Pas Mbah Gundul menyebut kode “Kiss Can Do” sebagai tujuan bersepeda di hari Minggu (15/12/2013) aku segera menyiapkan mental untuk bersepeda nanjak ke ketinggian 1.200 meter dpl. Buatku, tanjakan menuju Gua Kiskendo di Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo ini sudah nggak asing. Namun tidak untuk Paris yang baru tahu tujuan "mengerikan" ini pas kami melintasi Kecamatan Nanggulan, 1 km menjelang tanjakan jahanam....
Selamat berjumpa kembali dengan kelakuan ora kalap tiga pria lajang
SILAKAN DIBACA
Aku sendiri sudah dua kali bersepeda menaklukkan tanjakan ke Gua Kiskendo. Baik pas siang atau pas malam hari. Dua-duanya aku lakoni di tahun 2010 dan 2011. Di tahun-tahun itu aku butuh waktu sekitar 2,5 jam bersepeda (plus nuntun ) untuk sampai ke Gua Kiskendo. Nah, apakah kali ini aku masih mampu menorehkan rekor waktu yang sama?
Yuk uji dengkul!
Berangkat dari Tugu Pal Putih Kota Jogja pukul 07.00, kami bertiga menyusuri Jl. Godean dan ke Kabupaten Kulon Progo. Sampai di Kecamatan Nanggulan, Kulon Progo sekitar pukul 08.00. Setelahnya Mbah Gundul yang ambil alih pimpinan. Dirinya penasaran dengan kabar tentang jalan tanjakan "baru" menuju Gua Kiskendo dan tertarik untuk menjajalnya... bersama kami.
Siapa tahu ada jalan ke Gua Kiskendo yang tidak nanjak?
Oleh sebab itu, Mbah Gundul pun memandu rute menuju Dusun Sribit yang katanya awal jalan tanjakan "baru" itu bermula dari sana. Tapi, kok ya tanda-tanda jalan tanjakan "baru" belum terlihat ya?
Mbah Gundul pun berdialog dengan warga setempat. Sayang sekali, kabar yang didengar Mbah Gundul itu sepertinya tidak tepat. Sejumlah warga bilang, nggak ada yang namanya jalan tanjakan "baru" menuju Gua Kiskendo. Satu-satunya jalan tanjakan menuju Gua Kiskendo di Dusun Sribit ini ya sudah sejak lama ada. Tapi jarang dilalui karena umumnya orang-orang memilih lewat jalur tanjakan Pasar Kenteng yang lebih dekat.
Apa boleh dikata. Kami tetap pasrah bersepeda menuju Gua Kiskendo lewat tanjakan Dusun Sribit ini. Buatku, bersepeda lewat jalur ini termasuk pengalaman baru. Karena sebelumnya aku ke Gua Kiskendo ya selalu lewat rute Pasar Kenteng.
Beginilah nasib bersepeda di musim hujan...
Niat awalnya aku bersepeda lewat sini sekaligus ingin mendokumentasikan apa-apa saja yang kami temui di tanjakan. Tapi, sekitar pukul 09.00 mendadak turun hujan lebat! Terpaksa deh kamera harus mendekam di dalam tas. Kami pun berteduh di dekat pos ronda sambil menyikat bekal martabak dan terang bulan yang kami bawa.
Jarum jam bergerak mendekati pukul 10.00, hujan belum begitu reda tapi kami tetap melanjutkan perjalanan dengan jas hujan. Kalau nggak bergerak, ya kapan sampainya?
Sepanjang perjalanan, berbagai macam tanjakan silih berganti menyapa. Hanya Mbah Gundul yang tetap bertahan di atas sadel sepeda. Sementara aku dan Paris menyerah alias menuntun sepeda masing-masing.
Biar pun diterpa hujan, tetap nuntun! Eh?
Kesan singkat melalui rute tanjakan ini adalah jaraknya yang (perasaan) lebih panjang dibandingkan jika melalui rute Pasar Kenteng. Total jaraknya ada sekitar 7 km. Warga desa yang ramah acap kali menyapa kami sembari memberi semangat semisal.
“Sepedanya dinaikin Mas, jangan dituntun!”
Beh!
Sekitar pukul 11.30 sampailah kami di Pasar Jonggrangan. Saatnya isi bensin perut di warung terdekat!
Setelah memanjakan perut dengan nasi rames, geblek, plus teh hangat, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Gua Kiskendo. Jaraknya hanya tinggal 2 km lagi dari Pasar Jonggrangan. Kalau aku nggak salah hitung, kami harus melalui 2 tanjakan lagi sebelum akhirnya benar-benar tiba di Gua Kiskendo.
Sekitar pukul pada pukul 12.15 kami pun mendarat di kawasan wisata Gua Kiskendo. Alhamdulillah!
Tanjakan ke Gua Kiskendo juga menelan korban jiwa.
Seperti biasa, Mbah Gundul mengajak kami masuk ke dalam gua. Bekal senter LED pun ia keluarkan dari dalam tasnya. Sebenarnya nggak perlu senter LED, karena di dalam Gua Kiskendo sudah terpasang instalasi penerangan. Kondisi fisik Gua Kiskendo juga nggak banyak berubah semenjak kunjungan pertamaku di tahun 2010 silam.
SILAKAN DIBACA
Di lokasi yang disebut sebagai Padasan kami pun menyempatkan diri berfoto untuk kenang-kenangan. Padasan adalah lokasi sumber air bagi kerajaan Gua Kiskendo. Sebenarnya sih hanya rembesan air yang mengucur dari stalaktit.
Nah, ini yang menarik. Menggunakan teknik fotografi slow-shutter serta light painting aku meminta Mbah Gundul dan Paris menahan pose selama 10 detik. Pada pengambilan pertama, terlihat ada bagian foto yang tidak tersinari dengan sempurna. Aku pun meminta untuk foto ulang.
Uji coba light painting pertama.
Pada pengambilan kedua, kami bergeser sedikit ke belakang untuk menghindari tetesan air Padasan. Pada pengambilan kedua inilah tertangkap fenomena orb yang beberapa orang meyakini fenomena ini sebagai tertangkapnya makhluk gaib dalam foto. #mistis
Jangan-jangan "penunggu" juga pingin ikutan foto bareng.
Entah benar atau nggak, tapi buatku yang mengedepankan penjelasan ilmiah, orb pada foto kedua ini terjadi karena sinar senter LED yang digenggam Paris mengenai debu yang muncul di depan lensa kamera. Memang saat aku sedang mengatur kamera, aku melihat semacam debu kapur yang menguap.
Sayangnya, nggak ada pengambilan foto yang ketiga, karena kami sudah ingin segera kembali ke Jogja. Ya sudahlah, mungkin barusan ada “penunggu” padasan yang ingin berpose bersama kami.
Bagaimana Pembaca?
Pernah ke Gua Kiskendo atau memotret fenomena orb seperti yang aku jepret di atas?
NIMBRUNG DI SINI
rdsaputro.blogspot.com hehe
banyak perubahan ga fasilitas goa kiskendo???
jangan dituntun!†kang,haha untung rung eneng sing ngomong ngono ke aku dkk pas pit-
pitan haha