Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Rabu, 3 September 2014, 05:50 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Di zaman sekarang, kalau mau pergi ke Kayangan caranya gampang! Nggak perlu ilmu gaib. Pun nggak butuh alat canggih. Lha wong dengan sepeda saja bisa kok. Keren kan?

 

Kenapa bisa gitu? Sebab, Kayangan yang satu ini bukan negerinya dewa-dewi, melainkan nama salah satu sungai yang melintasi Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta.

 

Pemandangan Gunung Bukit Kayangan di Girimulyo, Kulon Progo pada zaman dulu April 2014
Sungai Kayangan dan Gunung Huaguo.

 

Peta rute bersepeda ke Bendung Kayangan Girimulyo dan Ketemu Air Terjun Tersembunyi di Kulon Progo pada zaman dulu April 2014
Peta lokasi sungai Kayangan dari kota Jogja.

 

Ciri khas dari sungai Kayangan ini adalah adanya tebing tinggi besar yang mirip sama gunung Huaguo di ceritanya Sun Go Kong. Oh iya, sungai Kayangan ini letaknya kan di barat kota Jogja. Jadi, perjalanan kemari ini mirip-mirip lah sama perjalanan ke baratnya Sun Go Kong. Bedanya, yang pergi ke Kayangan pada hari Sabtu (26/4/2014) itu hanya tiga orang: Paklik Turtlix, Paris, dan aku.

 

Eh, kan di cerita perjalanan ke baratnya Sun Go Kong itu tokohnya ada empat orang toh? Kebetulan, Mbah Gundul pas nggak ikutan. Berarti perjalanan kali ini minus tokoh biksu suci. Kan mereka berdua sama-sama gundulnya, huahahaha. #kualat

 

Bersepeda ke Bendung Kayangan Girimulyo dan Ketemu Air Terjun Tersembunyi di Kulon Progo pada zaman dulu April 2014
Teman perjalanan kali ini. Minus biksu gundul

 

 

Awal Petualangan: Menyibak Tanjakan Menuju Kayangan

Perjalanan ke barat menuju Kayangan dimulai dari Tugu Pal Putih Jogja. Tempat yang selalu ramai oleh ekspresi turis narsis dari malam hingga menjelang pagi. Pukul 06.30 WIB kami bertiga berangkat bersepeda menuju Kulon Progo. Tentu saja, lewatnya Jl. Godean yang panjangnya 19 km. #pemanasan

 

Sekitar pukul 07.20 WIB, sampailah kami di kabupaten Kulon Progo. Persisnya di Kecamatan Nanggulan, di sebuah perempatan bernama Perempatan Kenteng. Di perempatan ini kami mengambil arah  ke barat menuju Goa Kiskendo.

 

Perempatan Kenteng di Nanggulan, Kulon Progo arah ke Goa Kiskendo pada zaman dulu April 2014
Perempatan Kenteng. Awal perjalanan ke barat.

 

Sepanjang perjalanan mata kami dimanjakan oleh hamparan sawah hijau bak permadani. Yups! Nanggulan memang terkenal dengan hamparan sawah seluas mata memandang.

 

Beruntunglah Yogyakarta masih punya Nanggulan. Itu artinya, warga Jogja nggak perlu khawatir kekurangan beras untuk dimasak jadi nasi soto. Nyam! #jadi.laper

 

Tanjakan di Girimulyo, Kulon Progo dengan pemandangan sawah yang padinya kuning pada zaman dulu April 2014
Kalau di depan sudah terlihat bukit berarti medan jalannya adalah ...

 

Tapi tunggu dulu! Indah di mata belum tentu nyaman di dengkul!

 

Sebenarnya sih, dari foto sudah bisa ditebak. Jalan yang membelah hamparan sawah itu wujudnya... TAN - JA - KAN. Walau bukan tergolong tanjakan jahanam, tapi menanjak di bawah terik matahari benar-benar menguras kesabaran.

 

Huh hah huh hah... SEMANGAT!

 

Tanjakan terjal yang menghadang di jalan raya di Girimulyo, Kulon Progo pada zaman dulu April 2014
Tanjakan dengan pemandangan sawah menghijau.

 

Ada “ritual” yang aku lakukan pas sampai di tepi Sungai Kayangan. Apalagi kalau bukan menjamas sepeda dengan air sungai. Mumpung sepedaku ini sudah lama belum dicuci #dasar.males . Siapa tahu juga jadi enteng pas diajak menanjak, hahaha.

 

Di lokasi ini kerap diadakan upacara adat Saparan Rabu Pungkasan pada bulan Sapar (satu bulan setelah Ramadhan). Singkatnya, ini...tempat...mistis. Paham?

 

Tradisi dan budaya mencuci sepeda di Sungai Kayangan, Girimulyo, Kulon Progo pada zaman dulu April 2014
Semoga jadi kuat diajak nanjak. #eh?

 

Selepas menjamas sepeda, Paklik Turlix mengajak untuk bergegas. Batinku, paling ya nyebrang Sungai Kayangan, terus blusukan keliling kampung. Tapi ternyata nggak! Paklik ngajak kami naik dan keliling Kayangan. Weee?

 

Aku membatin lagi, memangnya ada jalan? Paklik bilangnya ada. Dari GPS Garmin miliknya ditambah cek silang Google Map, Bing Map, serta Nokia Map, ada jalan mengitari sungai Kayangan. Yang ternyata penampakan jalannya itu seperti ini.

 

Bersepeda masuk hutan di seputar wilayah Girimulyo, Kulon Progo mengelilingi Bukit Kayangan pada zaman dulu April 2014
Errr...nggak salah pilih jalan kan Paklik?

 

Aku maklum punya kawan-kawan bersepeda macam mereka ini. Paklik Turtlix dan Mbah Gundul sebenarnya ya 11-12 kalau milih rute blusukan. Kalau si Mbah memanfaatkan bisikan gaib insting, Paklik lebih maju dengan memanfaatkan teknologi.

 

Walaupun gitu, mereka berdua masih lebih mending daripada aku, yang kalau nyari rute blusukan ujung-ujungnya pasti... nyasar.

 

Cukup intermezzonya. Mari kita kembali ke jalan yang tidak lurus!

 

Tengah Petualangan: Keindahan Tersembunyi di Kayangan

Usai menuntun sepeda sembari menyibak semak, akhirnya kami ketemu jalan aspal desa. Kami yakin, inilah jalan yang dimaksud GPS Garmin dan segala map-map canggih itu. Tapi toh perjalanan tidak serta-merta jadi mulus. Selain jalannya yang tidak halus, jumlah tanjakannya rawan bikin kami cepat kurus.

 

Duh!

 

Jalan desa berwujud jalan aspal rusak yang ada di suatu dusun di Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo pada zaman dulu April 2014
Apa pun bentuk jalannya, kemiringannya tetap seragam...

 

Di tengah penderitaan dengkul, datanglah kabar gembira dari Paklik Turtlix. Menurut GPS, titik “pemberhentian resmi” pertama sudah dekat. Titik ini menandakan kami sudah setengah jalan mengelilingi Kayangan. Titik ini berupa jembatan. Semoga saja bukan jembatan “ajaib”.

 

Jembatan dengan pemandangan alam yang indah di Dusun Kalingiwo, Desa Pendoworejo di Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo pada zaman dulu April 2014
Jembatannya sih nggak spesial. Tapi lihat dulu dong apa yang ada di dekatnya.

 

Jembatan yang dimaksud letaknya di Dusun Kalingiwo, Desa Pendoworejo, di Kecamatan Girimulyo. Sekilas, jembatan kecil yang melintasi sungai ini nggak spesial. Begitu pula dengan jembatan tua di dekatnya. Tapi, lokasi ini cukup spesial buat warga sekitar. Mereka sering mancing di tempat ini.

 

Para pemancing menyalurkan hobi mereka memancing di sungai yang mengalir di bawah jembatan tua di Dusun Kalingiwo, Desa Pendoworejo di Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo pada zaman dulu April 2014
Yang kebetulan lagi doyan mancing seperti bang Dedy mungkin bisa nyobain lokasi ini.

 

Karena penasaran, iseng-iseng kami pun menyisir sungai di bawah jembatan. Eh! Ternyata ada tempat spesial yang cocok banget untuk “foto keluarga”. Subhanallah indah banget! Nggak nyangka di atas Kayangan ada tempat macam ini. Yang alami seperti ini jelas adanya di Kulon Progo! #promosi

 

Aliran sungai yang indah di Dusun Kalingiwo, Desa Pendoworejo di Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo pada zaman dulu April 2014
Kalau katanya mbak Aqied ini namanya skillfie. (Eh, itu kakinya Paris lho )

 

Lokasi foto sungai indah di Dusun Kalingiwo, Desa Pendoworejo di Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo pada zaman dulu April 2014
Ini nih spot eksotik buat foto keluarga. Semacam kontur sungai yang berundak.

 

Pemandangan air terjun mungil di suatu sungai di Dusun Kalingiwo, Desa Pendoworejo di Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo yang masih tersembunyi pada zaman dulu April 2014
Penampakan utuh bagian sungai yang eksotik itu. Nama sungainya apa ya ini?

 

Akhir Petualangan: Mencari Jalan Turun Kayangan

Jarum jam bergeser pelan ke angka 10.00 WIB. Mentari kian bergulir ke puncak ubun-ubun. Sebelum panas kian menyengat, kami memutuskan untuk segera hengkang. Karena ada prinsip “Pantang Pulang Lewat Jalan yang Sama”, alhasil kami ikuti saja jalan selepas jembatan spesial itu. Entah berujung di mana. Semoga saja ada jalan untuk turun dari Kayangan.

 

Bersepeda mengelilingi Bukit Kayangan di Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta pada zaman dulu April 2014
Mari kita lanjut bersepeda nyari jalan pulang.

 

Di awal perjalanan pulang, kami diiringi oleh penduduk negeri Kayangan. Eh, lebih tepatnya sih rombongan petugas dari Puskesmas Girimulyo. Mereka ini mau melakukan penyuluhan. Karena jalannya searah, jadi ya barengan deh.

 

Mengelilingi Bukit Kayangan dipandu petugas dari Puskesmas di Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta pada zaman dulu April 2014
Ceritanya mengawal rombongan petugas puskesmas Girimulyo.

 

Setelah berpisah dengan mereka, suasana serasa berpindah ke negeri antah-berantah. Jalan batu berganti jadi jalan tanah. Lebatnya hutan kian lama kian bertambah. Adapun tanjakan seakan tak berkurang jumlah. Ah, pokoknya susah!

 

Menembus jalan semak belukar dengan sepeda mengelilingi Bukit Kayangan di Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta pada zaman dulu April 2014
Semak belukarnya kok makin lama makin lebat ya?

 

Eh! Nggak boleh mengeluh! Sebab, warga setempat saja nggak menunjukkan raut jenuh.

 

Aku heran, kok ya masih ada orang yang sudi bermukim dikelilingi hutan lebat ya? Kendaraan bermotor jelas susah lewat. Kalau malam suasananya gelap pekat. Rumah tetangga pun tidak dekat. Apa pilihan hidup mereka patut dibilang hebat? Hmmm...

 

Seorang warga di pelosok Girimulyo, Kulon Progo membawa barang bawaan di atas kepalanya pada zaman dulu April 2014
... Errr... sepertinya mereka yang tinggal di Kayangan ini termasuk orang-orang istimewa.

 

Di tengah rimbunnya hutan, kami sempat istirahat beberapa kali. Dari kejauhan kami menangkap pemandangan yang tidak asing. Itu hamparan sawah yang kami lewati menuju sungai Kayangan! Berarti sekarang, kami ini berada tepat di atas tebing Kayangan! Waow! Coba deh pembaca bandingkan foto di bawah ini dengan foto di awal artikel.

 

Pemandangan jalan raya di Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta yang dikeliling sawah dilihat dari puncak Bukit Kayangan pada zaman dulu April 2014
Hooooo! Sampai di puncak Kayangan!

 

Sampai sejauh ini pun kami belum menemukan jalan turun dari Kayangan. GPS Garmin pun hanya menyebutkan jarak sekian meter tanpa menyebut jalan yang mana. Sinyal hape jelas susah didapat. Sekeliling masih hutan, tak ada orang untuk ditanya. Duh, masak kami nggak akan bisa membumi lagi?

 

Jalan hutan yang tersembunyi di dalam hutan di pelosok Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta pada zaman dulu April 2014
Satu-satunya yang jadi petunjuk cuma GPS punya Paklik. Doh!

 

Ndilalah, kami berjumpa dengan sebuah rumah dan syukur pemiliknya ada di tempat. Kami pun diberi arahan, kalau terus menanjak bakal sampai di Desa Purwosari. Sedangkan, kalau memilih cabang jalan kecil bakal kembali menuju perempatan Kenteng. Jelas kami memilih pilihan yang terakhir. Tapi ada satu pengecualian, jalannya itu rusak dan wujudnya turunan tajam. Waduh!

 

Rumah warga di pelosok Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta pada zaman dulu April 2014
"Udah kapok belum Mas kemari naik sepeda?", tanya Ibu penghuni rumah

 

Ah, jalan rusak tak jadi soal. Bila terpaksa sepeda pun bisa dituntun. Hanya butuh waktu kurang dari sepuluh menit untuk sampai di Dusun Gunturan di wilayah Desa Pendoworejo. Jam menunjukkan pukul 11.00 WIB.

 

Jalan hancur rusak parah yang ada di pelosok wilayah kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta pada zaman dulu April 2014
Semak lebat lebih mendingan daripada jalan rusak macam ini. Doh!

 

Untuk yang kedua kalinya kami berhenti di sebuah jembatan kecil, sebab aku “mengendus” bau curug. Benar saja, sepertinya memang ada curug di bawah jembatan ini. Hanya saja debit airnya kecil karena akhir April ini sudah jarang turun hujan.

 

Air terjun kering yang tersembunyi di pelosok Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta pada zaman dulu April 2014
Musim kemarau benar-benar sudah datang.

 

Jembatan yang mengalir sungai membentuk air terjun di Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta pada zaman dulu April 2014
Itu di sisi sebelah kanan jembatan juga ada semacam air terjun lho. Tapi airnya kering.

 

Jembatan ketiga sekaligus jembatan terakhir yang membekas di ingatan adalah jembatan besar yang melintasi anak cabang Kali Progo. Dari atas jembatan, kami lihat seorang Bapak sedang menghanyutkan batang-batang bambu. Ini supaya mudah memindahkan bambu tanpa mesti diangkut tangan. Cerdik ya?

 

Jembatan besar yang mengalir Kali Progo di Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta pada zaman dulu April 2014
Jembatan ketiga yang ukurannya lebih besar dari dua jembatan lain yang kami jumpai.

 

Warga Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta memanfaatkan Sungai Progo untuk memindahkan bambu-bambu dengan cara dihanyutkan ke sungai pada zaman dulu April 2014
Teknik mengangkut batangan bambu memanfaatkan aliran sungai. Cerdik juga ya?

 

Sekitar pukul 12.00 WIB kami tiba kembali di Perempatan Kenteng. Misi keliling Kayangan sukses terlaksana! Terima kasih untuk Pembaca yang sudah mengikuti cerita panjangku ini sampai sini.

 

Rute bersepeda ke Bendung Kayangan Girimulyo dan Ketemu Air Terjun Tersembunyi di Kulon Progo pada zaman dulu April 2014
Rute petualangan kami mengelilingi Kayangan.
Diolah dari hasil GPS nya Paklik Turtlix.

 

Nah, kira-kira apa yang bisa pembaca tangkap dari cerita kami keliling Kayangan? Semoga tidak membosankan ya, hahaha.

 

Oh iya, kalau foto-fotonya kurang jelas, klik aja fotonya untuk melihat versi besarnya. Ok? Sip!


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • PRIYADI
    avatar komentator ke-0
    PRIYADI #Sabtu, 10 Des 2016, 22:13 WIB
    Trimakasih mas, sudah menjelajahi daerah
    saya,yang dulu tahun 1983 s/d 1986
    merupakan jalan saya menimba ilmu di spg
    pgri nanggulan, aku waktu itu merupakan
    warga desa purwosari, sekarang tinggal di
    weleri kab.kendal jawatengah
    wih mantap Mas! Tak doakan sukses berkarya di Kendal. Ditunggu kunjungan balik suatu saat nanti di Purwosari.
  • INDEX APK
    avatar komentator ke-1
    INDEX APK #Minggu, 5 Jun 2016, 07:00 WIB
    Pemandangannya itu lho, keren biingits.
    Inilah Jogja kakak. :D
  • NISA
    avatar komentator ke-2
    NISA #Minggu, 22 Nov 2015, 10:11 WIB
    keren ms...aku pngen ksana,...baca ceritanya wis

    bayangke hutan2 sungai...adeem
    Hehehe, emang adem mbak, mau po hidup di desa yang suasananya kayak gini? :D
  • MURTIYARINI
    avatar komentator ke-3
    MURTIYARINI #Selasa, 26 Mei 2015, 16:17 WIB
    Subhanallah...indahnya
    Hihihi, inilah pesona Kulon Progo :D
  • ADIE RIYANTO
    avatar komentator ke-4
    ADIE RIYANTO #Rabu, 7 Jan 2015, 10:25 WIB
    Kamu klo weekend nyepedahan aja ya keliling Jogja? Perasaan banyak bener postingan ke tempat2 apa gitu yang gak familier di Jogja :)
    Ya nggak selalu Bro. Satu bulan paling nggak 2 kali nyepeda pas weekend. Sisanya mburuh, hahaha. :D
  • GALLANT
    avatar komentator ke-5
    GALLANT #Selasa, 25 Nov 2014, 09:51 WIB
    wah asoy, tapi sayang gak punya sepeda :(
    nabung dunk terus beli... :p
  • IMEL
    avatar komentator ke-6
    IMEL #Rabu, 5 Nov 2014, 20:27 WIB
    udah ramai orang belum mas tempatnya?
    kalo musim kemarau kira2 kering nggak ya disana?
    makasi
    Rame sama orang mancing mbak? Hahaha. Tempatnya terpencil mbak, kayaknya cuma dikit orang yang tau deh. Kalau musim kemarau nggak kering tapi ya debit airnya berkurang.
  • RULLAH
    avatar komentator ke-7
    RULLAH #Selasa, 30 Sep 2014, 12:39 WIB
    Wihh mas, suasananya itu loh :-D Jadi pengen kesana haaaa
    Ayo kapan nyepeda bareng ke sana. Tanjakan masih menanti lho. Hehehe.
  • ANNOSMILE
    avatar komentator ke-8
    ANNOSMILE #Selasa, 30 Sep 2014, 09:33 WIB
    belum pernah ndaki bukit khayangan..
    katanya angker ya..xixixi..
    Makanya harus menguasyai ilmu dhemit level 1 dulu ... :D
  • ARDIANTOYUGO
    avatar komentator ke-9
    ARDIANTOYUGO #Selasa, 23 Sep 2014, 15:54 WIB
    Keren...!! Besok moga moga kesampean mblusuk kesitu...
    tapi kalau ke sananya naik sepeda, ya... jangan ya... :|
  • NBSUSANTO
    avatar komentator ke-10
    NBSUSANTO #Selasa, 23 Sep 2014, 15:42 WIB
    woh apik nek iki mas.. tetep ini harus dicari.. satu lagi pesona menoreh.. ada location by
    gps pula.. joss :D
    Walau ada GPS, kalau sampeyan masih nyasar ya saya agak maklum kok :D
  • MATIUS TEGUH NUGROHO
    avatar komentator ke-11
    MATIUS TEGUH NUGROHO #Jumat, 12 Sep 2014, 07:46 WIB
    Sama-sama, bro eh Persawahan hijau itu bikin mata jadi adem :D
    Jogja ya seperti ini Bro. Adem di mata. Makanya banyak yang tertarik investasi properti di sini...
  • HOSTING MURAH
    avatar komentator ke-12
    HOSTING MURAH #Senin, 8 Sep 2014, 18:03 WIB
    menyenangkan sekali bersepeda ..
    Lha iya Bro. Bersepeda itu menyenangkan!
  • ELISA
    avatar komentator ke-13
    ELISA #Sabtu, 6 Sep 2014, 22:37 WIB
    pemandangan sawah plus bukit2 nya mmg bagus banget...
    kira2 keliling kayangan ketemu dewa-dewi ndak ya...:D
    Jangankan dewa-dewi, lha wong gadis mandi di kali aja ndak nemu mbak... eh?
  • CADERABDULPACKER.COM
    avatar komentator ke-14
    CADERABDULPACKER.COM #Jumat, 5 Sep 2014, 15:37 WIB
    wah seru yach....suka sungai dan suasana pedesaannya....
    Sayangnya sungai dan pemandangan kayak gini adanya di pelosok yang jalan ke sananya rusak Bro, hahaha :D
  • CAHYO
    avatar komentator ke-15
    CAHYO #Jumat, 5 Sep 2014, 14:58 WIB
    Koyoke kok akeh nuntune timbang numpake? Nge-hash sambil nggowes :P
    Ora bakal dipenjara tow nek nuntun? :p
  • AQIED
    avatar komentator ke-16
    AQIED #Jumat, 5 Sep 2014, 11:01 WIB
    duh kenapa ya suka males buat maen ke barat barat sana. bahkan yg mainstream pun banyak yg belom. hiks.
    wherever you go, sikilfie is a must. hahahaha
    blusukers nowadays
    Bisa dipahami Qied. Dirimu kan cah wetan, nek dolan ngulon mesti rodo ngoyo sithik, hahaha. :D
  • DITTER
    avatar komentator ke-17
    DITTER #Kamis, 4 Sep 2014, 22:22 WIB
    Haaa... 19 km dibilang pemanasan? geleng-geleng

    Tapi seru banget ceritanya, Mas. Dan fotonya bagus-bagus... :D
    Yang sudah terbiasa nyepeda, 19 km jalan rata itu nggak terasa apa-apa Mas Bro selain bokong yang pegel-pegel, hahaha :D
  • RDSAPUTRO
    avatar komentator ke-18
    RDSAPUTRO #Kamis, 4 Sep 2014, 18:01 WIB
    yang dimaksud curug disekita grojogan sewu kemarin ini po mas?
    Bukan, masih ada lagi. Ada banyak curug ternyata, hahaha. Tunggu musim hujan lah. :D
  • TURTLIX
    avatar komentator ke-19
    TURTLIX #Kamis, 4 Sep 2014, 15:49 WIB
    Ah, seperti biasanya. Ceritanya dibuat-buat seperti itu, dan lagi foto-fotonya masih seperti
    sebelumnya. Artikel ini hasil manipulasi terstruktur, sistematis dan matematis. Kalau
    pembaca tidak percaya, silakan cek langsung ke TKP. Pembaca akan melihat fakta, dan
    tidak perlu menunggu keputusan MK.
    NB: Mawi...komentar ini tidak pantas dikomentari. :)
    Fiksinya menutupi faktanya...
  • ANGKI
    avatar komentator ke-20
    ANGKI #Kamis, 4 Sep 2014, 09:56 WIB
    waahhh mantap mas Wijna jalan-jalan blusukannya...kayaknyaa ne butuh bantuanmu mas
    buat rancang sepeda nie hehe
    Nggak usah dirancang. Beli aja langsung. Asal yg sesuai kondisi dompet.
  • ANDIKA HERMAWAN
    avatar komentator ke-21
    ANDIKA HERMAWAN #Kamis, 4 Sep 2014, 07:48 WIB
    wah view sawahnya cakep bener ya :D
    kok yang dikomen view sawahnya? bukan foto orang-orangnya? ... eh, maksudku itu foto sungainya :p
  • JAUHARI
    avatar komentator ke-22
    JAUHARI #Rabu, 3 Sep 2014, 18:23 WIB
    namanya keren sekali .. kayangan

    meskipun penuh perjuangan .. tapi akhirnya menemukan spot yang bagus sekali.
    anak jaman sekarang yang golongan anti mainstream pasti suka spot ini ..
    Malah jangan jadi ramai aja setelah itu Om. Masak nasibnya jadi kayak Tebing Keraton?
  • MAS FEB
    avatar komentator ke-23
    MAS FEB #Rabu, 3 Sep 2014, 10:30 WIB
    Saya pengen tuh bisa kayak gitu. Sepedahan kemana gitu. Tapi di Jakarta mau sepedahan
    kemana ya? Di Jakarta hutannya sudah berubah jadi hutan beton. Sungainya jadi sungai
    jelaga.. :(
    Iya ya Mas, Jakarta udah padet sama pembangunan. Temen saya yang di Jakarta malah kalau nyepeda larinya ke Bogor atau Bekasi.
  • TOTOK
    avatar komentator ke-24
    TOTOK #Rabu, 3 Sep 2014, 10:20 WIB
    Mas, foto sawahnya kelihatan hijau banget&begitu pula rumput di dpn rumah apa sdh masuk LR?

    Note: kalau pulangnya dari perempatan Kenteng ke timur, berarti masih \"melalui jalan yg sama\" dong. Harusnya belok kanan ke selatan, tembus Jalan Wates. Nah, itu baru maknyuusss .... hehehe :P
    Semua foto masuk LR semua Mas Bro, karena saya klo motret pakai RAW terus.

    Lho, yang mesti beda jalan itu hanya di seputar Kayangan saja. Kalau udah sampai di Kenteng kan sudah \"membumi\" jadinya mau jalan manapun bebas. (alasan) Hahaha :D
  • AAN
    avatar komentator ke-25
    AAN #Rabu, 3 Sep 2014, 08:34 WIB
    wah, petualangan mengasyikan nih
    yoi Bro, blusukan ke dalam hutan kita, hahaha :D