Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Kamis, 12 Mei 2016, 09:08 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Pada suatu siang, aku dipanggil sama Bapak yang sedang menonton televisi sambil ditemani Ibu yang sedang menyetrika. Kebetulan, pada waktu itu beliau-beliau ini sedang singgah di Jogja.

 

Le, itu ada Sendang Ayu,” kata Bapak.

 

“Nggg? Rumah makan di Kalasan itu?” tanyaku balik.

 

“Bukan, itu sendang beneran.”

 

Aku perhatikan, yang terlihat di layar televisi memang tayangan yang menampilkan sendang alias mata air. Hooo... baru tahu aku Sendang Ayu itu ada mata airnya betulan. Tapi, aku cuma melihat tayangan itu sebentar karena ilfeel kalau kelamaan menyimak gerak-gerik sang presenter yang rodo lebay.

 

Mencari Sendang Bareng Pakdhe Timin

Selepas itu, perkara Sendang Ayu pun terlupakan. Sampai akhirnya, nama Sendang Ayu kembali mencuat pada Minggu pagi (7/9/2015), saat Pakdhe Timin mengajak bersepeda di sekitaran Prambanan... tapi dirinya nggak tahu tujuannya mau ke mana!

 

Doh, Pakdhe!

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

Blusukan ke Sendang Ayu aja po Pakdhe?” tanyaku.

 

“Sendang Ayu rumah makan itu?” tanya Pakdhe Timin balik.

 

“Bukan, Sendang Ayu itu ada sendangnya betulan. Kayaknya ada di belakangnya rumah makan.”

 

“Hmmm, di utaranya itu ya?”

 

“Kok di utara Dhe?”

 

“Di selatannya kan Jalan Solo?”

 

“Oh iya ya”

 

Singkat cerita, dari kediamannya Pakdhe Timin, kami berdua bersepeda menyusuri Jl. Raya Jogja – Solo sampai kemudian berhenti persis di seberangnya Rumah Makan Sendang Ayu. Semua warga Jogja yang sering bolak-balik Jl. Raya Jogja – Solo di sekitaran Prambanan pasti ngertilah rumah makan ini. Mungkin juga Pembaca sudah pernah mampir?

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

Di pinggir jalan raya itu kami menyapukan pandangan ke sekeliling Rumah Makan Sendang Ayu yang masih tutup. Kami bukan mau mencari celah untuk menyusup ke dalam rumah makan tanpa dipergoki oleh mbak-mbak pelayan yang sedang menyapu halaman lho ya! Tapi kami mencari-cari keberadaan pohon besar yang sekiranya kondusif sebagai sumber mata air Sendang Ayu. Asal Pembaca tahu, di seputar Jogja ini ada pakem yang menyatakan:

 

Pohon besar dan mata air adalah dua hal yang umumnya saling berkorelasi.

 

Setelah mencurigai satu pohon besar yang sekiranya berpotensi, kami pun lanjut memutar otak mencari rute menuju ke sana. Satu-satunya pilihan adalah melewati gang kecil di sampingnya masjid An-Nurumi alias "Masjid “Kremlin”-nya Kalasan yang tersohor dengan kubahnya yang berwarna-warni itu.

 

Eh, sekadar info, kalau pas bulan Ramadhan, takjil di Masjid An-Nurumi ini enak-enak lho!

 

Lowrider Sang Penyelamat

Dari Rumah Makan Sendang Ayu, kami pun lanjut memutar balik arah demi blusukan di Dusun Candisari Bendan. Dusun ini adalah lokasi di mana masjid An-Nurumi berada. Jalan demi jalan kampung kami lewati guna mendekat ke pohon besar yang disasar.

 

Eh, tapi kok ya malah nyasar!? Doh!

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

Bu, nuwun sewu, njengan ngertos Sendang Ayu mboten Bu? Sanes rumah makan lho! Mata air, aku bertanya ke seorang ibu yang kebetulan sedang stand-by di pekarangan rumahnya.

 

“Wah, jalannya lewat mana ya? Kalau dari sini nanti jalan kaki Mas. Tapi persisnya saya kurang tahu,” jawab si ibu ragu-ragu.

 

We, la, da, la...

 

Aku ngerti Mas! Yoh, rene tak anter!” ujar suara kecil di dekat kami.

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

Hooo, rupanya suara kecil itu terlontar dari mulut seorang bocah kelas 3 SD bernama Rasya. Dia ini cucu dari ibu yang aku tanyai barusan. Kebetulan banget lah Rasya mengerti lokasi Sendang Ayu. Alhasil, kami pun meluncur menuju Sendang Ayu dengan dipandu Rasya yang juga menunggang sepeda.

 

Weh! Kecil-kecil anak sepeda juga dia...

 

Ternyata, hanya sekitar 3 menit bersepeda dari rumah neneknya Rasya, kami pun tiba di Sendang Ayu. Di sana ada sejumlah ibu-ibu dan mbak-mbak yang sedang mencuci pakaian sambil ngerumpi (biasa lah ya ). Untung saja mereka nggak sekalian mencuci sambil mandi. Kan nanti kami jadi enak canggung.

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

“Di sini sendangnya ada dua Mas. Yang satu lagi bisa dipakai buat berenang. Aku sering berenang di situ. Sini tak tunjukin,” ajak Rasya.

 

We e e e... menarik sekali omongan bocah cilik ini! Ayo kita selidiki!

 

Ada Sendang Lain yang Katanya Bisa Buat Berenang

Lagi-lagi, dengan dipandu Rasya, kami pun berjalan kaki melewati jalan setapak menuju sendang kedua yang katanya bisa dipakai buat berenang. Jadi penasaran, seluas apa sih sendang kedua ini?

 

Di sepanjang jalan setapak menuju sendang kedua, aku melihat banyak kolam ikan. Sepertinya, air yang mengalir dari Sendang Ayu turut dimanfaatkan warga untuk mengairi kolam-kolam ikan. Walaupun musim kemarau, air Sendang Ayu masih melimpah ruah.

 

Lagipula enak banget ya kalau punya kolam ikan dekat rumah? Bisa buat mancing sesuka hati, hahaha.

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

Jebul ternyata, sendang yang katanya Rasya bisa dipakai buat berenang itu nggak seluas Sendang Klangkapan atau Sendang Ngembel. Luasnya hanya sekitar 8 meter x 3 meter. Kedalamannya hanya sepahaku. Ya sekitar 1 meter kurang sedikit lah. Jelas untuk bocah setinggi Rasya, kedalaman sendang segini ini ya masih bisa dipakai buat berenang. Kalau yang nyemplung setinggi aku, paling ya cuma nyaris bikin sempak basah saja. #apa.sih

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

“Kalau mau berenang, berenang aja Mas. Nggak apa-apa kok. Enak kan buat basah-basahan? Kalau nggak itu ambilin tiga karet gelang yang ada di situ dong,” tunjuk Rasya ke arah karet-karet gelang di dasar sendang yang dekat dengan kakiku.

 

Ngapain juga bisa ada karet gelang di dasar sendang?

Ngapain juga aku mau-maunya nurutin Rasya ngambilin karet gelang?

Berhubung sudah setengah nyemplung ya hajar bleh!

 

Tapi “licik” juga si Rasya ini, hehehe . Kalau aku membungkuk untuk mengambil karet gelang dengan tanganku, nanti bisa-bisa pakaianku basah semua. Untung aku sadar dan nggak terjebak omongannya, hahaha.

 

Jadi, aku pun mengandalkan jurus cengkeraman jari kaki buat ngambil karet-karet gelang yang diminta Rasya. Serasa praktek jurus kungfu kaki melingkar. #komik #kungfu.boy

 

Eh ternyata, selain karet gelang, di dalam sendang aku juga menemukan kunci sepeda motor lho! WAOW! Kira-kira apa lagi ini yang tersembunyi di dasar sendang ya? Jangan-jangan, kalau dasar pasirnya dikorek-korek aku bakal menemukan STNK atau bahkan sepeda motornya sekalian?

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

“Mas, tunggu di sini ya! Aku balik sebentar. Nanti aku berenang di sini,” kata Rasya lalu berlari meninggalkan kami.

 

Rasya sepertinya tergiur juga untuk nyemplung ke sendang setelah melihat aku nyemplung. Apa dia pulang minta ijin ke neneknya untuk ikut nyemplung ya?

 

Ah, whatever! Berhubung dari tadi aku nyemplung kan jadinya aku nggak bisa motret sendang yang nggak bernama ini. Aku lantas naik ke permukaan dan siap-siap untuk motret. Eh, tiba-tiba, tanpa ucapan permisi, tanpa ada sambaran petir, dan tanpa ada ba-bi-bu-be-bo ...

 

si bapak (yang ikut mejeng di foto atas) mendadak BUGIL!

 

WADUH! Untung saja sempat kepotret belum sempat motret. Bisa-bisa fotonya banyak sensor ini nanti. 

 

Membaca Aksara Jawa di Sendang Ayu

Karena situasi di sendang tak bernama sudah menjurus ke arah saru, aku dan Pakdhe Timin pun menyingkir ke Sendang Ayu. Kan tadi karena diajak Rasya jadinya juga belum sempat nguprek-uprek Sendang Ayu lebih jauh. Sekaligus juga nunggu Rasya balik lagi, karena sepeda lowrider-nya masih teronggok terparkir bersama sepeda-sepeda kami.

 

Yang mencolok dari Sendang Ayu ini sudah jelas adalah bangunan berbentuk gunungan yang ukurannya besar banget! Tingginya kira-kira sekitar 10 meter dengan lebar 4 meter. Awalnya, aku menerka bangunan ini dipahat dari batu andesit. Tapi ternyata cuma konstruksi batu bata dengan semen biasa.

 

Beh! Bukan peninggalan purbakala dong! Pemirsa kecewa!

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

Pada permukaan gunungan terlihat adanya tiga baris tulisan beraksara Jawa. Berhubung aku blogger yang baik hati (hueks cuih!), aku mencoba membacakan ketiga baris tulisan itu untuk Pembaca sekalian. Mosok sebagai orang Jawa KW aku nggak bisa baca tulisan Jawa sih? Mau ditaruh di mana itu harga diri?

 

Padahal ya pas membaca ini masih sering buka-buka buku Kawruh Pepak Basa Jawa, hahaha.

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

Tulisan Jawa yang paling atas itu adalah angka tahun, yaitu “1993”.

 

Tulisan Jawa yang di tengah dan yang paling besar sendiri, sudah jelas bisa ditebak dibacanya “Sendang Ayu” (tulisannya: Sendang Hayu).

 

Sedangkan tulsian Jawa terpanjang di paling bawah, dibaca “Wedha ning trusa harum manunggal”. Kira-kira artinya apa ya?

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

Berpindah ke belakang gunungan, kami menemukan benda yang nggak kalah menarik. Ada dua buah batu kecil, masing-masing disertai tulisan Jawa. Sayangnya, kondisi tulisannya sudah nggak begitu jelas.

 

Di batu bundar, aku menduga tulisan Jawanya berbunyi “sangpen”. Entah apa artinya.

 

Sementara itu, untuk batu berbentuk plakat segi empat, hanya baris teratas dan tengah yang masih bisa terbaca. Masing-masing berbunyi “hawya samar” dan “dunung nge”. Aku juga bingung apa artinya.

 

Eh, apa aku yang salah baca ya?

 

Kalau sekiranya Pembaca bisa membaca tulisan Jawa mbok aku dibantu, hehehe.  

 

Berbagai Pertanyaan yang Masih Jadi Misteri

Oh iya, Sendang Ayu ini termasuk sendang yang mistis lho. Di tempat ini ada bekas dupa dan juga sesajen. Selain itu, ada pula gulungan tikar.

 

Hmmm, sepertinya ada saja orang yang melakukan tirakat atau semadi di tempat ini. Menurut penuturan ibu yang sedang mencuci baju, Sendang Ayu ini pernah dipakai sebagai lokasi tayangan uji nyali salah satu acara televisi.

 

Weh! Semistis itukah Sendang Ayu? Tapi, kok ya warga pada masih bernyali untuk mencuci di sini ya? Apa mungkin pas siang dhemit-nya Sendang Ayu sedang istirahat? Jadinya aman dipakai untuk nyuci? Hahaha.

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

Kurang jelas juga asal-usul atau sejarahnya Sendang Ayu ini. Menurut si ibu, barangkali dengan mencuci wajah dengan air Sendang Ayu bisa membuat wajah menjadi cantik. Lha kalau buat cowok apa ya bisa bikin wajah jadi cantik juga ya? Hehehe.

   

Hmmm, apa mungkin diberi nama Sendang Ayu karena dahulu sendang ini tempat mandinya seorang wanita berparas ayu? Soalnya, di dekat sumber mata air terdapat patung wanita yang membawa kendi. Patungnya sih jelas kelihatan buatan masa kini.

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

Selain patung wanita, di dasar sendang, dekat kaki patung, terdapat patung lain berbentuk semacam ikan lele. Apa hubungannya patung ikan lele dengan patung wanita itu juga masih tanda tanya. Benar-benar Sendang Ayu yang penuh misteri deh.

 

Wis, kuwi ng patung e ono kodok!” tunjuk Pakdhe Timin sambil menunjuk ke ketiak patung.

 

Hooo? Apa jangan-jangan kodoknya itu jelmaan dari “penunggu” Sendang Ayu? Yang bilamana dicium nanti berubah jadi wanita berparas ayu? Hahaha.

 

Selang beberapa lama Rasya pun datang. Sepertinya dia nggak dapat izin untuk berenang di sendang. Dirinya pun berlalu bersama eyang kakungnya yang datang menjemput.

 

Berhubung semakin siang malah semakin banyak warga yang mencuci pakaian di Sendang Ayu, jadi sepertinya sudah nggak mungkin untuk memotret Sendang Ayu dengan kondisi yang sepi. Ah, ya sudah lah. Mending lanjut bersepeda saja dengan misi mencari sarapan di Prambanan.

 

Suasana Mata Air Sendang Ayu di Kalasan, Yogyakarta pada tahun 2015

 

Nah, buat Pembaca yang pernah bersantap di Rumah Makan Sendang Ayu, mungkin baru tahu juga kan kalau ada Sendang Ayu betulan yang tersembunyi dari popularitas rumah makan dan hiruk-pikuknya Jl. Raya Jogja – Solo?


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • PUTRO ASMORO
    avatar komentator ke-0
    PUTRO ASMORO #Jumat, 20 Ags 2021, 09:48 WIB
    Dunia persendangan wajib di lestarikan utara candi ada sendang bandung,google map,sendang bandung bondowoso
  • YUDHA
    avatar komentator ke-1
    YUDHA #Kamis, 21 Sep 2017, 15:00 WIB
    Mas, kalo di Jogja sendangnya habis, yuk ke Mayang...
    Hihihi, siaaap. :D
  • RISSAID
    avatar komentator ke-2
    RISSAID #Selasa, 30 Ags 2016, 14:31 WIB
    Walau enggak sedalam itu, tapi airnya bening banget Mas. Saya jadi pengen berenang juga.

    Rasya ekpresinya lucu banget ih waktu nawarin jadi penunjuk arahnya, gemes.
    ((Bapaknya kok bugil gitu))
    Mas, saru itu apa ya, saya tadi bingung mbacanya hihihi.
    Saru itu nggak sopan Mbak, hehehe. :p
  • BERSAPEDAHAN
    avatar komentator ke-3
    BERSAPEDAHAN #Jumat, 3 Jun 2016, 10:57 WIB
    Hmmm .. menarik juga ya .. mata air jadi tempat wisata .. di daerah Jawa Barat jarang banget jadi spot wisata.
    Sekarang banyak bermunculan komunitas-komunitas pencari atau pemburu curug... harusnya juga ada komunitas pemburu sendang... :D
    BTW .. kemasan sendang-nya bener-bener mistis ... hiyyy
    Hihihi, komunitas pemburu sendang biasanya merangkap komunitas laku spiritual Kang. :D
  • ELFARQY
    avatar komentator ke-4
    ELFARQY #Rabu, 18 Mei 2016, 09:38 WIB
    Mas iso mancing gak? Menowo iso nemu iwak lele putih..:D
    Weh! Ra wani njajal aku! :D
  • ANNOSMILE
    avatar komentator ke-5
    ANNOSMILE #Selasa, 17 Mei 2016, 18:33 WIB
    Baru tau juga dibelakang Sendang Ayu ada sendang betulan..
    Spot penak dinggo kungkum, hihihi.
    Cubo dijajal wae bengi-bengi nang kene, sopo ngerti cen ono wong sing lagi kungkum. :D
  • ARDIAN KUSUMA
    avatar komentator ke-6
    ARDIAN KUSUMA #Senin, 16 Mei 2016, 08:32 WIB
    Keren Om.
    Matur nuwun Bro.
  • WARSIDI
    avatar komentator ke-7
    WARSIDI #Senin, 16 Mei 2016, 07:57 WIB
    Duh jadi pengen mandi.
    Yo gek ndang lepas kelambi. :D
  • ANGKI
    avatar komentator ke-8
    ANGKI #Sabtu, 14 Mei 2016, 21:43 WIB
    Wah ternyata ada sendangnya ya Mas.... malah kalah tenar jadinya sama depotnya hehe...
    Wah dek Rasha pemandu sejati Mas hehe.... soalnya ijin dulu hehe... anak yang baik itu Mas...
    Kalau gak ijin bukan ciri anak yang baik T.T Wah aku ikie hehe pizz
    Wekekeke, ajaran orangtuanya dek Rasya patut ditiru itu. :D
  • PAKDHETIMIN
    avatar komentator ke-9
    PAKDHETIMIN #Sabtu, 14 Mei 2016, 03:02 WIB
    Dah lama gak sepedaan ama dirimu, lhe. :)
    Lha dirimu sudah punya sepeda atau belum Pakdhe?
  • NDOP
    avatar komentator ke-10
    NDOP #Jumat, 13 Mei 2016, 16:06 WIB
    Kui Sendang Ayu ne emang nek disawang rodok ra enak Wi. Sing enek pager wesine kui aurane rodok piye ngono haha.

    Btw, wong ndeso kok gak nduwe isin ya? Udo sak karepe dewe, hahahhaa.
    Weh, mosok toh aura ne ra enak? Kayane mesti diterawang iki, hihihi.
    Mungkin merga kebiasa wong sak desa wis dianggep sedulur e dewe, dadine ra isinan, hahaha. :D
  • NBSUSANTO
    avatar komentator ke-11
    NBSUSANTO #Kamis, 12 Mei 2016, 11:13 WIB
    Seksek, dulu nggak jarang wira-wiri Jogja - Solo kok nggak apal di mana RM Sendang Ayu ya? Kayaknya masih nggak semencolok bannernya Manuk Londho. hahahaha.

    Sampeyan kudune nunggu sik Mas. Jangan-jangan mbak-mbak yang pulang dari nyuci jadi ayu banget. :p
    Wah, kalau Manuk Londho memang itu promosinya terlalu agresif, hahaha. :D

    RM Sendang Ayu itu pemain lama. Jadi, promosinya paling sudah dari mulut ke mulut. Tapi, aku juga kalau nggak pernah diajak makan bareng rame-rame pas kuliah juga nggak bakal tahu ada apa di sana, hahaha. :D

    Wah, mestinya nunggu dulu ya? Tapi kalau nanti dipelototin sama ibu-ibu yang mau nyuci kok ya gimanaaa gitu, wekekeke. :D