Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Kamis, 4 Februari 2016, 07:18 WIB

Semua bermula dari senggol-menyenggol komentar di media sosial antara aku dan Indra sang punggawa blog Mari Kita Dolan. Sepertinya cocok tuh kalau satu hari di akhir Desember 2015 silam (yang hari liburnya dempet-dempetan itu) dipakai untuk sepedaan.

 

Berhubung aku kalau memilih rute sepeda ujung-ujungnya pasti bakal “begitu” (Pembaca artikan sendiri lah ya ), alhasil aku pasrahkan saja deh ke Indra perkara mau dibawa ke mana sepeda kita. #nyanyi Eh, malah Indra menjawabnya manut-manut. Weleh, repot ini!

 

Apa boleh buat. Memutar otaklah aku memilah-milih rute sepeda. Aku tanya mau rute datar atau nanjak. Dijawab Indra nanjak boleh asalkan manusiawi. Waduh! Tanjakan manusiawi itu yang macam mana ya Ndra? #bingung

 

Rambu petunjuk arah menuju Gua Jepang di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Bersepeda ke Parangtritis sih sudah biasa. Nah, kalau bersepeda ke Gua Jepang di Pundong?

 

Setelah mencari inspirasi sambil ngendog, akhirnya mencuatlah ide bersepeda ke Gua Jepang di Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. Selain karena aku merasa sudah lama bingits nggak menyapa wilayah Pundong, Gua Jepang ini aku pilih karena lokasinya masih di seputar Bantul (yang notabene daerah kekuasaannya tim Mari Kita Dolan) plus... ya... ada tanjakannya .

 

Eh, eh, eh, tapi tanjakan Gua Jepang Pundong ini menurutku sih manusiawi ya. Dengar-dengar hanya perlu menempuh sekitar 3 km jalan nanjak. Lagipula, aku belum pernah tahu cerita kalau tanjakan Gua Jepang Pundong ini lebih jahanam dibanding tanjakan Mangunan atau tanjakan Cinomati.

 

Dari Jogja Menuju Pundong

Jadilah di hari Kamis pagi (24/12/2015) yang bertepatan dengan libur Maulid Nabi Muhammad SAW, aku bersama tim Mari Kita Dolan ~ Male Version (Indra, Novi, Charsidi, dan Yudho) berangkat bersepeda menuju Gua Jepang Pundong dari Pasar Jejeran, Pleret pukul 6 pagi.

 

Kalau dolan sama anak-anak muda ini, aku jadi sregep bangun pagi. Kalau sama kawan-kawan sepuh eks-SPSS sih janjian pukul 6, berangkatnya setengah 8, gyahahaha.

 

Sawah dijual murah di kawasan Pundong, Bantul pada Desember 2015
Persawahan Pundong yang mendung di pagi hari.

 

Perjalanan dari Pasar Jejeran menuju Pundong terbilang was-wus-was-wuus. Sampai di wilayah Pundong sekitar pukul 7 pagi. Kemudian langsung mengarah ke Kali Opak. Lebih tepatnya, mencari jembatan penyebrangan untuk berpindah sisi ke wilayah Pundong yang ada di seberang selatan Kali Opak.

 

Weh! Kagetlah aku pas sampai di jembatan. Dulu banget, aku ngertinya jembatannya ini ya jembatan gantung yang warnanya kuning. Eh, nggak bener-bener jembatan gantung juga sih. Soalnya jembatannya ya masih pakai pondasi kaki beton di Kali Opak juga.

 

Jembatan gantung kuning melintasi kali opak di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Jembatan lama Pundong yang menggantikan jembatan sesek. Kalau lewat sini mesti satu-satu.
Difoto pada Agustus 2013.

 

Posisi jembatan lama Pundong dengan jembatan baru pada Desember 2015
Jembatan lama Pundong dilihat dari jembatan baru.

 

Di tahun 2015 ini kok ujug-ujug sudah ada jembatan beton yang lebih kokoh dan lebih besar. Lokasi jembatan baru dan jembatan lama itu hanya terpaut jarak sekitar 100 meter. Kalau ada jembatan jembar seperti ini kan mobil, truk, atau bus bisa lebih enak wira-wiri-nya.

 

Warga bersepeda di jembatan baru Pundong, Bantul pada Desember 2015
Dengan adanya jembatan baru yang besar ini nggak mesti satu-satu pas melintas. Cuma hilang sensasinya saja.

 

Sepertinya, kalau aku dan Pembaca mau lebih update lagi perihal info-info Pundong atau lokasi-lokasi menarik di Pundong, wajib hukumnya mlipir ke blog-nya Mbak Dwi Susanti selaku wanita berdarah Pundong.

 

Semangat Menanjak ke Gua Jepang!

Wokey! Selepas beristirahat sejenak di jembatan, mengambil napas sembari mengumpulkan niat, perjalanan pun dilanjutkan menuju dasar tanjakan Gua Jepang. Letaknya persis di pinggir Jalan Raya Siluk – Parangtritis. Kalau dari jembatan baru ini, kira-kira jaraknya sekitar 3 km lah.

 

Begitu sampai di dasar tanjakan lagi-lagi aku kaget.

 

Dasar tanjakan menuju kawasan Gua Jepang Pundong dan Gua Surocolo di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Eh, fotonya nggak begitu kelihatan nanjak ya?

 

Kok intro tanjakannya sudah vertikal begini yak?

 

Glek... mendadak dengkul jadi lemas. Niat yang sudah susah-payah dikumpulkan jadi pada berceceran entah ke mana...

 

Tanjakan curam pertama menuju kawasan Gua Jepang Pundong dan Gua Surocolo di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Nah, kalau ini baru deh terasa tanjakannya.

 

Tapi, melihat anak-anak muda yang tampak bergairah melibas tanjakan, aku sebagai member yang paling uzur pun tergugah nggak mau kalah. Mau ditaruh di mana harga dengkul seandainya Mbah Gundul tahu?

 

Woladalah... ternyata mereka menggeh-menggeh juga di 200 meter pertama...

 

Aku pun didaulat untuk berada di posisi terdepan. Ya sudah lah...

 

Meindraset, Indra Setiawan bersepeda menuju kawasan Gua Jepang Pundong dan Gua Surocolo di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Gimana Ndra? Mantap tanjakannya?

 

Sekitar 600 meter dari dasar tanjakan adalah titik pemberhentian pertama yang berwujud tanah lapang. Di sini Yudho undur diri karena mau menghadiri acara nikahan. Alhasil, rombongan tersisa 4 orang. Waktu menunjukkan pukul setengah 9 pagi.

 

Terkapar tak berdaya di tanah lapang menuju kawasan Gua Jepang Pundong dan Gua Surocolo di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Belum ada 1 kilometer nanjak tapi stamina sudah terkuras.

 

Berjarak 200 meter dari titik pemberhentian pertama adalah titik pemberhentian kedua yang berwujud pos ronda dusun Payahan. Anggota rombongan mulai pada mumet. Kok nggak sampai-sampai ke Gua Jepang sih? Kan jaraknya hanya 3 km dari dasar tanjakan? Menurut omongan bocah-bocah dusun, katanya sih lokasi Gua Jepang masih jauh. Weleh...

 

Pesepeda beristirahat di pos ronda dusun Payahan, Selorejo, Pundong, Bantul pada Desember 2015
Istirahat lagi di Pos Ronda. Nggak sekalian ngeronda Mas?

 

Anak-anak desa dusun Payahan, Surocolo di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Diajak balapan pada nggak mau. Senengnya njumping-njumping.

 

Di sini aku belajar pengalaman yang mana jarang terpikirkan sewaktu aku bersepeda sendiri atau bareng Mbah Gundul CS. Sepertinya, aku harus siap sedia bekal semacam biskuit, roti, atau sejenisnya. Bukan buatku, tapi buat teman-teman yang sepertinya butuh asupan tenaga ekstra guna melibas tanjakan.

 

Agaknya aku terlalu “sombong” dan lupa kalau kekuatan bersepeda setiap orang itu berbeda-beda. Duh! Jadi merasa berdosa ini sudah mengajak mereka bersepeda ke mari.

 

Leren Dengkul di Sendang Surocolo

Berjarak 300 meter dari pos ronda adalah titik pemberhentian ketiga yang melegakan. Kenapa aku sebut melegakan? Karena titik pemberhentian ketiga ini adalah kawasan Gua Sunan Mas atau yang dikenal juga sebagai Gua Surocolo.

 

Meskipun objeknya adalah gua, tapi yang dominan terlihat dari pinggir jalan raya adalah Sendang Surocolo yang asri (sekaligus wingit ) dinaungi pohon besar nan rindang. Benar-benar ibarat oase bagi para musafir yang kelelahan.

 

Bersepeda menuju sendang Surocolo di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Kok ya ke mana-mana mesti ketemu sendang alias mata air.

 

Di kawasan Gua Surocolo ini juga ada warung yang kemudian dimanfaatkan Indra untuk menimbun perbekalan. Selain warung, ternyata juga ada toilet umum! Sepertinya sih untuk memfasilitasi para peziarah Gua Surocolo. Tapi ya lumayan lah, seandainya aku bersepeda ke sini lagi aku nggak perlu mumet menjajah semak-semak jadi tempat ngendog. Hahaha.   

 

Fasilitas toilet umum di kawasan sendang Surocolo di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Sekilas sih layak buat tempat ngendog. Yang jelas airnya kan melimpah ruah.

 

Kayaknya kapan-kapan aku mesti ngajak Mbah Gundul bersepeda kemari untuk “menerawang” Gua Surocolo. Siapa tahu ada batu meteorit nyasar di sini Mbah?

 

Tanjakan Jilid 2 yang Penuh Tantangan

Sekitar pukul 9 pagi lebih sedikit dimulailah petualangan jilid 2 menuju Gua Jepang Pundong. Eh, anggap saja perjalanan dari dasar tanjakan ke Gua Surocolo tadi sebagai petualangan jilid 1 alias intro.

 

Petualangan jilid 2 ini aku istilahkan sebagai petualangan yang sesungguhnya. Kenapa? Karena wujud jalan dari Gua Surocolo menuju Gua Jepang Pundong adalah seperti foto di bawah ini.

 

Awal tanjakan ekstrim kedua menuju kawasan Gua Jepang di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Ya Allah! Cobaan apalagi ini...

 

Pembaca paham?

 

So far, medan jalan di petualangan jilid 2 ini berwujud tanjakan yang lumayan tidak manusiawi. Dengan remah-remah tenaga yang tersisa, kami pun melibas tanjakan dengan banyak-banyak menuntun sepeda.

 

Menuntun sepeda halal menuju kawasan Gua Jepang di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Mau dituntun, mau dikayuh, semuanya HALAL! MUI nggak peduli deh sama yang seperti ini.

 

Tanjakan ekstrim dan panjang menuju kawasan Gua Jepang di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Jalan menanjak masih panjang Bro...

 

Sorry ya Indra CS. Aku nggak nyangka tanjakannya seperti ini.

 

Pukul setengah 10 siang lebih sedikit, kami dengan sangat terpaksa menggelar lapak di pinggir jalan aspal yang jarang dilalui kendaraan itu. Lokasi di pemberhentian keempat ini sebetulnya ideal untuk menggelar tenda. Sebab, terlihat ada bekas-bekas api unggun di salah satu sudut lapangan.

 

Istirahat di pinggir jalan tempat gelar tenda menuju kawasan Gua Jepang di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Ngobrolin perkara mesin tik yang bisa bergerak-gerak sendiri...#horor

 

Yang Istimewa dari Puncak Bukit

Pucuk dicinta, ulam pun tiba! 

 

Sekitar pukul 10 siang akhirnya kami mendarat dengan selamat di Gua Jepang Pundong pertama!

 

Eh, Gua Jepang pertama?

 

Iya, soalnya di kawasan ini terdapat total 18 gua yang dibangun pada masa penjajahan Jepang. Bisa dibilang kawasan ini adalah benteng pertahanan Jepang terbesar dan tersembunyi di wilayah Yogyakarta.

 

Peta denah gua-gua yang ada di kawasan Gua Jepang di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Apa ada mahasiswa KKN yang diterjunkan ke sini dan berniat membuat peta yang lebih bagus?

 

Welcome to Japanese Hidden Fortress in Yogyakarta!

Let’s Save Our Heritage!

 

Oh iya, sebetulnya lokasi Gua Jepang ini berada di perbatasan kabupaten Bantul dan Gunungkidul. Sebab, di jalan aspal menuju kemari, kami sempat melewati patok batas kabupaten. Semoga saja letak Gua Jepang ini nggak membuat kedua pihak saling mengklaim wilayah. Nggak seperti kasusnya Gua Cerme itu. Bener nggak sih kalau Gua Jepang ini masuk wilayah Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta?

 

Karena keterbatasan waktu dan juga tenaga, kami nggak sempat mengunjungi ke-18 gua Jepang tersebut. Meski begitu, dari sejumlah gua yang kami sambangi, kiranya bisa ditilik karakteristik unik dari gua-gua Jepang Pundong ini.

 

Gua Jepang nomor 4 di kawasan Gua Jepang di Pundong, Bantul pada Desember 2015

Gua Jepang nomor 5 di kawasan Gua Jepang di Pundong, Bantul pada Desember 2015

Gua Jepang nomor 9 di kawasan Gua Jepang di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Pintu masuk dan penampakan sejumlah gua di kawasan Gua Jepang.

 

Berbeda dengan gua Jepang di Kaliurang atau di Berbah, gua-gua Jepang di Pundong ini berukuran lebih kecil. Gua-gua ini dibuat dengan membuat lubang-lubang di dinding bukit yang kemudian disamarkan dengan susunan batu karst. Mungkin di masa lampau, bagian luar gua-gua ini juga disamarkan oleh rimbunnya semak belukar.

 

Konstruksi gua Jepang terbuat dari beton. Alhamdulillah, masih bertahan kuat hingga saat ini. Hanya saja, akses masuk ke gua-gua jepang ini umumnya harus menuruni jalan tanah yang curam. Jalan ini rawan longsor saat dipijak.

 

interior Gua Jepang Pundong, Bantul pada Desember 2015

suasana di dalam Gua Jepang Pundong, Bantul pada Desember 2015
Beginilah suasana di dalam Gua Jepang. Nggak seseram yang dibayangkan toh?

 

mencoba semadi bertemu makhluk gaib penunggu Gua Jepang Pundong, Bantul pada Desember 2015
Manusia kurang kerjaan yang kesulitan keluar dari gua karena tanahnya longsor.

 

Sejumlah gua yang kami temui dilengkapi dengan cerobong sebagai lubang udara. Ada pula gua yang dilengkapi jendela intai. Pokoknya, benar-benar lokasi yang pas deh untuk main perang-perangan. #eh

 

lubang udara Gua Jepang Pundong, Bantul pada Desember 2015
Kalau nggak ada lubang ini, yang bersembunyi di dalam gua ya nggak bisa bernapas lah.

 

bekas kolam penampungan air di kawasan Gua Jepang Pundong, Bantul pada Desember 2015
Semacam bekas penampungan air?

 

Yang aku nggak habis pikir adalah lokasi gua Jepang ini berada di puncak bukit yang berlatarkan pemandangan indah Pantai Parangtritis. Tempat yang cukup romantis untuk menikmati terbenamnya matahari senja.

 

Pemandangan indah Pantai Parangtritis dan Samudera Hindia dari atas bukit Gua Jepang Pundong, Bantul pada Desember 2015
Pemandangan indah Pantai Parangtritis dan Samudera Hindia dari atas bukit Gua Jepang Pundong.

 

Tapi mungkin orang-orang di waktu itu nggak begitu ambil urusan dengan panorama indah tersebut. Warga pribumi jadi romusha yang  membangun gua-gua pertahanan ini. Sedangkan prajurit Jepang sibuk mengintai pesisir laut selatan, kalau-kalau tentara sekutu mendarat via Samudera Hindia.

 

Ah, hidup di zaman perang-perangan memang sulit. Makanya, hidup damai lebih enak toh? Kalau misalkan ada yang merasa tidak damai, bisa jadi yang demikian disebabkan karena hati yang sedang bermasalah. #ngelatur

 

Ujung jalan aspal di kawasan Gua Jepang di Pundong, Bantul pada Desember 2015
Ujung dari jalan aspal di kawasan Gua Jepang. Pertanda saatnya pulang!

 

Sampainya kami di ujung jalan aspal kawasan Gua Jepang ini merupakan suatu isyarat bahwa kami harus pulang ke kediaman masing-masing . Sekitar pukul setengah 11 siang, kami pun pulang. Medan jalan yang semula berwujud tanjakan tidak manusiawi itu pun berubah menjadi turunan. Eh, kok ya hanya butuh waktu sekitar 7 menit untuk turun dari Gua Jepang menuju Jl. Raya Siluk – Parangtritis.

 

Pembaca mau main perang-perangan di Gua Jepang Pundong?


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • HERU PURNOMO
    avatar komentator ke-0
    HERU PURNOMO #Jumat, 2 Ags 2019, 22:55 WIB
    Dulu pernah 2 kali gowes ke Goa Jepang
    ,Jilid 1 juga sama waktu pemula jadi
    goweser ,Sampai 4 Kali berhenti ... Setelah
    5-6 bulan berlalu dan sering berlatih ke Jalur
    tanjakan Nglingseng ,,Bukit Hijau BNI dan
    Tanjakan Cino mati akhirnya Aq
    dipertemukan lagi ke tanjakan Goa Jepang
    PD jilid ke 2...dan Alhamdulillah Akhirnya
    bisa lolos Sampai ke atas Tanpa Berhenti ....
    Dan sampai Atas agak berkunang kunang
    kepalanya ... AQ sandarkan sepada dan coba
    lari lari kecil ... 2_3 menit dan sudah normal
    lagi ..sedikit cerita dari q
  • ARIYO
    avatar komentator ke-1
    ARIYO #Minggu, 31 Mar 2019, 11:54 WIB
    yang lebih biadab dari tanjakan goa jepang ya perjalanan turunnya, temenku ampe dijahit
    karena njlungup pas turun
  • PENGIKUT WIJNA
    avatar komentator ke-2
    PENGIKUT WIJNA #Jumat, 20 Mei 2016, 09:39 WIB
    Nek dhewe mrono ngeri, sepi banget, tapi nek akeh kancane asyik tempate joss.
    Bakar dupa wae ben dadi tambah rame (mung ra kethok wujud e) :D
  • HELMI
    avatar komentator ke-3
    HELMI #Minggu, 1 Mei 2016, 10:23 WIB
    Perjalanan dari Siluk pirang jam Mas?
    Cerak nek seko Siluk. Paling sak jam-an.
  • HELMI
    avatar komentator ke-4
    HELMI #Minggu, 1 Mei 2016, 10:20 WIB
    Suk tak cobane Mas...tapi tak surveyne nggo motor sikek..he..he..mantap semangatnya..sipp..
    Hihihi, monggo, mugo-mugo motormu kuat le nanjak. :D
  • SAPTO
    avatar komentator ke-5
    SAPTO #Sabtu, 19 Mar 2016, 14:31 WIB
    Mantap Om.. :-D
    Hihihi, matur nuwun. :D
  • VIXALEXA
    avatar komentator ke-6
    VIXALEXA #Kamis, 10 Mar 2016, 17:56 WIB
    Wah asik banget, gua Jepang nya horror gak Mas? hehehe.
    Menurutku sih nggak horor lho. :D
  • PARIS
    avatar komentator ke-7
    PARIS #Senin, 29 Feb 2016, 11:38 WIB
    Jaket e anyaaaaaarrrr.
    Haisy!
  • MISS RISNA
    avatar komentator ke-8
    MISS RISNA #Selasa, 16 Feb 2016, 10:17 WIB
    Mas sepertinya di setiap mengembaramu selalu mampir tempat yang berbau wingit.
    Jangan-jangan habis ini akan banyak cerita dunia lain.
    Sepedaan with kunti and wowo (gendruwo). Hahaha ^^v
    Boleh itu idenya mbak. Bisa makin seru nanti, hahaha. :D
  • PAKDHETIMIN
    avatar komentator ke-9
    PAKDHETIMIN #Sabtu, 13 Feb 2016, 03:32 WIB
    Jadi, aku pensiun nih gak diajak?
    Duh Pakdhe, pitmu ngendi Dhe...
  • BERSAPEDAHAN
    avatar komentator ke-10
    BERSAPEDAHAN #Kamis, 11 Feb 2016, 20:45 WIB
    Widiwww ... tanjakannya ... bisa-bisa pada kapok ... nggak mau sepedahan lagi. :D
    Semoga saja mereka nggak trauma Kang. :D
  • FANNY FRISTHIKA NILA
    avatar komentator ke-11
    FANNY FRISTHIKA NILA #Selasa, 9 Feb 2016, 21:52 WIB
    Kenapa ya semua tanjakan itu seterjal apapun, tetep aja kelihatan datar kalau di foto...
    Jadi aku nggak bisa bayangin securam apa tanjakannya ini. :D
    Duuh itu Gua Jepang, kalau saja aku bisa ngelihat makhluk astral, pingin tahu di guanya apa ada juga. :D Hihihi
    Hahaha, namanya itu efek kamera mbak. Di dalam guanya katanya ada hantu prajurit Jepang lho.
  • SOBONDESO
    avatar komentator ke-12
    SOBONDESO #Selasa, 9 Feb 2016, 08:11 WIB
    Selalu enak diikuti ceritanya. Nggak mampir Air Terjun Pucung dekat Jembatan Pundong Mas?
    Hihihi, terima kasih. Nggak mampir karena habis nanjak udah capek banget dan udah siang pula.
  • DWI SUSANTI
    avatar komentator ke-13
    DWI SUSANTI #Senin, 8 Feb 2016, 14:50 WIB
    Mas, tau enggak buat naik situ pake motor aja aku beraninya bonceng. Ini kok ngontel yaaa?
    Makasih banget sudah promosiin blogkuh :p dan Pundong tentunya. :)
    Mampir Pasar Pundong terus nyoto. :p
    Hahaha, namanya juga nyepeda nanjak. :D
  • DISTRIBUTOR KAOS KELUARGA
    avatar komentator ke-14
    DISTRIBUTOR KAOS KELUARGA #Minggu, 7 Feb 2016, 20:32 WIB
    Wah, untung gua ne ora enek eek e wedhus Mas. Soale lak peninggalane Gua Jepang ndek pantai payangan Jember enek eek e wedhus.
    Padahal nggone Gua Jepang iku ndek puncak bukit. Modele wedhuse gak koyok wedhus biasane, sikile iso kuat nyengkram ndek watu-watu bukit.
    Sangar pokok e, recommended mblusuk mrono Mas, mumpung gratis cuman mbayar parkir motore tok.
    Wekekeke, malah jadi penasaran ro wedhus e ketimbang Gua Jepang e.
    Yoh, sip lah nek sesuk iso dolan Jember tak parani. Nuwun infone.
  • CARSIDI
    avatar komentator ke-15
    CARSIDI #Sabtu, 6 Feb 2016, 17:13 WIB
    Untuk hasil jepretane no commentlah........ mantap pokoke.
    Hihihi, nuwuun.
  • ELISA
    avatar komentator ke-16
    ELISA #Sabtu, 6 Feb 2016, 10:08 WIB
    Waduh, dulu ndak kepikiran buat peta wisata daerah situ ya...hehe...
    Saya mantan mahasiswa KKN di situ Wij...
    Pernah naik sampai atas tapi jalan kaki...
    Weh! Mantep mbak, jalan kaki sampai Gua Jepang dari bawah! :D
  • HERU ARYA
    avatar komentator ke-17
    HERU ARYA #Jumat, 5 Feb 2016, 23:51 WIB
    Entah kenapa Mas, gue kok cuman bisa ngiri aja, ya? Ngeliat perjalanan sampean dari awal mampir sampe sekarang. Bukan soal di mananya, tapi keseran dan tekad mas Maw itu keren banget. Belum lagi yang sering sendiri. Gue gak kebayang gimana semangatnya dirimu bisa sampai ke mana-mana. Mungkin mas Maw sesekali ajak gue ke mana gitu.. Biar rame. :)
    Hihihi, kapan-kapan kita jalan-jalan bareng di Riau ya Ru. :D
  • NDOP
    avatar komentator ke-18
    NDOP #Jumat, 5 Feb 2016, 18:02 WIB
    Huahahah... konco-koncoku SMA podo tuku sepeda saiki. Mereka koyoke terinspirasi sama badan langsingku yg masih kayak mas-mas SMA ini hahaha.
    Tapi kok yo diriku lagi seneng mlayu, walhasil ketika diajak sepdahan sama mereka, diriku males. HAHAHA
    Btw, koyoke sesuk diriku tak sepedahan munggah gunung ah... Dadi pingin nanjak-nanjak maneh...
    Santai wae Ndop, digawa selow wae. Nek pingin mlayu yo mlayu. Nek pingin ngepit yo ngepit. :D
  • D SUKMANA ADI
    avatar komentator ke-19
    D SUKMANA ADI #Jumat, 5 Feb 2016, 16:11 WIB
    Wah itu goa serem kayak lokasi bunker di Merapi Kak Wijna... hihihi
    Iya, mirip sama bunker di Merapi. :D
    Cuma di sini jauh dari gunung.
  • IWCAKSONO
    avatar komentator ke-20
    IWCAKSONO #Jumat, 5 Feb 2016, 15:17 WIB
    Wuih keren juga pemandangannya dari atas..
    Wong Jepang mbiyen munggahe numpak opo yo? Mlaku mungkin yoo... tur durung diaspal alus koyo saiki mestine...
    Wah, mlaku lah. Wong Jepang ket saiki kan mlakune banter-banter.
  • NBSUSANTO
    avatar komentator ke-21
    NBSUSANTO #Jumat, 5 Feb 2016, 13:18 WIB
    Sebagai wong Bantul malah saya belum kesana Mas..
    Memang dolan kalo nggak diselakne susah yo... hahaha
    Lha iyo, dolan-dolan ki mesti diagendakan.
  • MEINDRASET
    avatar komentator ke-22
    MEINDRASET #Jumat, 5 Feb 2016, 12:35 WIB
    Cen joss tenan Mas Wij nek golek nggon-nggon nanjak :)
    Fotoku ketok wangun pit e tumpaki terus, padahal asline nuntan nuntun wae... hahaha
    Santai wae Bro. Ora dibiji iki, nuntun yo oleh sak kesel e, hehehe.
  • TURTLIX
    avatar komentator ke-23
    TURTLIX #Jumat, 5 Feb 2016, 10:57 WIB
    Sesepuh eks-SPSS itu memang tepat waktu dan ternyata sesepuh eks-SPSS yang satu ini sudah melakukan regenerasi DEORE-nya.
    Jempol!
    Bookmarked.
    Haisy, regenerasi pret Paklik! :p