Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Minggu, 5 Januari 2014, 18:01 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Pada awal bulan kesebelas tahun dua ribu tiga belas yang lalu, Mbah Gundul mengajak aku bersepeda ke jembatan gantung. Setahuku, jembatan gantung itu adanya di Bantul. Tapi Mbah Gundul bilang jembatan gantungnya itu di Sleman, di seputaran lereng Gunung Merapi, melintasi Kali Boyong.

 

Kali Boyong adalah nama salah satu sungai di Yogyakarta yang berhulu di Gunung Merapi. Posisinya ada di sebelah barat Kota Jogja. Kali Boyong ini memiliki banyak anak sungai, salah satunya adalah Kali Code yang populer itu.

 

Bersepeda ke jembatan gantung boyong di lereng Gunung Merapi di Cangkringan
Bukan orang terkenal di jembatan gantung yang juga tidak terkenal.

 

Aku sendiri kurang begitu paham asal-muasal nama Kali Boyong. Mungkin disebut Kali Boyong sebab sungai ini sering memboyong materi lahar dingin Merapi. Mungkin juga karena sungai ini ibarat jalan raya bagi “warga” Merapi jika hendak boyongan ke arah selatan menuju Pantai Parangtritis. Khususnya pada saat malam Jum’at kliwon. Hiii. #horor

 

Eh, tenang! Di artikel ini aku nggak bakal cerita hal-hal berbau mistis kok! Kejadian yang bakal aku ceritakan ini mengambil latar waktu pada Minggu Pon (10/11/2013).

 

Perjalanan bersepeda menanjak jalan Palagan tentara Pelajar
Awalnya seneng dan semangat.

 

Sekitar pukul setengah tujuh pagi, Mbah Gundul sudah menanti kehadiranku di perempatan Tugu Pal Putih Kota Jogja. Kami pun kemudian bersepeda berdua menuju arah utara lewat Jl. Palagan Tentara Pelajar.

 

Di perempatan lampu lalu lintas kilometer sembilan, datanglah Paris bergabung bersepeda bersama kami. Bertiga, kami pun meneruskan bersepeda ke arah utara menghadapi jalan nanjak ala Jl. Palagan Tentara Pelajar yang rasa-rasanya lebih nanjak dari Jl. Kaliurang. #capek

 

Setibanya di perempatan kilometer tujuh belas, Mbah Gundul sebagai komandan perang menuntun kami ke cabang jalan ke arah kanan (timur) yang menyebrangi Kali Boyong. Paris pun senang. Dikiranya Mbah Gundul berubah pikiran dan mengubah tujuan menuju Warung Ijo, Pakem.

 

Pesepeda Jogja kelelahan di tanjakan jalan Palagan tentara Pelajar
"Jadi orang, apalagi cowok, nggak boleh sering ngeluh!"

 

Ternyata Mbah Gundul bermaksud mengambil cabang jalan menuju Museum Gunung Merapi. Paris pun kecewa. Di papan petunjuk tertera angka enam kilometer menuju museum. Maksudnya itu, sejauh enam kilometer ke depan jalannya tetap menanjak. #derita

 

Ah, jadi teringat, dulu di tahun 2010 aku pernah bersepeda lewat jalur ini rame-rame sama kawan-kawan SPSS, sekarang hanya bertiga. Aku sebenarnya kasihan sama Paris. Dia sudah lama nggak bersepeda jadi sering mengeluh capek. Tapi katanya Mbah Gundul, kalau bersepeda itu nggak boleh ngeluh. Sebab, menjalani hidup itu lebih berat dari bersepeda. #kata.bijak

 

Tugu batas Museum Gunung Merapi dan arah ke Jembatan Gantung Kali Boyong
Belok kiri ke jembatan gantung. Ini satu kilometer dari pertigaan ke Museum Gunung Merapi.

 

Kami masih terus bersepeda melewati pertigaan jalan menuju Museum Gunung Merapi. Pikirku, habis ini pasti bakal koyok deh. Jadinya aku mancing-mancing buat berhenti istirahat. Kami berhenti di sebuah pos ronda dan Mbah Gundul pun bertanya pada warga setempat. Katanya, jembatan gantungnya sudah dekat. Lokasinya nggak jauh dari tugu jam.

 

Ternyata benar! Sekitar 200 meter dari tugu jam itulah letak jembatan gantungnya. Sebut saja namanya Jembatan Gantung Boyong. Sebab, selain melintasi Kali Boyong, jembatan ini letaknya di Dusun Boyong, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Jembatan ini berdiri di atas sebuah dam yang sudah tak berbentuk akibat dihantam lahar dingin Merapi beberapa tahun yang lalu.

 

Pemandangan Jembatan Gantung Kali Boyong dari bawah
Jembatan gantung di atas lahar dingin.

 

Aturan melintasi Jembatan Gantung Kali Boyong di Cangkringan, Sleman
Hooo...nyebrang jembatan gantung juga ada aturannya, tak boleh sembarangan.

 

Mobil ngawur melanggar aturan menyebrangi Jembatan Gantung Kali Boyong di Cangkringan, Sleman
Eh! Supir mobilnya nggak baca peraturan yang paling atas!?

 

Selain jembatan gantung, yang menarik perhatian pada waktu itu adalah sekumpulan bocah yang mengajak kami untuk bergabung main air di kubangan bawah jembatan. Ah, seandainya aku masih seumuran mereka mungkin aku langsung nyebur ke dalam kubangan deh, hahaha.

 

Kubangan gitu lho! Kalau mata air masih mending deh!

 

Sehabis bermain air, bocah-bocah ini menemani kami jalan-jalan di sekitar jembatan gantung. Tapi mereka tak banyak cakap. Apa mereka terpana dengan “pesona” Mbah Gundul ya?

 

Anak-anak desa bermain air di bawah Jembatan Gantung Kali Boyong
"Mas foto mas!"

 

Atraksi anak-anak desa bermain air di bawah Jembatan Gantung Kali Boyong
Nyebur ke kubangan pun pakai aksi akrobat.

 

Anak-anak bermain mencari lumut kotor di kubangan Kali Boyong, Cangkringan, Yogyakarta
Namanya juga anak kecil, lumut kotor pun jadi mainan.

 

Pesepeda berpose bersama anak-anak desa berlatarkan Jembatan Gantung Kali Boyong
Ayo adik-adik, belum pernah kan foto bareng tuyul hidup?

 

Selepas berpamitan dengan warga-warga cilik ini kami pun bersepeda pulang. Jembatan gantung ditemukan. Misi selesai! Petualangan hari ini diakhir dengan menyantap soto daging sapi Sorgapuro di Jl. Kaliurang km 12,5.

 

Gimana Pembaca? Pingin bersepeda ke jembatan dan main air sungai di bawahnya?


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • HENDI
    avatar komentator ke-0
    HENDI #Selasa, 29 Des 2015, 08:26 WIB
    Jadi...siapakah itu Mbah Gundul? \"sambil mata melotot dan muka di zoom bak sinetron\"
    Orang sakti, hahaha. :D
  • AKARUI CHA
    avatar komentator ke-1
    AKARUI CHA #Sabtu, 21 Nov 2015, 07:33 WIB
    Asikkkkk banget pemandangannya waw. Tapi
    emang perjuangan ke sana kayake lumayan
    menguras energi. Ebetewe, bener juga kata Mbah
    Gundul, menjalani hidup lebih berat dari nyepeda.
    Naik-naik ke lereng gunung sih Mbak, tapi ya nggak begitu menguras tenaga juga soalnya jalannya kan ngga terjal :D
  • MOHAMMAD LUTFI HIDAYAT
    avatar komentator ke-2
    MOHAMMAD LUTFI HIDAYAT #Senin, 10 Mar 2014, 09:44 WIB
    Wah. Habis keringetan nggowes sepeda, main air. Segeeeer..
    Kangen juga nih naik sepeda, gara2 sepeda diilangin temen. Hahaha
    jangan sedih ya, suatu saat kalau kamu rajin menabung nanti bisa kok membeli sepeda lagi, yang bekas juga nggak apa-apa, oke? sip!
  • TATO
    avatar komentator ke-3
    TATO #Rabu, 12 Feb 2014, 11:26 WIB
    Dari arah tugu jam, sebelum jembatan gantungnya jalanan menurun terjal. Bagi
    pesepeda wajib berhati-hati sekali. Bila rem kurang pakem, lebih baik turun sepeda dan
    jalan ke bawah. Setelah melewati jembatan ini, ada jalan menurun panjang dan lurus
    menuju Jl. Palagan :-)
    turunannya terjal tapi nggak seterjal turunan Cinomati atau Klegung Kang.
  • FACHMI
    avatar komentator ke-4
    FACHMI #Kamis, 30 Jan 2014, 14:39 WIB
    Wah lokasi baru nih utk Foto prewed
    yoi! kalau cuacanya cerah lumayan bagus buat foto-foto
  • EFENERR
    avatar komentator ke-5
    EFENERR #Kamis, 16 Jan 2014, 08:49 WIB
    wah...mas wij ini view sekitarnya bagus sekali. :) jadi pengin kesana..
    sebetulnya hanya jembatan gantung biasa Mas, kalau cuaca cerah dan Merapi terlihat memang bagus
  • KANG NANG
    avatar komentator ke-6
    KANG NANG #Senin, 13 Jan 2014, 10:54 WIB
    Sering ngepit kesitu juga. Bahkan pernah pas ada mobil lewat (L300), jembatannya goyang
    kayak gempa...ngeri. Mbok dikasih portal saja ya..biar mobil ndak bisa lewat, nanti cepet
    rusak tuh jembatan.
    Portalnya itu kan sudah ada Kang, hanya mungkin ukurannya harus lebih sempit supaya mobil ga bisa masuk
  • CADERABDULPACKER.COM
    avatar komentator ke-7
    CADERABDULPACKER.COM #Minggu, 12 Jan 2014, 20:13 WIB
    wahhhh sepertinya ayo sekalian nambah koleksi jembatan Gantung..mari saya ajak Ke
    Jembatan Gantung waduk selorejo malang..mari noh mampir ke Blog kalo pengin bandingin
    hahha
    waduh di Malang jauhnyaaa...
  • ELFRIDA CHANIA
    avatar komentator ke-8
    ELFRIDA CHANIA #Minggu, 12 Jan 2014, 19:31 WIB
    Kayaknya keren jembatannya kalau dipake buat hunting foto hehe :D
    emang cucok buat foto-foto
  • EM
    avatar komentator ke-9
    EM #Sabtu, 11 Jan 2014, 04:52 WIB
    setahuku yo wij, sebagian besar jembatan yg patah dimakan lahar dan dibangun pasca erupsi merapi 2010, biasane emang modele jembatan gantung.
    kapan itu dari arah srumbung nyari jalan pintas ke dukun aja nemu 2 jembatan gantung...apalagi sampai ketep ya.

    eh iya jembatan srowol yg deket mendut itu juga model gantung
    Iyo yo? apa karena biar ga kena lahar dingin lagi ya?
  • NBSUSANTO
    avatar komentator ke-10
    NBSUSANTO #Kamis, 9 Jan 2014, 17:59 WIB
    sepintas mirip jembatan srowol magelang yo mas..
    tapi bedane disana dipasang portal jadi mobil gak bisa masuk..
    Iyo je, mirip, klo di Srowol padahal kan yo lumayan muat untuk lewat mobil ya?
  • ELISA
    avatar komentator ke-11
    ELISA #Kamis, 9 Jan 2014, 08:23 WIB
    wah jembatan gantung baru nih...baru tahu maksudnya...hehe
    saya juga baru tahu mbak, hehehe
  • RUMPUTILALANG
    avatar komentator ke-12
    RUMPUTILALANG #Rabu, 8 Jan 2014, 22:07 WIB
    wajib datang, buat tambah koleksi jembatan gantung
    hayooo kemari
  • TOTOK
    avatar komentator ke-13
    TOTOK #Senin, 6 Jan 2014, 17:16 WIB
    Judulnya \"Main Air\", tapi kok nggak ikut njegur Mas?
    Sebetulnya itu saya ikut nyegur untuk motret atraksi bocah-bocah itu akrobat. Cuma sebatas betis sih, tapi sayang nggak ada yang motret saya, hahaha.