Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Minggu, 6 Desember 2015, 05:09 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Pukul 6 pagi pada hari Minggu (29/3/2015) yang cerah, bersepedalah diriku tanpa tujuan di Jl. Kusumanegara. Awalnya sih cuma mau muter-muter mencari sarapan. Tapi, coba iseng-iseng meng-SMS Mbah Gundul ah. Siapa tahu dirinya punya "agenda menarik" pada pagi hari ini.

 

“ngepit ngidul seko joglo.”

(artinya: bersepeda ke selatan dari joglo)

 

Balasan singkat 4 kata dari Mbah Gundul di atas menggiringku ke Padepokan Joglo Pit di Jl. Gedong Kuning. Tiba di sana sekitar pukul setengah 7 pagi. Setelah menggoyang-goyangkan pagar rumah tanpa bel, muncullah sang empunya rumah yang baru saja selesai mandi.

 

“Aku baru tidur jam 3. Semalam ngopi-ngopi.”

 

sepeda kuning bersender di tembok rumah
Alhamdulillah, belum ada yang sudi mencuri sepeda kuning yang menggantung di tembok itu.

 

Sambil menunggu Mbah Gundul menyiapkan sepeda, aku menyapukan pandangan ke seisi joglo antik. Masih berantakan sebagaimana rumah yang dihuni pria lajang (pada umumnya). #eh

 

“Wah, parkitku mati!”

 

Mbah Gundul diam termenung menatap isi sangkar. Katanya, kemarin parkitnya masih lincah. Padahal, beberapa hari yang lalu 3 hamsternya hilang tak berbekas. Duh, kok ya banyak kemalangan yang menimpamu Mbah?

 

Yang sabar ya Mbah! Semoga dirimu lekas mendapat penggantinya. Aamiin.

 

penyebab burung parkit sakit mati di dalam sangkar
Tragedi di pagi hari. Semoga dirimu tenang di alam sana ya....

 

“Jadi mau bersepeda ke mana ini?” tanya si Mbah.

 

“Kalau sarapan “Terong” gimana Mbah?”

 

“Wah, aku pas bawa sepeda dengan gir belakang kecil e. Berat kalau dibawa nanjak.”

 

Dirinya pun berpikir sejenak.

 

“Gimana kalau nyari jalan baru yang tembus arah Mangunan?”

 

“Yoh! Aku manut dirimu lah Mbah!”  

 

Sepeda pun lalu dikayuh menuju ke selatan. Lewat Kotagede. Lewat Pasar Ngipik. Mampir sebentar membeli jajanan pukis dan molen. Lanjut lewat Pleret. Lewat Segoroyoso. Setelah itu berbelok ke jalan yang mengarah ke Srumbung.

 

Eh, ternyata di Jogja juga ada daerah yang bernama Srumbung lho! Srumbung rupanya nggak hanya di Magelang thok, hehehe.

 

pemandangan sawah di imogiri bantul yogyakarta
Semoga di tahun-tahun ke depan pemandangan seperti ini masih bisa disaksikan,
nggak berubah jadi perumahan atau pertokoan.

 

Pas di Dusun Srumbung kami sempat melewati kios pengepul burung di pinggir jalan. Wuih! Burungnya banyak banget! Bulunya warna-warni. Kicauannya ramai-ramai. Jenisnya pun bermacam-macam.

 

Di kios burung itu kami berhenti sebentar. Selain mencuci mata, di sana Mbah Gundul memberi tahu aku bedanya jalak kebo, jalak suren, jalak malaysia, dan jenis-jenis burung lainnya.

 

Aku nggak tega motret burung-burung ini. Gemas rasanya ingin membebaskan mereka semua dari kurungan sangkar. Aku yakin aksiku ini bakal diapresiasi sama para pecinta satwa.

 

Eh, tapi nanti bisa-bisa aku malah diantemi sama yang punya kios burung, hahaha.

 

Seenggaknya, semoga di sini rasa sedih Mbah Gundul ditinggal mati parkitnya bisa sedikit terobati.

 

kios penjual burung di pinggir jalan desa pucungrejo srumbung imogiri
Ternyata harga burung itu mahal juga ya?
Eh, katanya salah satu indikator suksesnya orang Jawa itu punya peliharaan burung?

 

Lanjut lagi bersepeda dan tahu-tahu sudah masuk wilayah Desa Wukirsari. Kami sempat melewati jalan yang dahulu dilalui pas ke Curug Seribu Batu. Tapi, kali ini kami mengambil cabang jalan arah ke Dusun Jatirejo.

 

Dari sini medan sudah mulai menanjak. Nggak begitu terjal sih. Tapi yang pasti, pemandangan sawahnya indah!

 

Subhanallah! Ini di Jogja lho! #takjub

 

pemandangan indah sawah di imogiri yogyakarta dari puncak bukit mirip seperti di bali
Jadi inget pemandangan di Ubud, Bali. Kalau di sana ngeliatnya Gunung Agung, di sini Gunung Merapi.

 

“Aku buang air dulu Wis,” kata Mbah Gundul yang memarkirkan sepedanya dan bergegas menyusup ke semak-semak.

 

“Yo Mbah, aku duluan ya,” balasku sambil lanjut bersepeda nanjak.

 

Belum ada 10 meter aku meninggalkan Mbah Gundul pipis, pemandangan istimewa yang aku lihat di tanjakan membuat aku berteriak-teriak histeris seperti orang kesurupan dhemit.

 

“MBAH! MBAH! SINI MBAH!”

 

Mbah Gundul kaget dan tergopoh-gopoh menghampiri kawannya yang lebay ini. Untung dirinya belum sempat membuka "keran".

 

penampakan air terjun tersembunyi di bukit hutan wukirsari imogiri dari kejauhan
Waw, ada penampakan! Jelas yang ini bukan semacam pipa air yang bocor.

 

Nggg... gimana ya caranya sampai ke sana?

 

“Ini ikutin jalannya saja Mas. Nanti ketemu pertigaan yang ada penampungan airnya. Itu masih ke atas sedikit lagi nanti ketemu rumah. Dari situ belok kanan lewat jalan kecil,” jelas sepasang warga di pinggir jalan.

 

bersepeda menerjang kilau cahaya di dalam hutan imogiri
Menerjang kilau cahaya menuju ke alam lain... eh ke air terjun maksudnya.

 

Dari tadi medan jalan makin terasa lebih miring alias lebih nanjak. Aku baru ngeh. Saat ini kami sudah pindah wilayah ke Dusun Ngliseng yang masuk wilayah Desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul.

 

Eh, Desa Muntuk? Bukannya itu desanya Curug Banyunibo Sanggrahan ya?

 

Sepuluh menit kemudian kami tiba di pertigaan dekat penampungan air. Sebetulnya, yang menarik bukan penampungan airnya, tapi keberadaan air terjun kecil di pinggir jalan.

 

Jadi ya berhenti dulu deh di sini. Foto-foto sambil mengistirahatkan dengkul yang sudah berjuang keras melahap tanjakan.

 

curug kecil di dusun Ngliseng Muntuk, Dlingo, Bantul
Pas musim hujan mendadak banyak air terjun muncul. Asal jangan jadi tenar saja.

 

Beberapa menit setelah itu barulah ketemu rumah di pinggir jalan. Di seberangnya ada jalan tanah kecil. Kata bapak penghuni rumah, ikuti saja jalan tanahnya sampai mentok. Oke deh Pak!

 

Sepanjang perjalanan lagi-lagi kami disuguhi pemandangan indah. Kota Jogja terlihat mungil dari ketinggian! Eh, ternyata sudah bersepeda nanjak tinggi juga ya?

 

pemandangan indah yogyakarta dari ketinggian bukit Ngliseng di desa Muntuk, Dlingo, Bantul
Wah, sayang Gunung Merapinya tertutup awan. Jadi inget pemandangan di seberang rumahnya Pak Riyadi.

 

Jalan tanah itu berujung di sekumpulan rumah warga. Aku kaget, karena pada pagi hari ini nggak hanya kami yang bersepeda ke sini.

 

Di serambi salah satu rumah, dua pesepeda yang bernama Antok dan Icha sedang leyeh-leyeh sambil minum teh. Ternyata mereka mampir ke sini juga karena melihat air terjun pas bersepeda di tanjakan. Weh.... 

 

Kata Antok dan Icha, untuk ke ke air terjun harus berjalan kaki masuk hutan. Sepedanya diparkir di pekarangan rumah warga.

 

jasa panggilan ke rumah praktik pijat terapi stroke penyakit wilayah yogyakarta
Pesepeda merangkap tabib. Terima panggilan juga lho! Apalagi panggilan cinta. #promosi

 

Akan tetapi, aku dan Mbah Gundul nggak langsung berangkat menyambangi air terjun. Aku menunggu Mbah Gundul merampungkan praktik pijat guna mengobati Mbah Sul yang kakinya keseleo dan penglihatannya terganggu glaukoma.

 

Sambil menunggu Mbah Gundul selesai praktik, aku mengoceh mempromosikan kemampuan “super”-nya. Dari mulai ahli pijat, pawang gaib, sampai meracik kopi. Sorry ya Mbah kalau namamu jadi tercemar, wekekeke.

 

Oh iya, di dekat rumah Mbah Sul juga ada air terjun lho! Sepertinya air terjun itu turunan dari air terjun besar yang bakal kami sambangi.

 

air terjun tersembunyi di dusun Ngliseng, Muntuk, Dlingo, Bantul
Enak banget kalau punya rumah dekat air terjun begini. Kalau mau ngadem nggak perlu jauh-jauh.

 

Kami baru berangkat ke air terjun sekitar pukul setengah 11 siang. Ya masuk hutan. Ya lewat jalan setapak. Jalannya menanjak dan licin banget karena semalam wilayah ini sempat diguyur hujan deras.

 

Yang paling seru itu ya pas lewat jalan dari pijakan dua kayu. Sudah kayunya licin, nggak seimbang, di pinggirnya jurang pula! Ngeri-ngeri sedap toh? Untung berbatasan dengan tebing. Jadi, lumayan lah bisa berpegangan pada batu tebing yang kokoh.

 

jalan kaki masuk hutan Ngliseng di desa Muntuk, Dlingo, Bantul
Masuk-masuk ke dalam hutan, tinggi-tinggi sekali. #nyanyi

 

Eh, itu sih sebelum Mbah Gundul mendadak bilang.

 

“Hati-hati Wis. Di tebing ada ularnya!”

 

...mampus guwe...

 

ular berbisa di hutan Ngliseng, Muntuk, Dlingo, Bantul
... dan masih sempet-sempetnya motret si ular! Kelihatan nggak ularnya?

 

Setelah 10 menit berjalan kaki menembus hutan, akhirnya kami tiba juga di lokasi air terjun yang tadi terlihat dari tanjakan itu. Warga setempat menamainya Air Terjun Banyunibo atau Grojogan Banyunibo.

 

Weh, penamaan yang kurang kreatif. Jadi, sudah berapa air terjun di Jogja yang diberi nama Banyunibo?

 

Di mana-mana air terjun itu ya selalu banyu (air) nibo (jatuh) toh ya?

 

keindahan Air Terjun Curug Banyunibo Ngliseng di desa Muntuk, Dlingo, Bantul
Penampakan Grojogan Banyunibo setelah didekati. Spektakuler!

 

Aku terkendala dua hal ketika memotret Air Terjun Banyunibo Ngliseng:

 

  1. Airnya deras banget sampai bikin kamera basah kuyup! Untung bukan air laut.  
  2. Hari itu aku nggak bawa tripod! Lha, niat awalnya kan cuma bersepeda mencari sarapan. 

 

Alhasil, pada siang hari itu nggak ada acara motret slow speed sampai sekian detik lamanya, hahaha.  

 

Tapi yakin, Air Terjun Banyunibo Ngliseng ini sangat fotogenik. Eh, tapi itu jika ada airnya thok lho!  

 

Kata warga tadi, Air Terjun Banyunibo Ngliseng ini tergolong air terjun musiman. Eksisnya hanya pada saat musim hujan thok dan hanya jika semalam diguyur hujan lebat thok.

 

Jika dibandingkan dengan Grojogan Kali Bulan, Air Terjun Banyunibo Ngliseng ini “sedikit” lebih pendek, tetapi lebih deras dan memukau.

 

Sekali lagi, Subhanallah!

 

air terjun perawan di dusun Ngliseng, Muntuk, Dlingo, Bantul
Walau tanpa filter dan tripod, tukang foto berpengalaman punya segudang cara biar hasil fotonya tetap terlihat ciamik.

 

Medan jalan ke Air Terjun Banyunibo Ngliseng masih liar. Tapi ya nggak apa-apa. Supaya air terjunnya tetap alami. Supaya hanya sedikit orang yang sudi kemari.

 

Jika bukan pecinta alam atau orang yang kurang kerjaan, sepertinya nggak mungkin deh manusia-manusia gaul nan 4l4y yang hobi selfie itu blusukan sampai ke sini, hehehe.

 

foto bareng dua pria di Air Terjun Curug Banyunibo Ngliseng di desa Muntuk, Dlingo, Bantul
Yang termasuk manusia-manusia kurang kerjaan ya duet men in black ini barangkali ya.

 

Di perjalanan pulang dari Air Terjun Banyunibo Ngliseng, Mbah Gundul mengajak berhenti sebentar. Dirinya mengajak aku untuk memperhatikan riuh suara serangga yang bersahut-sahutan.

 

“Wis, suara serangga apaan itu?” tanya si Mbah.

 

“Itu suara tonggeret kan Mbah?” jawabku.

 

“Kalau bahasa Jawanya itu garengpung atau kinjeng tangis. Mereka keluar mendekati akhir musim hujan. Tandanya tiga bulan dari sekarang masuk musim kemarau.”

 

belalang sedang kawin di hutan Ngliseng di desa Muntuk, Dlingo, Bantul
Pembaca mungkin sering mendengar suaranya, tapi belum pernah lihat wujudnya kan?

 

Garengpung yang kami temui ini punya nama ilmiah Tibicen linnei. Mereka hidup beberapa tahun dalam wujud larva kemudian bermetamorfosis menjadi wujud dewasa pada awal musim hujan.

 

Akhir musim penghujan adalah musim kawin mereka yang ditandai dengan suara-suara nyaring itu. Yang jantan mati beberapa saat setelah kawin. Sedangkan yang betina menyusul mati setelah bertelur. Sedih ya?

 

Nggak hanya garengpung yang kawin di hari itu. Aku menangkap adegan mesra sejumlah pasangan belalang. Duh nikmatnya memadu kasih di tengah hutan yang sepi seperti ini. #eh

 

serangga kinjing tangis garengpung di hutan Ngliseng di desa Muntuk, Dlingo, Bantul
Kalau urusan yang saru-saru, mendadak indera penglihatan menjadi sangat jeli....

 

Pada pukul setengah 1 siang kami berpamitan pulang dengan Mbah Sul sekeluarga. Balik lagi ke jalan raya dan bingung antara mau lanjut bersepeda nanjak ke arah Mangunan atau turun langsung ke Pleret.

 

“Lanjut nanjak aja Mbah. Nanti turunnya lewat Cinomati,” saranku.

 

Khilaf aku! Bisa-bisanya semangat lanjut bersepeda nanjak di bawah terik matahari siang bolong. Apa mungkin karena doktrin, “Rute pulang nggak boleh sama dengan rute pergi”? Atau karena puncak tanjakan terlihat sudah dekat?

 

Bersepeda menanjak ke Dusun Ngliseng di desa Muntuk, Dlingo, Bantul
Jalan pada foto ini tidak serata yang dibayangkan.

 

Apa pun itu, ternyata ruas jalan lanjutannya tergolong tanjakan jahanam! Kalau aku sih sudah jelas mengibarkan bendera putih alias menuntun sepeda. Mau dikayuh pun percuma karena ban sepeda depan pasti terangkat. Sepertinya, tanjakan ini sama terjalnya dengan Tanjakan Cinomati.

 

Nasib... nasib....

 

Tanjakan jahanam berangsur-angsur sirna saat memasuki zona hutan pinus. Glek! Jadi ini ketinggian sudah setara Mangunan? Apa jangan-jangan ini sudah nyasar sampai Mangunan?

 

hutan pinus Ngliseng di desa Muntuk, Dlingo, Bantul
Mirip hutan pinus Mangunan tapi bukan. Semoga nggak jadi ramai sama orang-orang gaul kekinian.

 

“Ini kalau mau ke Mangunan masih lurus ke sana. Kalau ke Cinomati arahnya ke sana,” kata seorang Bapak di perempatan.

 

Oh oh oh, ternyata jalan tanjakan yang kami lalui sepanjang Jatirejo – Ngliseng ini tembus di ruas jalan Cinomati – Mangunan. Ya sudah, kami belok saja ke arah Cinomati.

 

Ah, jadi nostalgia deh. Dulu pada tahun 2010, untuk pertama kalinya aku dengan kawan-kawan yang lain bersepeda pulang dari Mangunan bareng Mbah Gundul ya lewat jalan ini.

 

foto bareng pesepeda di perempatan arah ke mangunan dan patuk di Dlingo, Bantul
Akhirnya sampai juga di tempat yang sudah familiar.

 

Singkat cerita, tiba di perempatan beringin Terong sekitar pukul setengah 2 siang. Sebelum turun lewat Cinomati, kami mampir makan mie ayam dulu di dekat “pos ronda super komplit” seharga Rp6.000 per porsi. Aku tiba di rumah sekitar pukul 3 sore.

 

Selesai sudah cerita panjang di hari ini!

 

warung soto wisuda di perempatan beringin terong dlingo bantul
Warung Soto Wisuda has returned?

 

Akibat agenda bersepeda dadakan pada hari ini aku jadi tahu ada alternatif jalan ke Mangunan dan juga tahu ada air terjun di Dusun Ngliseng.

 

Oh iya, ternyata ada banyak blogger yang nulis tentang Air Terjun Banyunibo Ngliseng seperti Samin dan Mari Kita Dolan. Hanya saja mereka salah nulis nama dusun Ngliseng jadi Nglingseng, hehehe.

 

Jogja ternyata masih memiliki tempat-tempat menarik yang menanti untuk dijelajahi. Semoga saja masih tetap alami sampai selama-lamanya.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • HUDIL
    avatar komentator ke-0
    HUDIL #Rabu, 1 Nov 2017, 10:56 WIB
    Mas, ini berhubung saya ngga ada sepeda
    kan ya. Kalo misal kesana naik motor bisa
    ngga ya?

    Mohon infonya, makasih..
    jelas bisa dong, nanti sepeda motornya dititipkan di rumah warga yang terdekat sebelum blusukan ke air terjunnya.
  • INSPIRASI BERKEBUN
    avatar komentator ke-1
    INSPIRASI BERKEBUN #Selasa, 12 Jan 2016, 08:47 WIB
    Sumpah pas liat foto ular tu bingung. Mana ya ularnya??
    Hahahaha tersamar mas ularnya
    Artikelnya menarik-menarik Mas. Saya suka bacanya.
    Hihihi, motret ularnya dari agak jauh soalnya ya mendadak banget ngertinya.
  • HALO.INDOMIELEZAT
    avatar komentator ke-2
    HALO.INDOMIELEZAT #Jumat, 8 Jan 2016, 09:55 WIB
    Kalian berdua..... kok sama dirimu simbah mau foto sih ya kangeeeen Cinomati (duh)
    Kalau kangen mbok ya nyepeda lagi ke sini. :p
  • RUMPUTILALANG
    avatar komentator ke-3
    RUMPUTILALANG #Sabtu, 2 Jan 2016, 13:09 WIB
    ati-ati diserbu alayers
    kebangetan nek alayers ke sini
  • NDOP
    avatar komentator ke-4
    NDOP #Senin, 28 Des 2015, 23:41 WIB
    kameramu tambah apik ya hasil fotone. Opo cuma perasaanku tok ya?

    Eh, ulone gak ketok blas ik. Wernone ijo? Ulo ijo?

    Btw, jenenge kok banyunibo maneh. Koyoke kudu diatur penamaannya ben gak podo karo banyunibo liyane ya.
    Mosok? Padahal kameraku wis tanda-tanda mesti mlebu servis meneh. Ulone werno coklat garis kuning Ndop. Jeneng banyunibo kuwi tanda ra kreatif po yo?
  • YASUSPADE
    avatar komentator ke-5
    YASUSPADE #Kamis, 24 Des 2015, 14:30 WIB
    Masyuuuukkkk.... nemu lagi... koe cen wangun Mas... hahaha, masuk list iki
    Hadeh... masuk list terus...
  • ABI YUDHIE
    avatar komentator ke-6
    ABI YUDHIE #Rabu, 23 Des 2015, 10:52 WIB
    Wah cakep-cakep Mas :D
    Anti-Mainstream Destination Spot
    Semoga nggak jadi mainstream. :D
  • EKSAPEDIA
    avatar komentator ke-7
    EKSAPEDIA #Rabu, 16 Des 2015, 08:03 WIB
    Wah keren banget Mas air terjunnya :D
    Air terjun ketemunya dadakan. :D
  • CICI
    avatar komentator ke-8
    CICI #Selasa, 15 Des 2015, 14:27 WIB
    Huwaaa, seru banget ngepit-nya sampai Mangunan ketemu sama air terjun! Mbolang dan mblusuk bener dah sampean Mas, sampe nemu tonggeret dan adegan belalang lagi kawin .. huwaaa!
    Itu di foto tebing ada ularnya, yang mana ularnya eh Mas?
    Salam dari Jogja jugaa :)
    Ularnya itu yang warna hitam-hitam. :D
    Salam kenal jugaa! :D
  • MISS RISNA
    avatar komentator ke-9
    MISS RISNA #Kamis, 10 Des 2015, 13:03 WIB
    Kekagumanku akan air terjun yang Mas temukan dan di belalang sirna ketika ada dua kata MIE AYAM. Aku juk ngeleh mas! ^^v
    Weeeh... penggemar fanatik mie ayam XD
  • NBSUSANTO
    avatar komentator ke-10
    NBSUSANTO #Kamis, 10 Des 2015, 12:49 WIB
    Kok apik banget yo Mas..
    Eh, musim hujan.. bisa nih dicari.. sayangnya waktu senggang semakin smepit...
    Hahahaha, neknu kapan-kapan wae pas selo Bro. :D
  • FEBRIDWICAHYA
    avatar komentator ke-11
    FEBRIDWICAHYA #Rabu, 9 Des 2015, 13:31 WIB
    Bang Maw :D aaaaaah selalu suka sama cerita sepedaanmu.
    Aku harus bener-bener bisa sepedaan bareng kita Mas :D
    Aku udah ngantongin nomer hapemu :D
    Hehehe, siiip! Ayook nyepeda kita Feb! :D
  • HENDI
    avatar komentator ke-12
    HENDI #Selasa, 8 Des 2015, 18:52 WIB
    Hahaha jeli banget matanya, eh lensanya. :p
    Wekekekeke, selama ada air yang mengalir mendadak jadi jeli. :D
  • SAMIN
    avatar komentator ke-13
    SAMIN #Selasa, 8 Des 2015, 16:25 WIB
    Iki Nglingseng sing tak parani mbiyen dudu yo? Hehehe
    Ho ow Bro
  • BERSAPEDAHAN
    avatar komentator ke-14
    BERSAPEDAHAN #Selasa, 8 Des 2015, 16:21 WIB
    Wah asyikkk .... menemukan air terjun yang tidak terkenal begini .... bener-bener Masih asri ...
    Btw.. rumahnya Mbah Gundul keren ya ... ada sepeda kuning di temboknya ... jadi terinspirasi ingin pasang pajangan sepeda di tembok rumah juga .. :)
    Hahahaha, langsung berburu sepeda bekas Kang buat dijadikan pajangan di rumah. :D
  • HALIM
    avatar komentator ke-15
    HALIM #Selasa, 8 Des 2015, 13:48 WIB
    Hahaha di tulisan ini jadi kenal sosok Mbah Gundul. Apikk kih air terjun e, Wi. Kupikir tadi cerita Banyunibo punya Pacitan atau Wonogiri, jebul mung Yogya ^^
    Hihihi, selama masih di sekitar Jawa, nama air terjun Banyunibo mesti ada. :D
  • FANNY FRISTHIKA NILA
    avatar komentator ke-16
    FANNY FRISTHIKA NILA #Selasa, 8 Des 2015, 10:49 WIB
    Ya ampuuun Mas, berapa jam ini kamu nyepeda nya?... Betismu udah kayak besi kurasa :D.. Tapi kalau dapat pemandangan sebagus itu, worth it lah ya... fotomu, segitu aja udah cakep.. emang perlu berguru aku :)
    Berapa jam ya? Dua jam lebih kayaknya Mbak. Kalau betis sih kayaknya masih lembek-lembek aja, hahaha. :D
  • AZIZ RUBANGI
    avatar komentator ke-17
    AZIZ RUBANGI #Senin, 7 Des 2015, 19:35 WIB
    Wih baru mampir sudah disuguhkan Banyutibo dan pemandangan yang masih aaahhh luar biasa indahnya...
    Grojogan Banyutibo memang indah. :)
  • ANGKI
    avatar komentator ke-18
    ANGKI #Senin, 7 Des 2015, 19:01 WIB
    wkwkwk kejutan keren mas... duo men in black menemukan spenggal air terjun baru kece
    mas wijna.... hahaha aku termasuk yg alay selfie ra yo??? wkwkwk hadeehh mbah
    gundullllllllllllllllll yo iseh jomblo to mas?? minat PM mbak gundullllllllll
    dirimu kie blogger lebay Ngki :p
  • ZAMRONI
    avatar komentator ke-19
    ZAMRONI #Senin, 7 Des 2015, 13:45 WIB
    kasihan banget burungnya mati gitu
    semoga mendapat tempat di sisi-Nya :( #eh
  • MEINDRASET
    avatar komentator ke-20
    MEINDRASET #Minggu, 6 Des 2015, 22:48 WIB
    wah air terjun keren iki mas..air nya sudah gembrojog juga ternyata.
    kae wes terbit ngepite neng makam wingi..hehe
    woke! segera meluncur nyedot foto-fotonya, hahaha :D
  • NUNU
    avatar komentator ke-21
    NUNU #Minggu, 6 Des 2015, 22:29 WIB
    mungkin itu warung musiman mas
    Mosok yo ada warung musiman? Tapi aku ya penasaran sih...
  • SATRIO
    avatar komentator ke-22
    SATRIO #Minggu, 6 Des 2015, 22:02 WIB
    Mau kesana lagi kapan mas ?haha aku di ajak mas aku cuman tetanggamu kok mas asline
    Nyepeda yo. :D Nunggu hujan deras banget dulu.
  • ANIS HIDAYAH
    avatar komentator ke-23
    ANIS HIDAYAH #Minggu, 6 Des 2015, 20:47 WIB
    Salam untuk Mbah Gundul yaw mas,,, ikut bersedih hati karena burungnya mati,,, terus
    sampeyan (kamu) ki kok yow perhatian banget sama belalang, kan belalangnya bisa malu.
    Lain kali kalau ketemu belalang lagi jangan seperti itu, kasihan,,, hahaha
    Lho, belalangnya malah seneng jadi tenar di dunia maya, hahaha :D