Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Seumpama aku nggak ikut menemani Dimas ke Kalibiru, mungkin seumur hidup aku nggak akan pernah menjejakkan kaki ke obyek wisata di Kulon Progo yang lagi nge-hits di kalangan anak muda itu.
Maklum, umumnya orang-orang pergi ke Kalibiru kan untuk berfoto atau difoto. Sedangkan aku kan malu-malu kalau berfoto dan difoto. #hueks.cuih
Eh, Pembaca sudah pada tahu Kalibiru itu apa belum ya?
Apa itu Kalibiru? Apa itu Puncak Dipowono?
Jadi gini. Di Yogyakarta ini ada tempat wisata alam populer yang sedang digandrungi anak muda dan juga orang tua berjiwa muda #halah. Namanya ya Kalibiru itu.
Yang disebut sebagai Kalibiru itu sebetulnya adalah nama dusun. Bukan nama kali (sungai). Karena sepengamatanku, di sana nggak ada sungai. Apalagi sungai yang airnya berwarna biru.
Dusun Kalibiru boleh dibilang wilayah Yogyakarta bagian pelosok . Dari pusat Kota Jogja, jaraknya kira-kira ya sekitar 40-an km. Secara administratif, Dusun Kalibiru berada di pucuk Perbukitan Menoreh bagian dari Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta.
Daya tarik dari Dusun Kalibiru ini adalah pemandangannya yang WOW banget! Sebab di sini kita bisa menyaksikan bentang alam Yogyakarta dari ketinggian, yakni hamparan hijau hutan Perbukitan Menoreh yang berpadu dengan pesona Waduk Sermo.
Subhanallah!
Perhatiannya diarahkan ke pemandangan saja! Jangan malah ke payung pink-nya itu!
Selain Kalibiru, sebetulnya di pucuk-pucuk Perbukitan Menoreh masih banyak tempat-tempat lain untuk menyaksikan panorama bentang alam Yogyakarta dari ketinggian. Salah satunya adalah Puncak Dipowono. Letaknya masih sedesa dengan Kalibiru. Paling-paling ya hanya terpisah jarak sekitar 500 meter.
Eh, ada juga yang menyebut tempat ini sebagai Puncak Canting Mas. Entah kenapa bisa ada dua nama. Tapi pengelolanya sendiri menyebut tempat ini sebagai Canting Mas Puncak Dipowono. Wew, kok ya panjang ya namanya?
Pemandangannya kurang-lebih ya sama seperti foto di atas itu. Minus payung pink.
Gimana Pembaca?
Ternyata di pelosok Yogyakarta pun masih ada tempat-tempat yang menarik toh?
Yuk kita lanjut scroll ke bawah.
Rute Perjalanan Tak Biasa ke Kalibiru
Perjalanan menuju Kalibiru dan Canting Mas Puncak Dipowono mengambil waktu pada hari Kamis siang (21/1/2016), usai aku dan Dimas menyudahi kunjungan di Candi Borobudur. Oh iya, sebelum berkunjung ke Candi Borobudur, kami juga menyempatkan diri menikmati pesona pagi dari Bukit Kendil Giritengah.
Untuk cerita yang lebih lengkapnya, silakan Pembaca nge-klik tautan di bawah ini ya!
SILAKAN DIBACA
Terus terang, sebetulnya aku sendiri kurang paham rute pasti dari Candi Borobudur menuju Kalibiru . Umumnya, wisatawan yang berkunjung ke Kalibiru itu pasti lewat rute Jl. Raya Wates → Sentolo → Clereng → Kalibiru. Tapi sayangnya, baik Jl. Raya Wates, Sentolo, maupun Clereng itu lokasinya LUMAYAN JAUH dari Candi Borobudur. Ada lah mungkin sekitar 30-an km.
Pikirku, kalau dari Candi Borobudur ke Kalibiru harus lewat Jl. Wates dulu kok ya amat sangat memutar jauh sekali ya? Toh, letak Kalibiru kan di pucuk Perbukitan Menoreh. Sementara Candi Borobudur sendiri kan sudah punggung-punggungan sama Perbukitan Menoreh.
Sempat terbesit ide mendaki Perbukitan Menoreh dari Magelang via jalur yang dulu aku lalui sewaktu bersepeda PEKOK keliling Borobudur. Tapi setelah aku pikirkan masak-masak, rasa-rasanya kok itu bukan ide bagus ya?
Perbukitan Menoreh-nya sudah kelihatan, tapi Kalibiru-nya letaknya nun jauh di pucuk di balik awan sana.
Akhirnya aku putuskan mendaki Perbukitan Menoreh-nya dari cabang jalan yang ada di ruas jalan alternatif Ngluwar – Kalibawang. Ruas jalan ini menghubungkan Kabupaten Magelang di Jawa Tengah dengan Kabupaten Kulon Progo di DI Yogyakarta. Lebih shortcut daripada harus memutar jauh lewat Jl. Raya Yogyakarta – Magelang toh?
Perjalanan melintasi jalan alternatif Ngluwar – Kalibawang pun boleh dibilang baik-baik saja meskipun buatku terasa sedikit “menegangkan”. Kenapa tegang? Itu karena Dimas mengendarai sepeda motor sambil terkantuk-kantuk!
Waduh! Bakal runyam ini ceritanya kalau bablas nyebur ke sawah....
Akhirnya, di SPBU dekat perempatan Pasar Dekso, Dimas pun meminggirkan sepeda motornya dan tidur lumayan lama di mushalla. Aku pun baru tahu kalau ada SPBU baru di dekat Pasar Dekso. Penyelamat sekali lah SPBU ini.
Dilakoni sambil tidur nanti ya tahu-tahu juga bakal sampai di tujuan. #eh
Usai kami mengumpulkan nyawa (karena aku juga ikutan tidur ) serta menunaikan ibadah salat Zuhur, perjalanan menuju Kalibiru pun berlanjut. Eh, begitu mau tancap gas, tiba-tiba turun hujan deras! WEEH! Alhasil, terpaksa deh perjalanannya molor sampai nyaris pukul setengah 3 sore. #nasib
Nasib baik sepertinya masih belum berpihak kepada kami sewaktu mendaki Perbukitan Menoreh. Itu karena aku SALAH memilih cabang jalan! Gyahahaha . #bangga
Jadi, patokanku di saat itu adalah pokoknya harus mendaki Perbukitan Menoreh terlebih dahulu, baru setelahnya mencari cabang jalan ke Kalibiru. Kalau aku nggak salah ingat, dari ceritanya Denmas Brindhil kapan itu, ada jalan alternatif dari Gua Kiskendo ke Kalibiru.
Nah, konyolnya, dari perempatan Pasar Dekso aku mengarahkan Dimas ke Gua Kiskendo lewat Jl. Samigaluh! Ngawur toh? Ke Gua Kiskendo lewatnya kok Jl. Samigaluh? Itu kan rute yang memutar jauh!?
Pembaca yang warga Jogja atau kenal wilayah Kulon Progo pasti juga bakal menganggap ini suatu hal yang KURANG GAWEAN . Seharusnya itu kalau mau ke Gua Kiskendo beloknya di Perempatan Kenteng, Nanggulan. Jaraknya dari Pasar Dekso masih sekitar 6 km lagi.
Blas nggak ada petunjuk arah ke Kalibiru! Rawan nyasar ya jelas!
Aku sebetulnya ya nyadar, “kok ke Gua Kiskendo lewatnya Samigaluh sih?”. Tapi, nyadarnya itu pas di sekitar Jl. Raya Samigaluh km 8-an. Semisal di tengah jalan balik arah, kok ya... posisinya nanggung? Jadi yaaa... HAJAR SAJA BLEH! Toh Dimas ya buta jalan ini, hehehe.
Perjalanan dari Samigaluh ke Kalibiru via Gua Kiskendo itu benar-benar “berkesan” banget! Lewatnya hutan-hutan pinus gitu. Bahkan sempat pindah provinsi ke Jawa Tengah lagi! Tepatnya, masuk wilayah Kecamatan Kaligesing di Kabupaten Purworejo. Yang lebih “seru”, jalan alternatif dari Gua Kiskendo ke Kalibiru didominasi jalan cor-coran semen yang berlubang-lubang parah. Wew....
Eh, tapi kapan-kapan kalau benar-benar lagi kurang kerjaan, aku mau lho mencoba bersepeda lewat jalan ini, gyahahaha
Apa yang Menarik di Puncak Dipowono?
Setelah hampir 1 jam mengarungi ganasnya medan jalan Perbukitan Menoreh, akhirnya kami sampai juga di pertigaan SD Clapar. Di sini jalan bercabang dua. Yang satu menanjak dan yang satunya lagi relatif datar. Weh? Ke Kalibiru lewatnya mana ini ya?
Ndilalah, di cabang jalan yang mendatar itu kami lihat ada papan petunjuk bertuliskan arah ke Canting Mas Puncak Dipowono. Guna memastikan, kami pun bertanya ke warga setempat. Katanya, cabang jalan mendatar ini mengarah ke Canting Mas Puncak Dipowono. Jaraknya sekitar 700 meter lagi. Sedangkan cabang jalan yang menanjak mengarah ke Kalibiru. Jaraknya sekitar 500 meter.
Setelah berembug, kami pun memustukan untuk mampir ke Canting Mas Puncak Dipowono dahulu sebelum ke Kalibiru. Kira-kira di sana ada apa ya?
Dipotret dari atas sepeda motor ini. Mobil ya lewatnya jalan ini.
Wew! Walaupun terpencil begini area parkirnya ternyata luas juga lho!
Walaupun blusukan sampai pucuk Menoreh jangan lupa menunaikan ibadah.
Cabang jalan menuju Canting Mas Puncak Dipowono ini ternyata nggak kalah “seru”! Sebab wujudnya jalan tanah rusak nan sempit yang hanya muat untuk lewat satu mobil. Tapi ya... mobil apa ya yang berani lewat sini?
Untuk berkunjung ke Canting Mas Puncak Dipowono, pengunjung dikenai tiket masuk Rp5.000 per orang. Fasilitas di lokasi wisata ini boleh dibilang cukup lengkap. Ada warung-warung, toilet, dan mushalla. Area parkir kendaraannya juga luas. Bisa lah untuk menampung bus pariwisata.
Oh iya, sewaktu kami sampai di Canting Mas Puncak Dipowono ini sudah sekitar pukul 4 sore lho ya! Ternyata, perjalanan arah ke Kalibiru via Samigaluh itu LAMA BANGET! Tahu gini, mending tadi lewat Jl. Raya Wates aja deh.
Semacam tempat untuk berfoto dari dekat pohon tapi kok ya ditutup.
Area pandang luas yang mana pantai-pantai di Kulon Progo kelihatan dari sini.
Sebagaimana obyek-obyek wisata yang menyajikan pemandangan dari ketinggian, di Canting Mas Puncak Dipowono ini terdapat banyak rumah pohon dan juga pelataran luas yang bisa dipakai untuk berfoto-foto ria. Beberapa di antaranya berbayar, tergantung keikhlasan pengunjung.
Dari area pandang yang luas, tersaji panorama alam Kulon Progo di sisi selatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Kita bisa mengamati bagaimana rimbunnya hutan Perbukitan Menoreh lambat laun bermetamorfosis menjadi pesisir pantai yang kemudian menyatu dengan langit.
Sayang, waktu itu mendung, jadinya ya... fotonya kurang sedap dipandang mata.
Coba langitnya cerah ya?
Karena langit yang mendung itu pula aku jadi bingung gimana caranya menghasilkan foto yang bagus di Canting Mas Puncak Dipowono. Masalah klasik sih sebetulnya. Kalau aku motret dengan meng-expose foreground, nanti langitnya jadi putih karena over exposure. Sedangkan kalau aku motret dengan meng-expose langit, nanti foreground-nya yang jadi gelap karena under exposure.
Piye? Mbingungi toh?
Sebenarnya masalah ini bisa diselesaikan dengan mengolah file foto jenis RAW. Itulah sebabnya kenapa aku lebih senang memotret pakai format RAW dibanding JPEG. Karena format RAW memungkinkan fotografer untuk meng-edit foto secara lebih leluasa.
Tapi ingat! TIDAK SEMUA file foto RAW itu kalau di-edit bisa menghasilkan foto yang bagus lho! Eh, tapi bagus itu kan ya tergantung selera juga sih ya?.
Kalau langit di foto putih polos seperti ini ya sudah... terima nasib... nggak bisa diselamatkan.
Nah, daripada foto di atas lebih baik foto yang gelap tapi langitnya masih terlihat bertekstur.
Ini masih bisa dipercantik lagi jika difoto dengan format RAW.
Ini hasil olah digital format RAW dari foto gelap di atas. Jauh lebih baik daripada foto yang langit putih toh?
Apa yang Menarik di Kalibiru?
Sekitar pukul setengah 5 sore, rintik gerimis pelan-pelan mulai membasahi kawasan Canting Mas Puncak Dipowono. Kami pun bergegas beralih menuju tujuan utama yakni Kalibiru. Untungnya, hanya butuh waktu kurang dari 10 menit untuk mencapai Kalibiru.
Berbeda dengan Canting Mas Puncak Dipowono, suasana di Kalibiru ini bikin aku terkaget-kaget.
“Woh! Kok ada tempat semacam ini di pucuk Menoreh? Ini benar-benar di pelosok Jogja kan?”
Kok ya dekorasinya nyeni ya? Eh, ingat lho! Jaga tingkah laku saat berfoto!
Waa ini, di pucuk bukit ya juga ada pasukan pemadam kelaparan dan kehausan.
Jadi penasaran kayak apa sih rasanya bermalam di Kalibiru?
Dalam bayanganku, Kalibiru itu paling ya hanya sebatas tempat yang menjual pemandangan indah dari atas bukit. Nggak beda jauh lah sama yang ada di Canting Mas Puncak Dipowono. Ya, macamnya tempat-tempat sederhana di pelosok pedesaan gitu deh.
Tapi ternyata, apa yang aku lihat saat memasuki kawasan Kalibiru sangat berbeda jauh dengan apa yang aku lihat sewaktu di Canting Mas Puncak Dipowono. Bangunan-bangunan dan fasilitas-fasilitas di Kalibiru lebih tertata dan lebih matang untuk menunjang sektor pariwisata. Rasa-rasanya pengunjung bakal betah berlama-lama di sana.
Selain warung-warung yang tertata rapi, di Kalibiru juga tersedia joglo pertemuan dan pondok-pondok penginapan! Cocok lah sebagai tempat outing-nya orang-orang dari kota besar. Siapa tahu mereka tertarik untuk tinggal di pelosok pedesaan di Yogyakarta dan nggak mau balik lagi ke kota, gyahahaha.
Satu lagi! Yang bikin aku heran di Kalibiru ini tersedia akses internet WiFi lho! Kurang canggih apa coba?
Oh iya, tiket masuk Kalibiru itu Rp5.000 per orang.
Senang banget walaupun di pelosok begini tetap dilengkapi tempat sampah.
Ini batu yang diberi nama Chris Bennet sesuai nama seorang ahli ekologi yang sering mampir ke Kalibiru.
Sebagaimana yang mungkin Pembaca sudah tahu, Kalibiru kan terkenal berkat lokasi foto spot pohonnya. Nah, di Kalibiru ini tersedia 3 macam spot pohon dan 1 spot panggung. Masing-masing memiliki tarif tiket foto yang berbeda-beda.
Pengunjung diberikan waktu sekitar 5 menit untuk berfoto di spot yang diinginkan. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, pengunjung wajib mengenakan sabuk pengaman sebelum naik ke spot foto. Tiket masuknya itu sudah termasuk asuransi dari PT. Jasaharja Putera lho.
Di masa mendatang apa jumlah spot fotonya bakal bertambah dan tarif tiketnya bakal naik ya?
Untuk menghindari kejadian tidak diinginkan semisal tergelincir dari spot pohon....
Dimas pada waktu itu memilih foto di spot panggung. Aku sendiri setia jadi juru foto karena memang tidak hobi difoto, hahaha.
Sambil menunggu giliran Dimas tiba, aku menyempatkan diri keliling-keliling memotret suasana di Kalibiru yang penuh sama kawula-kawula muda. Aku juga sempat ngobrol-ngobrol sama seorang mas fotografer. Katanya, masing-masing spot foto di Kalibiru ini sudah ada fotografer yang menangani. Jadinya, kalau mau difoto dengan lebih profesional bisa mengontak masing-masing fotografer.
Sekilas aku perhatikan, perlengkapan foto para fotografer ini canggih-canggih juga lho! Entah kameranya seri apa, tapi lensanya saja Canon gelang merah yang 17-40 L itu. Wow...
Sudah persis seperti studio foto deh di sini. Yang kurang lampu studionya saja.
Nimbrung pasangan yang lagi photo session buat mencari sudut pemotretan yang pas.
Untuk foto di Kalibiru, jujur aku nggak mengalami masalah sebagaimana yang aku alami di Canting Mas Puncak Dipowono. Bisa jadi karena di Kalibiru ini hamparan pemandangan hutannya jauh lebih luas jadinya lebih fotogenik. Meskipun ya tidak bisa dipungkiri bahwa langit masih tetap mendung sedari tadi.
Piye? Capek toh? Jangankan yang difoto, yang memfoto saja juga capek kok.
Pilih Mana? Kalibiru atau Puncak Dipowono?
Nah, bicara perihal fotografi ya. Untuk spot fotografi yang paling menarik, antara Canting Mas Puncak Dipowono dan Kalibiru, pilihanku jatuh pada... hmmmm…
KALIBIRU!
Alasan utamanya sih sederhana. Itu karena Kalibiru menawarkan pemandangan Waduk Sermo yang lebih besar dan luas ketimbang Canting Mas Puncak Dipowono. Sedangkan perbandingan yang lain bisa Pembaca simak pada tabel di bawah ini.
Kalibiru | Canting Mas Puncak Dipowono | |
---|---|---|
Akses Jalan | Sudah bagus | Masih jalan tanah |
Warung, Mushalla, Toilet | Ada | Ada |
Bisa melihat sunrise? | Tidak | Ya |
Bisa melihat laut? | Tidak | Ya |
Bisa melihat sunset? | Tidak (terhalang Perbukitan Menoreh) | |
Penampakan Waduk Sermo | Besar dan jelas | Kecil dan terhalang bukit |
Ada spot foto pohon? | Ya | Ya |
Ada spot foto panggung? | Ya | Ya |
Ada jasa foto? | Ya | Tidak |
Ada biaya untuk foto? | Ya | Seikhlasnya |
Ada penginapan? | Ya | Tidak |
Ada balai pertemuan? | Ya | Tidak |
Kalibiru menangnya di sudut pemandangan ini.
Jadi ya begitulah! Semoga dengan membaca artikel ini Pembaca jadi punya gambaran seperti apa kiranya Kalibiru dan Canting Mas Puncak Dipowono. Khususnya bagi Pembaca yang hobi motret (bukan dipotret lho
), apa-apa saja yang mesti diperhatikan dari kedua lokasi tersebut.
Berhubung hari sudah semakin sore dan gerimis perlahan digantikan oleh rintik hujan, aku dan Dimas pun memutuskan hengkang dari pucuk Perbukitan Menoreh. Oh iya, untuk rute pulangnya kami lewat Jl. Raya Wates yang ternyata LEBIH CEPAT sampai Kota Jogja! Hahaha.
Pembaca sudah pernah ke kalibiru atau ke Canting Mas Puncak Dipowono?
NIMBRUNG DI SINI
Btw, di Lampung, tempat-tempat viewing point macam Kalibiru ini lagi ngehits juga lho, rameee.. serame Kalibiru ini juga, hehehe.
Wah, sepertinya orang-orang Lampung juga senang foto-foto di viewing point macam ini ya? :D
Pertama cuma lewat pas pit-pitan bareng Radith dkk via Kiskendo menuju Sermo.
Kedu nemenin temen-temen kuliah tapi malah gak jadi foto karena antriannya satu jam Bro.
Antrean foto di Kalibiru memang panjang. Mbuh kapan ini spot foto bakal sepi pengunjung.
Kalibiru memang indah yaa ke Jogja beberapa kali batal mulu mau mampir ke sana.
Weh, semoga dirimu suatu saat nanti bisa mampir ke Kalibiru, pas cuacanya cerah merona. :D
lumayan nek pengen difoto, untungnya sih aku sama kaya sampeyan mas, paling males
nek difoto! ngahahahaha :D
sekarang ada Rumah Pohon Murmas, di Lombok Utara
heuheuheu
SWOT mass. wkwk. mas ayok sunrisean ke putuk situmbu, belum pernah kii