Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Senin, 7 Januari 2013, 07:30 WIB

Saat Mbah Gundul menawari pilihan bersepeda ke Ngoro-oro, ke Imogiri, atau ke Nanggulan, tanpa pikir panjang aku memilih pilihan bersepeda ke Ngoro-oro.

 

Pilihan yang "aneh" toh? Karena sepintas, bersepeda ke Imogiri atau ke Nanggulan terdengar lebih “bersahabat” dibanding ke Ngoro-oro yang medannya didominasi tanjakan.

 

Hanya saja, karena aku menduga Mbah Gundul menyiapkan “udang dibalik rempeyek” di rute bersepeda ke Imogiri dan Nanggulan, maka aku berasumsi kalau ke Ngoro-oro lebih “aman”. Toh, paling rutenya ya lewat tanjakan Patuk yang mana sudah sangat familier sekali buat dengkulku.

 

gapura perbatasan wilayah gunungkidul dan bantul saat sedang dibangun pada tahun 2013
Pasti lewat sini lagi...

 

Eh iya, kalau Pembaca sering mengikuti blog-ku ini, pastinya sudah tahu dong apa itu Ngoro-oro? Kalau belum tahu, Ngoro-oro itu adalah nama sebuah desa di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Ciri khas dari Desa Ngoro-oro adalah terdapat banyak sekali menara pemancar stasiun televisi. Jarak Desa Ngoro-oro dari Kota Jogja sekitar 20-an km.

 

 

Lima Pandawa dari Jogja ke Piyungan

Nah, pada hari Sabtu (29/12/2012) yang lalu berkumpullah lima orang yang akan bersepeda menuju Ngoro-oro. Ada aku, Kang Supri, Rales, Sepri, dan tentunya Mbah Gundul. Kami semua berangkat dari Padepokan Ki Ageng Sekar Jagad di seputaran Ambarukmo Plaza sekitar pukul setengah delapan pagi.

 

Perjalanan kami mulai dengan menuju perempatan Blok O untuk berbelok ke arah Berbah. Kami melewati rute yang biasa kami lalui untuk menuju ke Candi Abang. Yang membedakan adalah kami berbelok di jalan desa yang mengarah ke bekas lokasi crop circle. Dari sana kami mengikuti jalan desa, menyebrang jalan raya Prambanan – Piyungan, dan masuk wilayah Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

 

 

Semoga Tidak Disambar Petir

Saat memasuki Desa Srimartani, Mbah Gundul ngasih pengumuman kalau kali ini rute bersepeda ke Ngoro-oro nggak lewat tanjakan Patuk. Simbah bilang, ada jalan lain menuju Ngoro-oro yang lebih singkat dibandingkan lewat tanjakan Patuk. Tapi ya itu... resikonya medan jalannya itu berwujud tanjakan curam. Securam Tanjakan Cinomati lah.

 

HAAAH!?

 

...nasib...nasib...

 

Rute tanjakan inilah yang Mbah Gundul sebut sebagai Tanjakan Petir. Sebab, tanjakannya bermula dari Dusun Petir yang termasuk wilayah Desa Srimartani. Semoga saja, diberi nama seperti itu bukan karena di tanjakan sana sering jadi lokasi sambaran petir . Doh!

 

Untuk memudahkan, tiap titik pemberhentian di perjalanan menanjak aku beri nama.

 

Pos 1. Start dari Toko Kelontong

Berhubung kata Mbah Gundul di sepanjang tanjakan nggak ada warung babar blas, kami beli bekal dulu deh di toko kelontong “Mbak Titik”. Nggak lucu aja, kalau pas nanjak kami kekurangan “bahan bakar”. Padahal paling-paling kalau capek nanjak ya nuntun atau duduk-istirahat, hehehe.

 

toko kelontong murah di desa srimartani piyungan yogyakarta dipadati pesepeda yang hendak melintasi tanjakan petir
Mampir toko kelontong dulu, beli perbekalan.

 

Nah, sekitar 50 meter dari toko kelontong itulah tersaji pemandangan yang menggetarkan hati. Aku pun mengumpulkan niat dan mencoba berdamai dengan umpatan,

 

“Duh! Kok pas mulai nanjak sudah curam begini medannya?” #pasrah

 

Awal dasar Tanjakan Petir di dusun Umbulsari Piyungan Bantul
hadeh...

 

Pos 2. Cakruk

Tanjakan dari Pos 1 menuju Pos 2 sudah termasuk berat. Tapi masih bisa dikayuh pelan-pelan tanpa menuntun sepeda. Apalagi di jalan masih banyak warga yang berlalu-lalang, menyapa, dan memberi semangat,

 

“Ayo Mas! Di depan tanjakannya masih ada! #ohmigot

 

kemiringan medan jalan Tanjakan Petir – Umbulsari Piyungan Bantul
Sepanjang tanjakan menuju Pos 2.

 

bangunan pos ronda zaman dahulu adat jawa yang ada di pinggir ruas jalan Tanjakan Petir – Umbulsari Piyungan Bantul
Cakruk, cuma numpang lewat.

 

Pos 3. Masjid

Medan tanjakan dari Pos 2 ke Pos 3 sebenarnya hampir sama dari Pos 1 ke Pos 2. Hanya saja, jaraknya lebih panjang. Tenaga yang sudah nyaris habis saat menerjang Pos 2 harus kembali diperas lagi saat menuju Pos 3. Sepertinya, barang siapa yang bisa melewati tanjakan ke Pos 3 tanpa berhenti, layak deh dinobatkan jadi ketua RT. #lebay

 

masjid yang terdapat di pinggir jalan raya Tanjakan Petir – Umbulsari Piyungan Bantul
Istirahat di sekitar Masjid. Capek!

 

Pos 4. Bilik WC Warna Biru

Ciri khas dari Pos 4 adalah bilik WC berwarna biru yang mana aku lupa memotretnya karena batas kesadaranku masih sebatas garis tipis seusai menerjang tanjakan dari Pos 3 ke Pos 4. Jaraknya sih nggak jauh, tapi kemiringan jalannya nyaris vertikal! Doh! Ada benarnya juga omongannya Mbah Gundul kalau Tanjakan Petir ini sekelas Tanjakan Cinomati.

 

menuntun sepeda karena tidak kuat menanjak lewat Tanjakan Petir – Umbulsari arah ke ngoro-oro Pathuk
Tanjakannya nggak manusiawi. Tapi kok masih ada orang yang mau hidup di sini ya?

 

Udah deh! Yang bisa lewat tanjakan ini tanpa berhenti atau nuntun dikasih sawah saja lah supaya nanti hidup bahagia sampai akhir nyawa. Yang nggak bahagia itu kalau kebelet ingin ngendog pas nanjak. Karena di sini, air susah! #apa.sih

 

Pos 5. Lapangan Rusak

YES! Inilah berkah dunia! Tanjakan Petir yang curam itu sudah berakhir! Menara pemancar televisi pun sudah terlihat! Tandanya Desa Ngoro-oro sudah dekat!

 

ruas jalan rata yang ada di Tanjakan Petir – Umbulsari arah ke ngoro-oro pathuk gunungkidul
Jalannya nggak nanjak lagi!

 

lapangan rusak tak terawat yang ada di pinggir jalan Tanjakan Petir – Umbulsari alternatif rute ke pathuk gunungkidul
Lapangan yang rusak.

 

Kalau sudah begini, hati jadi senang deh. Tenaga serasa terisi penuh lagi. Pun muncullah dorongan nafsu untuk ngebut menuju titik finish.

 

Eh, tapi ternyata menjelang titik finish jalannya nanjak lagi! Weladalah! Kok ya mendadak dapat "kejutan" tanjakan begini? Padahal tenaga sudah dipakai buat ngebut. Capek deh. Akhirnya milih nuntun sepeda. Gagal sudah dapat sawah plus jadi ketua RT. #mengkhayal

 

Syukur! Salah siapa ngebut . #jangan.takabur

 

Titik Finish di Desa Ngoro-oro

Setelah perjalanan sekitar 1 jam (ditambah istirahat ngobrol ngalor-ngidul bareng Sepri sekitar 30 menit), sampai juga di cabang jalan yang dekat dengan kantor Desa Ngoro-oro. Kalau dipikir-pikir ya memang lebih singkat ke Ngoro-oro lewat Tanjakan Petir dibandingkan bila harus memutar lewat Tanjakan Patuk terlebih dahulu.

 

titik puncak tertinggi jalur alternatif Tanjakan Petir yang menghubungkan dusun Umbulsari Piyungan Bantul dengan dusun Petir ngoro-oro gunungkidul
Jadi ini toh yang tadi kita lewati?

 

Tanjakan Petir itu sebenarnya punya nama resmi Jalan Petir – Umbulsari. Jalan ini diresmikan 18 Mei 2011 sebagai penghubung Dusun Petir (di bawah bukit) dan Dusun Umbulsari (di atas bukit) yang keduanya itu masih termasuk wilayah dari Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

 

para pesepeda yogyakarta berfoto bareng dengan latar menara pemancar sinyal televisi di desa ngoro-oro patuk gunungkidul
Pandawa yang berhasil menaklukkan Tanjakan Petir!

 

Di Desa Ngoro-oro, kami foto-foto dulu dengan latar menara pemancar stasiun televisi. Setelahnya, kami sarapan siang di warung dekat objek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran.

 

Agenda bersepeda hari ini diakhiri dengan membeli buah durian di jalan dari Ngoro-oro menuju Patuk. Untuk yang ini, aku hanya berani ngicip satu biji durian saja, soalnya nggak tahan dengan baunya, hehehe.

 

sarapan soto di warung sederhana yang enak dan murah di desa ngoro-oro pathuk gunungkidul
Isi bensin dulu. Kota Jogja masih jauh!

 

memilih mana durian yang enak dan murah di desa ngoro-oro patuk gunungkidul
Kalau buatku sih baunya bikin (agak) mual...

 

Akhir kata, Tanjakan Petir memang layak jadi rute singkat menuju Ngoro-oro dari Piyungan tanpa perlu melalui Patuk.

 

Sudahkah Pembaca berkunjung ke Ngoro-oro akhir-akhir ini? Cobain deh lewat tanjakan Petir!


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • TANPA NAMA
    avatar komentator ke-0
    TANPA NAMA #Selasa, 9 Mar 2021, 10:27 WIB
    Saya dari dusun umbulsari saya sering jalan
    nanjak di tanjakan itu. Bagi yg belum pernah
    lewat jalan itu menggunakan kendaraan
    harap berhati hati karena disitu rawan
    kecelakaan🙏
  • RAY WIDYAGUNA
    avatar komentator ke-1
    RAY WIDYAGUNA #Selasa, 8 Ags 2017, 11:31 WIB
    Luar biasa naik sepeda ke Ngoro-oro lewat Petir. Aku pernah dr Gunung Nglanggeran turun lewat petir naik sepeda motor boncengan dengan isteri...aduh biyuuuung. jalannya turun terus tanpa jeda.. Ah gak lagi-lagi deh berani..ngeri bingit... sampai gemetaran.... nyawanya pulih utuh lagi setelah sampai Petir...
  • YOEL
    avatar komentator ke-2
    YOEL #Jumat, 8 Mar 2013, 14:36 WIB
    nek pengen melu piye mas,,?
    ono nomer kontakmu ora?
  • YUDHA WASTU
    avatar komentator ke-3
    YUDHA WASTU #Sabtu, 9 Feb 2013, 10:59 WIB
    Bagus rutenya mas..salam Gowes dari kami Baluran Cycling Club. .Kota Ujung timur Jawa
    Timur
    wuih jauhnya, salam tanjakan juga dari saya!
  • CANDRA
    avatar komentator ke-4
    CANDRA #Kamis, 31 Jan 2013, 22:15 WIB
    wehh.. ini pasti jauh lebih wow dari tanjakan candi ijo ya mas 0_0 duh..duh..
    ah nggak, ini masih lebih mending dibanding tanjakan Candi Ijo. Lebih sejuk jadi stamina masih lumayan terjaga.
  • DJOKO
    avatar komentator ke-5
    DJOKO #Senin, 14 Jan 2013, 12:09 WIB
    rute pulang lewat jalur mana (nama kampungnya mana aja yg dilewati) kang....? biar ora nyasar :D
    Rute pulang lewat Pathuk aja Kang, nggak bakal nyasar kok kan jalannya cuma satu, atau balik lagi lewat turunan Petir hehehe lebih cepat sampai Jogja.
  • BENAGUSTIAN
    avatar komentator ke-6
    BENAGUSTIAN #Jumat, 11 Jan 2013, 15:40 WIB
    wah ada dureeeeeeennn makin adem mataaaaa :))
    wah saya nggak tahan makan banyak duren >.<
  • ANNOSMILE
    avatar komentator ke-7
    ANNOSMILE #Selasa, 8 Jan 2013, 08:03 WIB
    rasarab endi kiih???
    rasarab wis dadi pengusaha alien saiki :D
  • TOTOK
    avatar komentator ke-8
    TOTOK #Senin, 7 Jan 2013, 15:33 WIB
    Rutemu selalu mengagumkan Mas ... apalagi pakai spd MTB dgn ban lebar 26x2.1 (sepertinya begitu). Two thumbs up. Izin copy link ke FB Heister Jogja, sekaligus menyebutkan nama. Siapa tahu menginspirasi teman2 Heister supaya PEKOK :P
    ban sepeda saya 26×1.75 Mas, hehehe. Monggo di-share, siapa tahu banyak yang berminat ke Ngoro-oro tanpa lewat Pathuk.