Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Di suatu pagi yang cerah, seorang pria terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya sudah tidak perkakas lagi. Eh, perkasa deng bukan perkakas.
Menyadari ada yang aneh dengan dirinya, Uncle Wind–begitu ia disapa–membangunkan kedua muridnya yang masih terlelap. Pada Sabtu (3/11/2012) yang lampau itu, Uncle Wind menugaskan keduanya untuk turut serta menemaninya berburu batu meteorit sebagai pusaka untuk mengembalikan keperkakasannya keperkasaannya yang hilang.
Sayangnya, bukan termasuk geng Power Ranger.
Waduh? Di mana mencari batu meteorit di bumi Mataram ini?
Tenang! Dari sisa ilmu penerawangan Uncle Wind (dia ini sakti mandraguna kalau masih perkakas perkasa), ia memperoleh “bisikan” bahwa ada benda langit yang jatuh sembari diiringi oleh puluhan kilat di pelosok Kabupaten Bantul. Tepatnya, di Dusun Srunggo, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri.
Tanpa menunggu lama, berangkatlah Uncle Wind bersama kedua muridnya...bersepeda menuju lokasi yang dimaksud.
Bersepeda Menuju Goa Cerme
Perjalanan dimulai dengan menyusuri Jl. Imogiri Barat hingga km 13 untuk kemudian mengarah ke Desa Siluk. Setelah menyeberangi jembatan yang membentang di atas Kali Opak, Uncle Wind mengajak kedua muridnya untuk bersantap terlebih dahulu. Katanya, sebagai bekal menghadapi kejutan yang menanti di depan.
Yang satu sibuk mainan Android, yang satunya lagi sibuk mikir batu meteorit.
Kejutan apa itu?
Ini!
Pasti sudah banyak yang bisa menebak kejutan ini.
Mungkin memang tidak ada jalur untuk sepeda karena medan jalannya memang banyak "kejutan".
Rahasia Bersepeda Menaklukkan Tanjakan
Dengan termegap-megap, kedua murid Uncle Wind berusaha mengikuti jejak gurunya itu menaklukkan tanjakan demi tanjakan yang menghadang jalan. Uncle Wind sendiri mengayuh sepedanya tanpa beban. Sepertinya, lenyapnya keperkasaanya hanyalah bualan belaka.
Ternyata Uncle Wind punya rahasia untuk menaklukkan tanjakan, dan ia dengan senang hati berbagi rahasia itu kepada para pembaca sekalian serta kedua muridnya yang tampak kelelahan. Rahasianya adalah MINUM AIR GARAM. (he!?)
Aneh-aneh wae...
Dua murid yang terkapar kehabisan stamina.
Sampai di Goa Cerme!
Singkat tanjakan, sampailah Uncle Wind dan kedua muridnya di sebuah gua. Warga sekitar menyebutnya Goa Cerme. Terletak di ketinggian 300 meter di atas permukaan laut.
Parkir sepeda dulu ya!
Dari informasi warga sekitar, beberapa hari yang lalu ada sebuah benda langit yang jatuh ke dalam gua. Jatuhnya benda langit itu diiringi oleh puluhan kilat yang tampak membekas dengan tumbang dan terbakarnya beberapa pepohonan di sekitar gua.
Uncle Wind yakin, bahwa inilah lokasi yang dimaksud “bisikannya” itu.
Banyak kios yang menjual "kebutuhan kering" termasuk di antaranya pakaian dalam (yang dilingkari merah).
Segeralah Uncle Wind mentaati peraturan untuk menjelajah Goa Cerme, membayar biaya retribusi sebesar Rp2.500 per orang dan menyewa pemandu dengan tarif Rp30.000. Benar-benar pribadi yang taat kepada peraturan pemerintah daerah bukan?
Namun ternyata ada tambahan peraturan yang sempat membuat mangkel.
Weleh! Ada Dua Pungutan Retribusi di Goa Cerme!
Di mulut gua, sudah menanti dua warga dari desa sebelah yang turut meminta retribusi. Lho? Menurut mereka, Goa Cerme itu termasuk wilayah Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, tempat di mana desa mereka berada. Sedangkan pelataran parkir pengunjung itu masuk wilayah Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Terlebih lagi, pungutan retribusi yang dilakukan oleh warga desa sebelah itu mendapat “dukungan” dari pemerintah kabupaten Gunungkidul. Pungutannya sih “hanya” Rp3.000 per orang.
Jadi, pengunjung yang ingin menjelajah Goa Cerme akan dikenakan dua pungutan: satu dari Kabupaten Bantul, dan satunya lagi dari Kabupaten Gunungkidul.
Bentuk dukungan pungutan "resmi" dari pemerintah kabupaten Gunungkidul.
Banyaknya pungutan tentu bisa menimbulkan kesan negatif dari pengunjung. Bukankah lebih baik dua pungutan itu dijadikan satu, kemudian nanti hasilnya baru dibagi dua? Sayang, kecemburuan sosial yang tinggi antar warga dua desa di perbatasan kabupaten itu menyulitkan segalanya. Bisa jadi, masa depan wisata Goa Cerme akan suram.
Tidak ingin larut dalam ribetnya birokrasi retribusi, kami pun membayar “tambahan” retribusi tersebut. Siap untuk menjelajah Goa Cerme!
Para penunggu pos retribusi "resmi" yang merupakan warga sekitar.
Gelap...Dingin...dan Basah...
Di dalam Goa Cerme suasananya seperti ini.
Gelap!
Eh salah! Tadi itu lampu flash kamera belum nyala. Ini yang sudah nyala.
Basah! Sebenernya sih nggak perlu sampai buka baju segala.
Sekilas sudah paham medannya kan? Berikut ini persiapannya.
- Lebih nyaman pakai sendal gunung.
- Bawa senter dengan lampu LED.
- Bawa busana ganti (atasan, bawahan, daleman).
- Tas dititipkan saja. Tidak perlu dibawa kalau tidak ada yang penting.
- Siapkan (banyak) plastik untuk membungkus benda elektronik.
Info Penting:
Oh iya, hati-hati melangkah kalau tidak mau terpeleset seperti mbak pengunjung ini.
Uncle Wind dengan bersemangat menembus gelapnya Goa Cerme, mengimbangi langkah pak pemandu yang menuntun tanpa banyak cakap. Sementara itu kedua murid Uncle Wind tertatih-tatih mengikuti dari belakang. Muridnya yang pertama meraba dasar sungai menggunakan tripod. Sedangkan muridnya yang kedua memotret suasana di dalam gua dengan kamera yang daya baterainya kian menipis.
Dia lebih tertarik dengan batu-batu yang menyerupai lingga.
Mungkinkah batu meteoritnya tersembunyi di dalam benda seperti ini?
Seandainya makhluk penghuni gua ini bisa ngomong, mungkin dia bisa memberi petunjuk.
Mencari batu meteorit hingga ke setiap sudut goa.
Sayangnya, setelah menelusuri Goa Cerme sepanjang 1,2 km (kayaknya lebih deh), Uncle Wind tidak menemukan batu meteorit yang dimaksud. (Grrrr! Ya iyalah! )
Jadi, apakah Uncle Wind akan kehilangan keperkasaannya untuk selamanya? Nantikan petualangan bersama Uncle Wind berikutnya, hanya di blog Maw Mblusuk?!
Mengarungi sungai dengan medan yang aneh bin ajaib.
Jangan salah, sungai yang tingginya sedada juga ada!
Salah-salah bisa nyasar dan ketemu jalan buntu.
Selagi sempat, foto-foto dulu di air terjun Grojogan Sewu.
Cerita Uncle Wind ini perpaduan antara kenyataan dan fiksi. Terinspirasi dari serial film komedi-horor asal Hongkong berjudul Mr. Vampire, yang menampilkan aktor Lam Ching-ying sebagai Uncle Nine, pendeta yang ahli dengan urusan klenik.
NIMBRUNG DI SINI
Goa nya sudah nyerah.. jalannya surem.. hehehe..