Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
- Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
- Patuhi peraturan yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang mesti aku jalani selama kurang lebih 2 bulan kadang bikin bosan! Doh! Karena itu pas KKN aku bawa saja itu kamera DSLR-ku. Lumayan lah untuk refreshing melampiaskan hobi fotografi.
Apalagi aku lumayan beruntung karena lokasi KKN-ku itu ibarat ladang candi. Tinggal pilih saja, candi mana yang jadi objek foto untuk hari ini. Sebagai contoh, di hari Rabu siang (16/7/2008) itu, aku "kabur" barang sejenak ke Candi Barong. Berhubung aku sedang KKN, ya kali ini aku melakukan perjalanan ke candi seorang diri tanpa ditemani Andreas.
SILAKAN DIBACA
Bersepeda Offroad ke Candi Barong
Berikut adalah panduan rute termudah menuju Candi Barong. Bila Pembaca berada di Yogyakarta, Pembaca harus melalui Jl. Raya Yogyakarta – Solo sampai tiba di Prambanan. Tepat di arah kanan (selatan) gapura perbatasan provinsi DI Yogyakarta – Jawa Tengah ada pertigaan jalan aspal yang melintasi rel kereta.
Ikuti jalan aspal tersebut. Nanti bakal melewati SMPN 2 Pereng dan yang pasti adalah jalannya nanjak! Di sekitar puncak tanjakan bakal ada papan petunjuk arah ke Candi Barong. Jika Pembaca takut tersasar, ya silakan tanya ke warga sekitar.
Secara administratif Candi Barong berada di Dusun Candisari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.
Berwisata ke Candi Barong naik sepeda onthel tua?
Bila Pembaca naik kendaraan roda empat, medan jalan menuju Candi Barong sih nggak begitu berkesan. Tapi kalau Pembaca berjiwa petualang, cobalah untuk menggunakan kendaraaan beroda dua. Sepeda motor sih sudah biasa. Saranku, coba naik sepeda seperti yang aku lakukan di hari itu (lha wong nggak bisa naik motor ). Kalau perlu sepeda onthel tua seperti tungganganku hari itu.
Medan jalan menuju Candi Barong berupa jalan berbatu-batu yang jelas bikin perjalanan nggak nyaman. Semoga saja jalan ini segera diaspal.
Jalan rusak begini dilewati pakai sepeda tua.
Asal-Usul Candi Barong
Candi Barong sebenarnya bukan candi yang baru buatku karena sebelum KKN ini aku sudah berkali-kali singgah ke sini. Kunjunganku yang pertama ke Candi Barong adalah saat observasi lokasi outbond-nya upgrading HIMATIKA di bulan Februari 2007 silam.
Kunjunganku kali ini nggak jauh berbeda dengan kunjungan di tahun lalu itu. Sepi, nggak ada pengunjung lain. Petugas penjaga candi juga nggak kelihatan. Hanya ada kambing-kambing yang sedang merumput di halaman candi.
Selain itu, minimnya informasi Candi Barong di lokasi menyulitkanku untuk mengulas candi tersebut. Yah, apa boleh buat. Aku terpaksa merujuk ke situs milik Kang Zamroni yang sudah lebih dulu dikenal dalam urusan jelajah-menjelajah candi.
Referensi Candi Barong:
http://jengjeng.matriphe.com/2007/11/12/candi-barong-memuja-dewi-kesuburan/
Candi Barong berwujud bangunan besar dan luas yang terdiri dari 3 tingkatan atau teras. Jalan masuk menuju Candi Barong terletak di sisi barat. Padahal saat ini di sisi barat berbatasan dengan jurang dibandingkan dengan sisi timur dan utara.
Hmmm, apa mungkin orang zaman dulu mendaki dari sisi barat untuk bisa sampai ke Candi Barong ya?
Penampakan Candi Banyunibo dilihat dari Candi Barong.
Tingkat pertama Candi Barong adalah halaman rumput luas yang menjadi ladang gembala kambing. Bila diperhatikan di sisi-sisi halaman rumput ini terdapat pagar pembatas candi yang sebagian besar masih tertimbun tanah.
Pagar Candi Barong yang masih terpendam.
Tingkat kedua Candi Barong berwujud pelataran luas. Di pelataran ini terlihat jelas bekas pondasi bangunan. Besar kemungkinan dahulu kala di lokasi ini berdiri beragam bangunan yang terbuat dari kayu. Dilihat dari luasnya pelataran, ada kemungkinan dahulu kala Candi Barong dibuat untuk menampung banyak umat.
Hmmm, bisa jadi Candi Barong dahulunya termasuk candi kerajaan. Karena umumnya, candi-candi yang dipergunakan sebagai tempat ibadah rakyat biasa berukuran kecil.
Pelataran luas yang sepertinya di zaman dahulu berdiri banyak bangunan.
Di tingkat ketiga Candi Barong berdiri dua bangunan yang posisinya tidak simetris dengan gerbang masuk. Kedua bangunan ini tidak memiliki bilik dan juga tidak ditemukan yoni maupun lingga di sekitar lokasi. Dari informasi yang aku dapatkan, relung-relung arca di dinding kedua bangunan ini dahulunya berisi arca Dewa Wisnu dan istrinya Dewi Sri.
Jadi, Candi Barong ini dibangun khusus untuk menyembah Dewa Wisnu, tidak seperti umumnya candi Hindu lain yang fungsinya untuk menyembah Dewa Siwa. Karena Dewi Sri dikenal juga sebagai dewi kesuburan, para ahli turut berpendapat bahwa Candi Barong ini dibangun untuk menyuburkan daerah di sekitar candi.
Bangunan kembar yang ada di tingkat teratas Candi Barong.
Relief Gana yang merupakan perwujudan lain dari Dewa Siwa.
Arca kepala singa lengkap dengan rahang bawah.
Sayang sekali, minimnya informasi, publikasi, serta akses yang buruk ke Candi Barong membuat candi ini sepi pengunjung. Padahal, bila dibandingkan dengan Candi Sojiwan yang tergolong dekat dari jalan raya, Candi Barong sepertinya sudah siap untuk dikonsumsi publik. Ah, andaikan pemerintah setempat jeli melihat kesempatan ini....
Pembaca sudah kenal dengan Candi Barong belum ya?
NIMBRUNG DI SINI
ta pikir ki downhill, opo MTB..
ternyata malah pit jengki,,nambahi salut aku mas..
jan tenan pejuang sampeyan..
ini lokasinya lebih tinggi dari candi ijo enggak bro? hihihi