Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Minggu, 3 April 2016, 03:16 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Wew, sudah masuk bulan April. Nggak kerasa ya tahun 2016 sudah berjalan 3 bulan. Kayaknya, tahun baru seperti baru kemarin.

 

Eh. Tapi, kalau aku pikir-pikir. Di tahun 2016 ini aku kok SAMA SEKALI belum nulis artikel yang topiknya air terjun ya?

 

Duh!

 

Payah...

 

Okelah! Daripada aku kebanyakan curhat-curhat nggak jelas. Di artikel ini aku mau cerita tentang pengalaman bersepeda ke Air Terjun Surupethek (ada juga sih yang menyebutnya Grojogan Surupethek). Jadinya, ini artikel air terjun pertama yang muncul di tahun 2016.

 

Meskipun ya, ke sananya sih sudah sejak tahun 2015 silam. #telat #banget

 

Air Terjun Surupethek di Bawahnya Cinomati

Cerita dimulai di hari Sabtu pagi (19/12/2015) yang mendung. Langit kelihatan masih bersedih. Rintik gerimis pun membasahi bumi. Cuaca yang seperti ini nih, yang bikin semangat buat bersepeda jadi luntur.

 

Saat gerimis mulai reda, aku meluncur naik Trek-Lala menuju Padepokan Joglo Pit. Selamat sampai di lokasi sekitar pukul setengah 8 pagi. Padahal sih, janjiannya pukul setengah 7, hahaha . Lha wong gerimis og. #alasan

 

Di padepokan, jelas sudah menanti sang empunya joglo, yang siapa lagi kalau bukan Mbah Gundul Endronotonegoro. Yang bikin agak surprise, ndilalah pagi itu juga ada penampakan Kang Sigit. Hooo, ternyata Kang Sigit ini belum lama pulang ke Jogja setelah pergi merantau mendulang pundi-pundi emas. Rupa-rupanya kangen sepedaan juga dirinya.

 

Teman Bersepeda ke Air Terjun Surupethek, Pleret, Bantul di tahun 2015
Alhasil, inilah rekan bersepeda santai di Sabtu pagi ini.

 

Informasi tentang keberadaan Air Terjun Surupethek ini tahunya ya dari Mbah Gundul. Katanya Mbah Gundul sih, lokasi air terjun ini ada di “bawahnya Cinomati”. Kesimpulannya, untuk ke sana nggak perlu susah payah melibas tanjakan jahanam. Ow yes! yes! yes! Ya lumayan lah ya sebagai “rute pemanasan” perburuan air terjun.

 

Karena kata kuncinya adalah “Cinomati”, jadi dari Kota Jogja kami meluncur dengan rute arah ke Tanjakan Cinomati. Jelas sudah Mbah Gundul juru pandunya. Selama medannya belum bukan tanjakan jahanam sih oke-oke saja kalau Mbah Gundul yang di depan.

 

Pertigaan ke Cinomati dan ke Air Terjun

Kami sebetulnya punya “rute baku” bersepeda dari Kota Jogja menuju ke Tanjakan Cinomati. Lewatnya itu dari Kota Jogja – Kotagede – Pleret – Segoroyoso – Wonolelo – Cinomati.

 

Tapi, kali ini kami nggak mengikuti panduan “rute baku”. Sebab, Mbah Gundul memilih rute yang melintasi Kecamatan Piyungan ke arah TPST Piyungan.

 

Enaknya bersepeda lewat rute Piyungan ini pemandangannya masih didominasi sawah-sawah. Sesekali bahkan kami masih ketemu kabut! Beda dengan pemandangan rute Banguntapan yang sawah-sawahnya sudah banyak dicaplok untuk perumahan plus tempat usaha. Sedih.

 

Pemandangan sawah hijau sepanjang perjalanan bersepeda ke Air Terjun Surupethek di tahun 2015
Semoga bertahun-tahun ke depan di sini masih banyak sawah.

 

Setelah 1 jam bersepeda santai (kira-kira sekitar 12 km dari padepokan), kami sampai di pertigaan cabang jalan. Kalau ke kiri ke arah Tanjakan Cinomati dan Grojogan Kali Bulan. Sedangkan kalau ke kanan adalah ke Air Terjun Surupethek.

 

Aku sendiri sebetulnya sudah berkali-kali bersepeda lewat pertigaan ini. Tapi, baru sekarang tahu kalau di pertigaan ini ada selebaran petunjuk arah ke Air Terjun Surupethek.

 

Jalan raya pertigaan menuju Air Terjun Surupethek, Pleret, Bantul di tahun 2015
Pertigaan yang banyak petunjuk arahnya itu. Kalau ke Air Terjun Surupethek ke kanan.

 

Petunjuk rute arah ke Cinomati dan Grojogan Kali Bulan di tahun 2015
Kalau ke arah kiri sih, ehm... tantangan sudah menanti.

 

Sedihnya, dari pertigaan ini menuju Air Terjun Surupethek sama sekali nggak ada petunjuk arah. Alhasil, kami sering berhenti dan bertanya ke warga setempat. Alhamdulillah, warga-warga yang sempat kami tanyai mengerti lokasi Air Terjun Surupethek. Ini nih enaknya kalau warga juga seneng dolan, hehehe.

 

Kalau mau dibuat ancer-ancer (apa ya bahasa Indonesianya?), dari pertigaan di atas itu nanti mengarah ke Kantor Desa Wonolelo (Dusun Purworejo). Kemudian masuk gapura RT 04 Bojong. Nah, di wilayah Bojong ini nanti air terjunnya bakal kelihatan kok dari jalan. Asal mata jeli saja.

 

Foto Gapura Dusun Bojong, Wonolelo ke arah Air Terjun Surupethek, Pleret, Bantul di tahun 2015
Gapura masuk ke lokasi air terjun.

 

Penampakan Air Terjun Surupethek, Pleret, Bantul dari kejauhan di sisi bukit di tahun 2015
Pembaca bisa lihat di mana air terjunnya?

 

Selebaran petunjuk ke Air Terjun Surupethek baru tampak di posisi 50 meter menjelang tempat parkir kendaraan pengunjung. Lokasi parkir ini mengambil tempat di salah satu halaman rumah warga.

 

Entah karena waktu itu hari Sabtu atau gimana, lokasi parkirnya sepi! Hanya kami satu-satunya pengunjung. Ditambah lagi, nggak ada satu pun orang di sekitar sana yang sedang beraktivitas di luar rumah dan bisa dimintai keterangan.

 

Foto Rumah tradisional limasan dari Yogyakarta yang ada di pelosok Bantul di tahun 2015
Sepi.... Masak tanya ke ayam?

 

Dugaan kuatnya, dari tempat parkir menuju Air Terjun Surupethek sepertinya harus masuk-masuk hutan. Tapi, cabang jalan hutan mana yang mesti dipilih ya... tebak-tebak buah manggis deh .

 

Padahal, kalau melirik selebaran besar di lokasi parkir, selain Air Terjun Surupethek, di kawasan ini ada lima air terjun lain lho! Wiii... banyak air terjun...

 

Panduan rute ke Air Terjun Surupethek, Pleret, Bantul di tahun 2015
Ada enam air terjun ya ceritanya?

 

Menerjang Hutan Demi Air Terjun Surupethek

Mula-mula, kami berniat memarkir sepeda di lokasi parkir yang disediakan pengelola. Tapi, Mbah Gundul mengusulkan supaya sepedanya dibawa masuk ke dalam hutan saja. Supaya lebih aman menurutnya. Padahal, kan ya pernah ada kejadian, sepeda diparkir di hutan tapi tetap dimaling. Duh!

 

Jadilah, kami menerjang hutan dengan bersepeda sampai ke suatu tempat di mana sepeda sepertinya harus diparkir karena medan jalannya semakin tidak sepedawi. Semoga saja parkir di dalam hutan di sini nggak dimaling deh ya.

 

Foto Bersepeda menembus hutan ke Air Terjun Surupethek, Pleret, Bantul di tahun 2015
Kapan lagi bisa bersepeda menembus hutan?

 

Parkir sepeda di dalam hutan dekat Air Terjun Surupethek, Pleret, Bantul di tahun 2015
Semoga aman.... Harap selalu merantai sepeda!

 

Dari sini, kami lanjut menjelajah hutan dengan berjalan kaki. Medannya ya medan hutan yang khas dengan jalan tanah yang becek dan licin. Di dalam hutan ini hanya ada satu selebaran petunjuk arah menuju Air Terjun Surupethek dengan tulisan “NAIK!!!”.

 

Selebaran petunjuk arah ke wisata Air Terjun Surupethek, Pleret, Bantul di tahun 2015
Asal di dalam hutan masih ada petunjuk seperti ini, mau medannya seperti apa hati tenang lah.

 

Bingung? Nggak juga sih. Kami ikuti saja jalan setapak yang sepertinya sering dijejak manusia. Pokoknya, kalau kontur jalannya naik, kami rasa itulah jalan yang benar (tapi tidak lurus) .

 

Kalau ada warga sih enaknya bertanya ke warga. Tapi, di dalam hutan, di pagi hari itu, kami nggak berjumpa dengan seorang warga pun. Mungkin mereka masih terlelap karena hawanya kan adem sehabis gerimis. Cocok buat tidur. Apalagi ini hari Sabtu. #ngantuk

 

Rute jalan kaki masuk hutan ke Air Terjun Surupethek, Pleret, Bantul di tahun 2015
Di dalam hutan nggak ada orang. Kalau nyasar ya pasrah.

 

Setelah 10 menit berjalan kaki dari tempat sepeda diparkir, kami berjumpa dengan lokasi yang disinyalir sebagai air terjun. Sayang debit airnya sedikit banget. Apa karena hujan di Desember ini belum terlalu sering dan deras ya?

 

Eh, kalau membandingkan dengan foto Air Terjun Surupethek yang terpampang di selebaran petunjuk arah, sepertinya ini bukan Air Terjun Surupethek deh.

 

Di lokasi air terjun ini kami berjumpa dengan sekumpulan bocah yang sedang bermain air. Pas kami tanyai perihal Air Terjun Surupethek yang fotonya seperti di selebaran, mereka nggak ngerti! Waduh! Kurang gaul ini bocah-bocah.

 

Foto bareng anak-anak di Air Terjun Surupethek, Pleret, Bantul di tahun 2015
Foto bareng bocah-bocah biar awet muda.

 

Awalnya, aku menduga Air Terjun Surupethek itu terletak di puncak air terjun kecil ini. Tapi Mbah Gundul ragu-ragu sama pemikiranku. Dirinya pun memutuskan untuk observasi kawasan sekitar.

 

Selang beberapa saat, terdengarlah suara peluit. Mbah Gundul rupanya yang meniup. Dirinya menyuruh aku dan Kang Sigit untuk segera menghampirinya.

 

Wedalah, ternyata Mbah Gundul menemukan Air Terjun Surupethek yang dimaksud!

 

Foto selfie di Air Terjun Surupethek, Pleret, Bantul di tahun 2015
Alhamdulillah, ketemu juga air terjunnya!

 

Ternyata posisi Air Terjun Surupethek hanya berjarak sekitar 100 meter dari air terjun kecil barusan. Sayang, bocah-bocah tadi sudah pada pulang. Coba mereka mau menjelajah sedikit lebih jauh lagi. Kan bakal lebih enak main airnya.

 

Surupethek yang Mirip Kali Bulan

Dari wujudnya, Air Terjun Surupethek ini hampir mirip dengan Grojogan Kali Bulan. Hanya saja, Grojogan Kali Bulan sepertinya lebih tinggi.

 

Air Terjun Surupethek ini memiliki banyak teras atau tingkatan. Aku sih nggak menyarankan untuk mendaki hingga ke puncak karena batu-batunya cukup licin. Kalau nanti mencoba terus jatuh dan terluka, yang mau menolong siapa? Lha sepi banget kok lokasinya.

 

Air Terjun Surupethek yang tersembunyi dan perawan di Pleret, Bantul di tahun 2015
Foto keluarga dulu yah!

 

Jelas ya, dari wujudnya Air Terjun Surupethek ini nggak cocok dipakai untuk berenang karena nggak punya kedung yang dalam. Tapi, kalau sekadar untuk berbasah-basahan, ya boleh lah. Asal jangan jadi tempat ngendog sama tempat mesum saja! Habisnya, sepi sih.

 

Di sekitar air terjun nggak ada semak-semak yang cocok digunakan sebagai tempat bersalin pakaian. Satu-satunya tempat yang kondusif untuk membersihkan diri paling ya toilet yang ada di dekat tempat parkir. Jauh juga.

 

Debit Air Terjun Surupethek ini nggak terlampau deras. Kalaupun deras, kemungkinan hanya ketika semalam di lokasi ini atau di hulu sungai diguyur hujan lebat.

 

Penampungan saluran air warga di lokasi Air Terjun Surupethek di tahun 2015
Airnya kok butek ya?

 

Air Terjun Surupethek juga dimanfaatkan sebagai sumber air oleh warga setempat. Jadi, harap jaga kebersihan air terjun karena kasihan kalau nanti warga mendapat air yang sudah “tercermar”.

 

Oh iya, yang menarik dari Air Terjun Surupethek ini adalah keberadaan tempat sampah! Jadinya aku nggak perlu menjalankan “ritual” mengumpulkan sampah di kantong kresek deh, hehehe.

 

Tempat sampah biru di Air Terjun Surupethek, Pleret, Bantul di tahun 2015
Adanya tempat sampah di lokasi air terjun adalah suatu kemajuan signifikan yang patut diapresiasi.

 

Cerita mistis membuang sampah sembarangan di kawasan Air Terjun Surupethek, Bantul di tahun 2015
Wokey! Siap Mbah! Yang melanggar bakal kena santet!

 

Air Terjun Surupethek sendiri relatif bersih dari sampah. Meskipun ya... tetap masih ada 1-2-3 ceceran sampah botol plastik ulah dari pengunjung yang nggak bertanggung-jawab.

 

Dari sisi fotografi, Air Terjun Surupethek termasuk air terjun yang menurutku cukup fotogenik. Terutama karena di lokasi ada rerimbunan daun yang bisa aku manfaatkan sebagai framing. Apalagi air terjun ini ramah difoto dalam format horizontal (landscape).

 

Eh, kalau dipikir-pikir, aku kok ya jarang motret dalam format vertikal (portrait) ya?

 

Pemadangan keindahan alam Yogyakarta di Air Terjun Surupethek, Pleret, Bantul di tahun 2015
Da dah! Sampai ketemu lagi! Semoga tetap lestari ya!

 

Kekurangan Air Terjun Surupethek dari sisi fotografi, menurutku ya hanya debit airnya saja yang kurang melimpah. Tapi ada untungnya juga karena aku nggak perlu repot-repot beraksi dengan teknik slow-speed berdetik-detik lamanya.

 

Cukup pasang filter CPL (Circular Polarizer), atur ke ISO-100, bukaan diafragma f/11, dan aku bisa mendapat kecepatan rana sekitar 1/10 detik. Jadinya, nggak perlu pakai bantuan tripod karena kamera tetap bisa aku pegang stabil.

 

Penggunaan filter CPL aku sarankan untuk mengurangi pantulan air pada dinding-dinding batu. Hasil foto sebelum dan sesudah menggunakan filter CPL bisa Pembaca lihat pada foto di bawah ini.   

 

Tips dan teknik foto air terjun tanpa filter cpl
Kalau nggak pakai filter CPL, batu-batunya jadi silau karena basah dan memantulkan cahaya matahari.

 

Tips dan teknik foto air terjun dengan filter cpl
Sedangkan kalau pakai filter CPL, pantulan cahaya matahari bisa diredam.

 


 

Kesimpulannya, Air Terjun Surupethek memang bukan air terjun yang ideal untuk bermain air secara maksimal. Akan tetapi, untuk Pembaca yang senang menjelajah ke air terjun “tersembunyi” dan masih “alami”, sepertinya Air Terjun Surupethek layak dijadikan pilihan.

 

Oh iya, perihal alasan kenapa air terjun ini diberi nama Surupethek aku juga nggak tahu. Surupethek sendiri bukan istilah yang umum dijumpai dalam perbendaharaan bahasa Jawa. Air Terjun Surupethek letaknya ada di Desa Bojong, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

 

Jadi, setelah dari air terjun ini bersepeda ke mana lagi ya?


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • AULYIA
    avatar komentator ke-0
    AULYIA #Sabtu, 17 Mar 2018, 15:30 WIB
    Wah sejuk keliatannya, mantap.
    Iya, masih asri. :D
  • TIPS WISATA
    avatar komentator ke-1
    TIPS WISATA #Kamis, 10 Nov 2016, 09:07 WIB
    Info seger nih. Ijin share ya mbah.
    monggo Le
  • INDOMIELEZAT
    avatar komentator ke-2
    INDOMIELEZAT #Rabu, 26 Okt 2016, 08:47 WIB
    kalian bertiga.....awesome dudes
    Lha njuk berapa tahun lagi iki dirimu turun ke jalan? :p
  • FISKAL
    avatar komentator ke-3
    FISKAL #Rabu, 12 Okt 2016, 16:06 WIB
    Pemandangannya seger banget Mas. Boleh ikutan deh lain kali.
    Hihihi, ayo-ayo. :D
  • TEPLOK
    avatar komentator ke-4
    TEPLOK #Jumat, 22 Jul 2016, 15:40 WIB
    Bagus lagi kalau naik ke situnya susur sungai. Lebih mengasyikkan dan tidak terlalu menguras tenaga. Kalau ke sini bisa kontak kami. :)

    Salam lestari.
    Wah iya, besok-besok lagi kalau ke sana yaaa. :D
  • ANDERSON
    avatar komentator ke-5
    ANDERSON #Minggu, 29 Mei 2016, 06:52 WIB
    Suasannya bikin penasaran nehhh.
    Ayo dong main ke sana. :D
  • JASA DESAIN RUMAH
    avatar komentator ke-6
    JASA DESAIN RUMAH #Rabu, 20 Apr 2016, 08:06 WIB
    Perlu dicoba ini blusuk ke Air Terjun Surupethek. Walaupun airnya kurang deras tapi masih alami suasananya.
    Ditunggu kunjungannya ke sini. :D
  • LUTHFI
    avatar komentator ke-7
    LUTHFI #Minggu, 17 Apr 2016, 20:25 WIB
    Kalo saat ini debit airnya lumayan sudah deras Mas. Tadi pagi, lebih dari 20 mahasiswa UIN mengunjungi tempat itu. Ada lagi satu air terjun namanya Pogog,
    Kalau mau ke Pogog, sebelum balai Desa Wonolelo, ada pertigaan, pas pondok pesantren Binaul Ummah, ambil kiri, naik terus, sampai bertemu dengan taman kanak-kanan. Setelah itu manyusuri jalan cor blok, jalur ini biasanya digunakan oleh motor trail.
    Grojokan Pogog ini lumayan tinggi, lebih dari 50 meter, tapi medannya lebih sulit daripada Surupethek.
    Jika berkenan, suatu saat bisa saya antar, selain air terjun, di sebelahnya juga terdapat bukit yang memiliki pemandangan yang tidak kalah menarik.
    salam.
    Wah, terima kasih Mas Luthfi atas informasi Grojogan Pogog-nya. Semoga bisa ke sana suatu saat nanti. :D
  • PURNAMA
    avatar komentator ke-8
    PURNAMA #Jumat, 15 Apr 2016, 07:59 WIB
    Air terjunnya gak begitu deras ya, tipis tapi tetep keren... masih asri lagik tempatnya.
    Iya, tempatnya memang masih asri. :)
  • MAJOR TOM
    avatar komentator ke-9
    MAJOR TOM #Senin, 11 Apr 2016, 23:15 WIB
    Cuman perasaanku, apa emang kali ini banyak fotomu yang ngeblur Mas? Kurang tajem begitu.
    Foto-fotonya di-save for webpage dengan kompresi 40%, makanya jadi kurang jelas. ;p
  • EXAUDIO SIREGAR
    avatar komentator ke-10
    EXAUDIO SIREGAR #Minggu, 10 Apr 2016, 23:18 WIB
    Seandainya debit airnya besar, bakal makin bagus nih air terjunnya, tingkatan-tingkatan batunya keren!
    Iya, seandainya saja debit airnya besar.
  • JONATHAN BAYU S
    avatar komentator ke-11
    JONATHAN BAYU S #Minggu, 10 Apr 2016, 18:40 WIB
    Wih, asyik banget nih Mas sepedaan ke air terjun... perjalanannya nyusurin lingkungan yang masih asri itu enak banget ya. Semoga tetep lestari air terjun dan sekitarnya. :)
    Hihihi, perjalanannya memang menyenangkan sekaligus melelahkan. :D
  • LINGGA ABDURRACHMAN
    avatar komentator ke-12
    LINGGA ABDURRACHMAN #Minggu, 10 Apr 2016, 09:11 WIB
    Keren banget petualangannya..!!
    Matur nuwun. :)
  • BERSAPEDAHAN
    avatar komentator ke-13
    BERSAPEDAHAN #Kamis, 7 Apr 2016, 18:42 WIB
    Kalau debit airnya besar ... pasti lebih keren kayaknya.
    Di jalan malah sedikit papan petunjuknya, tapi di hutan-nya malah ada ya .. hehehe,
    Namanya koq aneh .. Surupethek .. artinya apa ya ?
    Ho oh Kang, kalau debit airnya besar bakal lebih joss air terjunnya.
  • PESONA RAMBUT
    avatar komentator ke-14
    PESONA RAMBUT #Kamis, 7 Apr 2016, 10:40 WIB
    Wehh, jan nggarai pengen wae lo Kang.
    Salam kenal. Kapan-kapan ajak i aku yo.
    Wekekeke, rene o. :D
  • MEDIAMAYA
    avatar komentator ke-15
    MEDIAMAYA #Rabu, 6 Apr 2016, 16:41 WIB
    Bagus sekali pesona air terjun Surupethek, bisa mampir nih kapan-kapan..:D
    Silakan mampir. Hati-hati nyasar. :D
  • BERBAGIFUN
    avatar komentator ke-16
    BERBAGIFUN #Selasa, 5 Apr 2016, 22:26 WIB
    heuheuheu, jenenge kok aneh, Surupethek.

    Mungkin dari kata Surup dan Ethek (dangkal) ya?
    Wekekeke, bisa jadi Bro. :D
  • ACADEMICIND
    avatar komentator ke-17
    ACADEMICIND #Selasa, 5 Apr 2016, 03:24 WIB
    Mampir Mas, rumah saya di dekatnyahee, di Bantul juga.
    Hahaha, kapan-kapan yah. :D
  • HERU ARYA
    avatar komentator ke-18
    HERU ARYA #Senin, 4 Apr 2016, 21:17 WIB
    Mas Maw..... Apa kabar ni? Serius. Kangen banget udah lama gak nimbrung di perjlanan mas Maw.. iMaafkan, ya. Kemaren gue sibuk Skripsi, jadinya jarang BW. Semoga skrg bisa rajin lagi ya mas. :)

    Perjalanan kali ini gak seserem biasanya harus nanjak banget bawa sepeda. Apa kabar lutut kek gitu. XD

    Eh, mas. Tapi kok Airnya butek banget ya? Atau airnya kecampur limbah atau... ada guncangan di atas. Sehingga menjadi keruh..

    Tapi meskipun ini perjalanan 2015. Tetep serasa baru sih, mas.
    Hahaha, lututnya senat-senut. Mungkin karena airnya nggak deras jadinya terlihat keruh.
  • TURTLIX
    avatar komentator ke-19
    TURTLIX #Senin, 4 Apr 2016, 15:29 WIB
    Hai Wijna, apa kabar Kang Bayu, eh ada Mas Sigit juga...
    Apa kabar Paklik? :D
  • NBSUSANTO
    avatar komentator ke-20
    NBSUSANTO #Senin, 4 Apr 2016, 13:01 WIB
    Woh apik tenan iki Mas! Cuma ya itu sih di debit airnya yang kecil yang bikin kurang wah.
    Kalau pas puncak musim hujan gimana ya?

    Btw, ke Cinomati lewat Piyungan memang syahdu Mas, jadi inget masa survey KKN dulu sering banget ke sana. hahaha. Tanjakan dan sawahnya itu bikin adem.
    Cuma denger-denger Piyungan mau jadi kawasan industri. Entah di sebelah mana.
    Ho oh, Piyungan memang adem. Kawasan industri di Piyungan itu cabang jalannya di ruas Jl. Wonosari setelah Pasar Piyungan. Di sana memang masih kebun tebu tapi sudah ada papan kawasan industrinya.
  • INSANWISATA
    avatar komentator ke-21
    INSANWISATA #Senin, 4 Apr 2016, 10:19 WIB
    Sekilas air terjunnya kaya petir... hehe.
    Coba aja pas deras ya. Pasti bagus banget sambil liat bidadari mandi.
    Wah, asyik itu kalau ada bidadari mandi di sana. :D
  • ANIS HIDAYAH
    avatar komentator ke-22
    ANIS HIDAYAH #Minggu, 3 Apr 2016, 06:05 WIB
    Weh, aku yo baru tahu lho mas di Jogja ada Air Terjun ini. Lumayan bagus lah air terjunnya....
    Eh ancer-ancer ki Bahasa Indonesianya patokan bukan?...
    Weh, kali ini yang mandu Mbah Gundul ya Mas? Pemilik padepokan, hehehe Keren!!!
    Iya, air terjun ini memang nggak terlalu terkenal. Sepertinya ancer-ancer itu ya patokan. :D