream.

 

Alhasil, di Perempatan Lapangan Gading itu aku mengambil cabang jalan arah ke Kecamatan Karangmojo. Sebab, seumur-umur hidup 12 tahun di Jogja, aku sama sekali belum pernah lewat cabang jalan ini. Jadinya, ini bukan rute yang mainstream toh? Paling nggak ya buatku sendiri sih.

 

Wokey! Ini pengalaman perdana (sekaligus bersepeda) ke Karangmojo dari Perempatan Lapangan Gading. Eh, supaya nyambung sama judul artikel, Perempatan Lapangan Gading itu masuknya wilayah Kecamatan Playen. Alhasil, ini ceritanya bersepeda dari Playen ke Karangmojo.

 

Rute bersepeda dari Kota Yogyakarta menuju ke Perempatan Lapangan Gading di Playen dan berakhir di Gua Pindul, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul pada April 2016
Buat Pembaca yang barangkali penasaran lokasi cerita ini tempatnya di mana.

 

Bersepeda Sepanjang Jalan Sepi

Pindah dari jalan raya provinsi ke jalan raya kecamatan, akibatnya ya ganti juga dong suasana dan pemandangannya! Kalau tadi aku bersepeda ditemani sama bus dan truk yang saling kebut-kebutan, sekarang ini seakan-akan akulah penguasa jalan raya, hahaha.

 

Lha ya gimana? Lha wong jalannya SEPI kok....

 

Tapi, justru karena jalannya sepi itu aku sempat mengamati hal-hal menarik di sepanjang jalan. Inilah asyiknya bersepeda. Sambil mengayuh pedal, aku bisa menikmati pemandangan sekaligus mencumbu “pikiran liar”, wekekeke.  

 

Hamparan Ladang Kacang Tanah

Sepanjang cabang jalan raya dari Perempatan Lapangan Gading ini pemandangan di kanan-kirinya adalah ladang kacang tanah (Arachis hypogaea). Melihat hamparan ladang kacang tanah ini aku jadi kepikiran. Kayaknya, sudah lama banget aku nggak makan lotek, gado-gado, sate ayam, dan segala macam makanan lain yang berbumbu sambal kacang.

 

Lha, mendadak mikir makanan kok malah jadi ngiler ya?... #efek.laper

 

Warga profesi petani kacang tanah di Playen, Gunungkidul ke ladang naik sepeda onthel tua mengeluhkan harga jual grosir kacang tanah di tingkat petani pada April 2016
Sedang musimnya menanam kacang tanah apa ya? Sepanjang jalan mayoritas ladang kacang tanah semua.

 

Haduuuh! Ini pikiran liar pasti karena dari tadi aku belum sarapan! Seperti biasa (dan jangan ditiru!) kalau bersepeda jarak jauh seperti ini aku nggak pernah sarapan. Paling ya sekadar makan roti sama minum susu. Eh, sarapannya orang Jawa itu kan ya mesti makan nasi toh?

 

Ya nanti lah, seumpama di depan ada warung lotek atau gado-gado gitu aku tak mampir. Lagipula ya siapa tahu harganya lebih murah berhubung dekat dengan ladang kacang tanah? Wekekeke.

 

Orang Tua yang Berjalan Kaki

Momen di foto yang aku jepret di bawah ini, nggak tahu kenapa kok berkesan sekali buatku ya? Mungkin karena pemandangan yang seperti ini bikin aku teringat sama Bapak dan Ibu yang hobinya juga berjalan kaki.

 

Warga tua simbah kakung dan putri berjalan kaki di ruas jalan alternatif Playen ke Karangmojo, Gunungkidul pertanda keramahan warga desa Yogyakarta pada April 2016
Pemandangan yang khas pedesaan sekali. Eh iya, sepanjang lewat jalan ini aku nggak lihat ada angkot lewat.

 

Di pedesaan di wilayah Yogyakarta, sering aku lihat ada orang tua yang berjalan kaki di jalan raya. Sedangkan yang muda-muda naik kendaraan bermotor. Kebetulan, kali ini ada dua orang tua yang berjalan kaki, berpapasan, dan kemudian saling bertegur sapa.

 

Menyaksikan pemandangan di atas, lagi-lagi otakku disusupi pikiran-pikiran “liar”.

 

  • Apakah lazim di negara kita kalau yang tua-tua itu berjalan kaki, sementara yang muda-muda naik kendaraan bermotor?

  • Apakah kalau yang muda-muda berjalan kaki malah dianggap tidak lazim (aneh)?

  • Kapan yang muda-muda sudi berjalan kaki seperti orang tua di atas?

  • Jika orang tua itu mahir mengendarai kendaraan bermotor, apakah lantas mereka nggak lagi sudi berjalan kaki?

 

Pikiranku sering dihinggapi pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Karenanya, banyak yang bilang aku itu orang aneh, gyahahaha.

 

Lewat Lapangan Udara Gading

Balik lagi ke pemandangan di sepanjang jalan. Ternyata, jalan raya yang aku lewati ini terhubung dengan Lapangan Udara Gading. Mungkin ada Pembaca yang baru tahu ya kalau Gunungkidul itu juga punya bandara. Walaupun ya, ini bandara militer sih.

 

cara mendapatkan izin liputan perkembangan wujud bangunan lapangan udara militer Bandara Gading dengan menara kontrol ATC di tepi ruas jalan alternatif dari Playen ke Karangmojo, Gunungkidul pada April 2016
Seandainya Bandara Adisucipto dipindah ke sini pasti ini tempat jadi rame.

 

Duluuuuu, sempat ada gosip bahwa bandara Yogyakarta (Bandara Adisucipto) yang sudah overload itu bakal dipindah ke Gading ini. Tapi toh gosip itu nggak terbukti. Malah rencananya, bandara Yogyakarta yang baru bakal dibangun di Kabupaten Kulon Progo. Walaupun ya saat artikel ini ditulis, pembangunan bandara baru di Kulon Progo belum juga dimulai.

 

Bisa jadi, salah satu faktor yang menyebabkan Lapangan Udara Gading kurang cocok sebagai bandara komersil adalah akses jalannya. Lha kan, jalan raya Yogyakarta – Wonosari itu dihuni banyak tanjakan panjang. Salah satunya adalah Tanjakan Patuk yang sering makan korban bus dan truk. Tapi, bagi pesepeda seneng nanjak doyan nuntun (macamnya aku), melibas Tanjakan Patuk itu adalah suatu kebanggaan.

 

Disambut Pak Jenderal Sudirman

Dari Bandara Gading aku tiba di suatu perempatan. Di perempatan ini aku disambut oleh sesosok pria yang berdiri gagah di tengah perempatan. Apa lagi kalau bukan patungnya Pak Jenderal Sudirman. Masak ya patungku? Siapa pula seorang Wijna ini? #kabur

 

sejarah pendirian wujud patung Jenderal Sudirman di tengah suatu perempatan jalan alternatif dari Playen ke Karangmojo, Gunungkidul sebagai tanda lokasi rute gerilya militer pada April 2016
Jangan-jangan nama jalannya ini adalah Jl. Jenderal Sudirman?

 

Berhubung beliau tidak sedang dalam sikap menghormat (kalau menurutku sih, memang kurang pantas kalau beliau menghormat pada setiap pengguna jalan ) jadinya aku berhenti sebentar dan menghormat pada sang jenderal besar.

 

Boleh jadi, keberadaan patung Pak Jenderal Sudirman ini dikarenakan tempat ini dahulunya menjadi tempat persinggahan beliau saat bergerilya melawan Belanda pada Agresi Militer II. Kalau nggak salah, rute gerilya beliau kan ya lewat Kecamatan Playen juga.

 

Yah, semoga arwah Pak Jenderal Sudirman diterima di sisi Gusti Allah SWT. Semoga pula kita senantiasa mengingat jasa-jasa perjuangan beliau untuk bangsa ini. Pokoknya, jangan bermalas-malasan! Oke!?

 

Bersepeda Ingat Tuhan

Dalam setiap perjalanan jauh, seringkali aku menjumpai hal-hal menarik yang lantas mengingatkanku pada kebesaran Gusti Allah SWT. Nggak terkecuali pada perjalanan bersepeda hari ini.

 

Pemakaman di Pinggir Jalan

Di sepanjang perjalanan aku menjumpai banyak pemakaman yang letaknya persis di pinggir jalan raya. Yang seperti ini kembali mengingatkanku, bahwa sejauh-jauhnya kita pergi dari rumah untuk merantau, blusukan, keluyuran, jalan-jalan, traveling, dsb, ujung-ujungnya kita bakal pulang ke hadirat-Nya.

 

Dzikrul maut. Memento mori.

 

cerita seram mitos penampakan makam keramat yang di sepanjang jalan dari Playen ke Karangmojo, Gunungkidul mmeiliki nisan unik tradisional pada April 2016
Salah satu tempat yang mengingatkan kita bahwa kehidupan ini tidaklah abadi.

 

Saat menjumpai pemakaman seperti ini, biasanya aku berhenti sebentar kemudian berdoa. Semisal aku lihat ada yang “menarik” di pemakaman, nah… baru deh aku mendekat. #eh

 

Untuk Pembaca yang sudah berkenan membaca hingga baris ini, aku doakan semoga senantiasa berada dalam lindungan Tuhan, tetap sehat, tetap bisa beraktivitas, dan pokoknya senantiasa diberikan yang terbaik oleh-Nya. Aamiin....

 

Ada Gua Maria Juga

Masih berkutat seputar dunia spritual dan religiusitas, di perjalanan aku sempat lewat di depan gerbang Taman Doa Goa Maria Sendang Rosario Ngijoreja. Ah, kok mendadak aku jadi teringat sama Pakdhe Timin ya? Salah satu misinya si Pakdhe kan mengunjungi gua-gua Maria yang ada di seputaran Yogyakarta. Entah sudah berapa gua Maria yang sudah berhasil dirinya sambangi.

 

rute angkutan umum lewat gapura masuk ke lokasi ziarah umat kristen katolik Taman Doa Goa Maria Sendang Rosario Ngijoreja yang terletak di tepi jalan dari Playen ke Karangmojo, Gunungkidul pada April 2016
Mampirnya kapan-kapan sajalah. Kalau sendiri rasanya wagu.

 

Barangkali Pakdhe ya mau diajak bersepeda ke sini? Itu juga kalau dirinya masih kuat melibas Tanjakan Patuk sama Tanjakan Wanagama, wekekeke.

 

Antara Ibadah dan Politik

Di Masjid Al-Barokah yang ada di Desa Karangtengah (kalau nggak salah ), lagi-lagi mataku menangkap papan unik yang berisi tulisan seperti foto di bawah ini.

 

Aku kok merasa isi dari larangan tersebut menimbulkan kontroversi ya? Hahaha.

 

kontroversi isi papan pesan melarang ibadah dan politik di Masjid Al-Barokah, Karangtengah, Playen letaknya jalan alternatif dari Playen ke Karangmojo, Gunungkidul pada April 2016
Hmmm, sekiranya patut juga menjadi renungan...

 

Sebagian orang ada yang meyakini bahwa ibadah itu meliputi segala aspek kehidupan. Termasuk di antaranya kegiatan berpolitik. Salah satu contohnya adalah penyebab mengapa mayoritas masyarakat Indonesia yang dahulu kala menganut Hindu-Buddha kini berpindah menganut Islam. Nggak menutup kemungkinan kan fenomena ini dipengaruhi oleh peran kerajaan-kerajaan Islam di nusantara? Politik dong jadinya?

 

Tapi ya, tetap ada juga orang yang berkeyakinan bahwa ibadah dan politik itu jangan disangkut-pautkan. Barangkali alasan utamanya adalah untuk menjaga keintiman hubungan antara manusia dengan Tuhan saat beribadah. Sebab kalau bicara politik, ah, bukankah itu semata-mata urusan kekuasaan duniawi antar manusia?

 

Sumpah Sampah Mati

Ada juga pesan menarik seperti foto di bawah ini. Kalau boleh jujur, ini bukan hal yang unik dan langka. Malah justru lumrah. Sebab, di Yogyakarta aku sudah berkali-kali menjumpai ancaman pesan yang isinya serupa ini.

 

papan ancaman nyawa larangan membuang sampah sembarangan mati Tuhan letaknya dekat perumahan cluster 1 villa chinta ayu di ruas jalan dari Playen ke Karangmojo, Gunungkidul pada April 2016
Sebenarnya, papan yang dilingkari merah itu lebih menarik dari papan ancaman ini.

 

Gimana ya? Kalau menurutku ini agak sarkas ya? Seakan-akan, orang-orang kini memasrahkan hukuman bagi pelaku pembuang sampah sembarangan kepada Tuhan. Padahal, bisa jadi mereka mulai kehilangan kesabaran.

 

Eh tapi sebenarnya, baik itu orang yang suka buang sampah sembarangan atau yang nggak, ya pasti bakal dicabut nyawanya sama Gusti Allah SWT. Kan semua makhluk yang bernyawa pasti mati toh? Hanya saja, seberapa cepat orang itu dipanggil untuk menghadap-Nya itu yang menjadi misteri Illahi.

 

Satu lagi! Kalau Pembaca perhatikan di foto ada rambu kuning kecil di pinggir jalan (yang dilingkari merah), ya... tahu sendirilah seperti apa medan petualangan selanjutnya.

 

Bersepeda Lewat Gua Pindul

Jam bergulir ke pukul 9 pagi. Di bawah langit yang Alhamdulillah jadi sedikit mendung, aku masih setia bersepeda melintasi ladang-ladang kacang tanah. Ternyata, sampai sejauh ini belum kelihatan ada warung lotek ataupun gado-gado di pinggir jalan! Bahkan, warung soto dan bakso pun masih pada tutup!

 

Haduuuh! Mau sarapan di mana aku? Bensin perut sudah kelap-kelip merah ini....

 

pemandangan hamparan ladang kacang tanah di ruas jalan desa pelosok Yogyakarta siang hari sepi dan banyak begal dari Playen ke Karangmojo, Gunungkidul pada April 2016
Masih belum ketemu warung makan! Adanya ladang kacang tanah!

 

Nggak terasa, sejak 1 jam yang lalu bersepeda, aku sudah pindah ke berbagai kecamatan. Tadi dari Kecamatan Playen. Kemudian pindah ke Kecamatan Wonosari. Nah, sekarang ini aku sudah masuk ke Kecamatan Karangmojo!

 

Alhamdulillah, sampai Karangmojo juga.


 

Eh iya, menyinggung nama Karangmojo, mungkin banyak Pembaca yang kurang familiar dengan nama salah satu kecamatan di Gunungkidul ini. Tapi, kalau menyinggung nama obyek wisata Gua Pindul, pasti Pembaca semua sudah kenal toh?

 

Yup! Kecamatan Karangmojo ini adalah lokasi di mana Gua Pindul berada. Tapi, kok ya bisa-bisanya aku bersepeda sampai Gua Pindul? Gyahahaha.

 

Supaya nggak dibilang HOAX, ini fotonya.

 

cerita seru petualangan bersepeda blogger anak muda dari Kota Yogyakarta menuju Playen dan sampai di obyek wisata Gua Pindul, desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul pada April 2016
Yang jadi bukti biar si Trek-Lala saja. Penunggangnya males difoto. 

 

Terus terang, pas mau masuk ke wilayah Karangmojo ini aku sempat deg-degan. Soalnya, jalan raya utama yang aku lalui ini melintasi wilayah Desa Wisata Bejiharjo yang notabene desanya Gua Pindul. Tahu sendiri lah, saat ini semua akses jalan raya ke Desa Wisata Bejiharjo kan dijaga ketat sama pos retribusi.

 

Tapi, masak ya kalau numpang lewat saja mesti bayar retribusi sih? Kalau iya, kok sudah mirip jalan tol saja? Kalau sepeda motor sih okelah, tapi ini kan sepeda?

 

cerita aksi pemerasan oleh petugas pos retribusi tidak resmi mendekati kawasan Gua Pindul, Desa Bejiharjo, Karangmojo meresahkan wisatawan dan warga lokal dijaga aparat dengan portal sepanjang jalan dari Playen, Gunungkidul pada April 2016
Lewat pos retribusi yang bikin deg-degan. Dan mereka masih mengawasiku....

 

Jadinya, pas melewati pos retribusi itu aku pelankan laju Trek-Lala. Aku menoleh sepintas ke bapak-bapak yang sedang bertugas. Si Bapak pun membalas pandanganku. Tatapan mata kami beradu. Tanpa sepatah dua patah kata terucap. Tanpa kode santun sebatas anggukan kepala.

 

Hingga pada akhirnya....

 

AKU LOLOS!

NGGAK BAYAR RETRIBUSI!

Gyahahaha!

 

Ternyata pesepeda dianggap sama seperti dhemit lewat. Sama-sama nggak dianggap maksudnya . Tapi sepertinya, kalau banyak pesepeda yang melintas, ya bakal menarik perhatian petugas jaga pos retribusi juga sih.

 

tips trik harga berwisata tiket murah rombongan tur naik bus suasana sepi ke obyek wisata Gua Pindul, desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul pada hari kerja pada April 2016
Gua Pindul pas lagi sepi-sepinya! Padahal kalau hari libur pukul 9 pagi ramenya minta ampun.

 

Kalau Pembaca singgah di Gua Pindul pas hari Rabu itu, pasti bakal heran kalau Gua Pindul itu SEPIII BANGET! Memang bener katanya Om Tomi Purba, kalau mau nyari sepi di Gua Pindul itu pas hari kerja. Kalau nggak Rabu ya Kamis. Bisa bebas deh berenang-renang di sungainya.

 

Tapi ya amat sayang sekali, tujuanku bersepeda kali ini BUKAN ke Gua Pindul lho!

 

 

Melalui artikel ini, aku sekadar ingin memberikan wawasan ke Pembaca akan suasana kehidupan di Gunungkidul, Yogyakarta. Khususnya, di sepanjang jalan raya yang menghubungkan Playen dan Karangmojo. 

 

Dan lagi, selain untuk mengolah raga dan menyegarkan mata, bersepeda juga dapat menggiring kita untuk mengingat Tuhan. Jadi, bersepeda itu nggak semata-mata kesenangan duniawi thok lho!

 

Paling nggak, pada Rabu pagi ini aku sudah menorehkan dua pencapaian. Pertama, bersepeda perdana ke Karangmojo. Kedua, bersepeda perdana ke Gua Pindul. Ternyata ya medan jalannya nggak terlalu menakutkan (baca: banyak tanjakan ) kok.

 

 

Dari Gua Pindul, pada bulan April, di bawah langit yang cerah berawan, aku pun melanjutkan perjalanan dengan Trek-Lala menembus pelosok Gunungkidul....

 

Kira-kira mau ke mana ya?


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • GALLANT
    avatar komentator ke-0
    GALLANT #Rabu, 26 Apr 2017, 06:05 WIB
    Waaa aku seneng karo kuot e Mas Mawi. Seadoh-adoh e dewe traveling, suwatu saat pasti pulang. :

    Kui tulisan ning masjid opo yo ra politik kui asline, wkwkwkw.
    Wkwkwkw, sakjane ya ngunu kuwi lah. :D
  • THIO ANDHIKA
    avatar komentator ke-1
    THIO ANDHIKA #Kamis, 12 Jan 2017, 11:50 WIB
    Wisata sekalian olahraga ya kalau kayak gitu? haha.
    Kalau butuh info tempat wisata lainnya bisa cek di sini mbak Pariwisata.
    Hihihi, iya sekalian olahraga ini.
  • EXAUDIO SIREGAR
    avatar komentator ke-2
    EXAUDIO SIREGAR #Kamis, 10 Nov 2016, 23:32 WIB
    Inilah kenapa aku termotivasi buat mengunjungi suatu tempat pakai sepeda, selain menyehatkan dan menyenangkan, kalau masuk ke tempat yang ada bayar retribusinya beneran sering dianggap \"dhemit\", huahahahaha.

    Mungkin tukangnya kasian kali ya sama kita yang datang pakai sepeda, dateng-dateng berkeringat engos-engosan jadi keliatan macam kita dateng dari tempat yang jauh tapi pake sepeda, jadi gak dimintain retribusi deh.. gak tega, hahahaha, seru emang bersepeda ini, selalu ada ceritanya! )
    Ho oh, mungkin karena kasihan, hahaha. :D
  • AHMAD ADI
    avatar komentator ke-3
    AHMAD ADI #Selasa, 8 Nov 2016, 13:29 WIB
    Boleh juga habis dari Karangmojo, lanjut ke Kecamatan Semin Om. :D
    Habis itu bablas sampai Ngawen. :D
  • ELISA
    avatar komentator ke-4
    ELISA #Minggu, 30 Okt 2016, 14:01 WIB
    Eh, gimana dengan gado2, sate, lotek dan yang semacamnya tadi...sudah ketemu belum???
    Belum, belum, belum...
  • ADIS TAKDOS
    avatar komentator ke-5
    ADIS TAKDOS #Selasa, 25 Okt 2016, 18:13 WIB
    paling males itu kalau udah sepeda ke tempat yang jauh dan pulangnya harus sepeda
    lagi....

    Adis takdos
    travel comedy blogger
    www.whateverbackpacker.com
    Dibawa santai aja bro! Pelan-pelan yo pasti sampai. Tapi ya lama, hahahaha. :D
  • ENDAH KURNIA WIRAWATI
    avatar komentator ke-6
    ENDAH KURNIA WIRAWATI #Selasa, 25 Okt 2016, 14:22 WIB
    Dohhh.. jadi pengen secepatnya beli sepeda
    dompet mana dompet
    Santai mbak! Jangan sampai sepeda menganggu cicilan bulanan. Eh?
  • DWI SUSANTI
    avatar komentator ke-7
    DWI SUSANTI #Senin, 24 Okt 2016, 20:23 WIB
    geleng-geleng walah nyepedanya sampai goa pindul? punnn itu entah masih mau
    kemana lagi :o

    mas ingat perut, kalau laper berhenti dulu lho itu tadi belum sempet makan, baru
    bayangin kacang via jadi lotek dan sate :p
    klo pas mumet kerjaan terus sepedanya pas lagi sehat yo ngene iki. :D

    Makannya di episode selanjutnya, hahaha. :D