Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Selasa, 8 Februari 2011, 09:32 WIB

Bulan Shafar atau Sapar, adalah bulan kedua dalam penanggalan Hijriyah. Bagi masyarakat Jawa, bulan ini identik dengan berbagai perhelatan tradisi yang dikenal dengan nama Saparan. Banyak daerah yang menggelar tradisi Saparan ini. Salah satunya Gunungan Apem di Desa Wonolelo yang kuliput beberapa waktu yang lalu.

 

Tradisi di Hari Rabu Terakhir di Bulan Sapar

Hari Rabu terakhir di bulan Sapar dikenal juga sebagai Rabu pungkasan (atau wekasan). Salah satu tradisi saparan yang dilangsungkan pada Rabu pungkasan adalah tradisi Kembul Sewu Sedulur yang bertempat di Bendung Kayangan, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta.

 

Oh iya, karena bulan Sapar di tahun 1432 H ini berada dari tanggal 5 Januari hingga 3 Februari 2011, maka hari Rabu terakhir jatuh pada tanggal 2 Februari 2011.

 

foto bukit kayangan yang menjadi ikon bendung kayangan di Girimulyo, Kulon Progo
Bentang alam yang khas di Bendung Kayangan.

 

Tradisi Saparan di Bendung Kayangan

Aku bersama Angga, meluncur ke Bendung Kayangan di hari Rabu siang (2/2/2011). Bendung Kayangan sendiri bukan tempat yang asing buatku. Aku bersama teman-teman SPSS pernah berkunjung ke sini di bulan Oktober 2010 silam.

 

Jarak Bendung Kayangan dari Kota Jogja sekitar 25 km. Rute ke Bendung Kayangan tetap sama. Dari Kota Jogja ikuti Jl. Godean sampai berpindah wilayah ke kabupaten Kulon Progo. Tepatnya di perempatan Kenteng yang bertempat di Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo.

 

Dari perempatan Kenteng tetap ambil jalan lurus menuju barat yang mengarah ke Gua Kiskendo. Nanti bakal bertemu dengan SD di sisi kiri jalan raya, tepat sebelum jalan turunan. Ambil cabang jalan ke kanan di dekat SD ini. Sekitar 50 meter dekat masjid, nanti ada papan petunjuk arah ke Bendung Kayangan.

 

Sekadar info, jalan kampung menuju Bendung Kayangan kondisinya rusak dan berlumpur parah. Medan ini mengingatkanku akan medan di Gunung Suru. Kami sampai dengan selamat di Bendung Kayangan sekitar jam 11 siang.

 

Warga Girimulyo menyebrangi sungai kayangan membawa makanan nasi berkat untuk disantap bersama pada upacara adat Kembul Sewu Sedulur
Menyeberang sungai membawa kenduri Kembul Sewu Sedulur.

 

Tradisi Makan Bersama Layaknya Saudara

Pukul 12 siang acara dimulai. Diawali dengan kata-kata sambutan yang lamanya bukan main. Setelah itu berlanjut ke pembacaan doa dan baru diikuti oleh tradisi Kembul Sewu Sedulur. Seperti apa tradisi Kembul Sewu Sedulur tersebut?

 

Kembul Sewu Sedulur berasal dari bahasa Jawa yang berarti Santap Bersama Seribu Saudara. Tradisi ini tidak jauh berbeda dengan tradisi kenduri, yaitu makan bareng untuk memperingati suatu peristiwa, meminta berkah, dan lain sebagainya. Tradisi kenduri ini merupakan bagian dari budaya Jawa yang umumnya masih dipraktekkan di desa-desa.

 

Pada tradisi Kembul Sewu Sedulur ini, setiap keluarga memasak jamuan yang nantinya akan disantap bersama-sama. Menunya seragam namun sederhana, yaitu nasi liwet, sayur gudangan, dan tempe-tahu goreng. Beberapa warga ada yang menambah variasi menu dengan sajian bothok lele dan panggang mas (telur ceplok tanpa garam). Dua menu ini merupakan santapan favorit Mbah Bei Kayangan semasa hidupnya.

 

Oh iya, peserta makan bareng ini tidak hanya untuk warga desa saja lho! Melainkan juga terbuka untuk para pengunjung yang bukan warga desa seperti kami ini. Lumayan lah, dapat makan siang gratis, hehehe.

 

ragam menu nasi berkat yaitu kerupuk, tempe, tahu, ayam, sambal hati yang disajikan pada tradisi makan bersama oleh warga yang tinggal di sekitar Bendung Kayangan, Girimulyo, Kulon Progo
Menu sederhana yang sarat makna dan menggugah selera. Nyam!

 

Tradisi Mengenang Mbah Bei Kayangan

Seperti yang aku singgung di paragraf atas, tradisi Kembul Sewu Sedulur ini erat kaitannya dengan sosok yang bernama Mbah Bei Kayangan. Konon, Mbah Bei Kayangan ini adalah salah satu pengikut Prabu Brawijaya yang melarikan diri dari kerajaan Majapahit. Beliau kemudian sampai di daerah yang kini bernama Bendung Kayangan dan kemudian membuka pemukiman di sana.

 

Nama Bendung Kayangan sendiri muncul karena disana terdapat bendungan yang dibangun oleh Mbah Bei Kayangan. Bendungan ini menampung air pertemuan sungai Ngiwa dan sungai Gunturan. Di area Bendung Kayangan ini juga terdapat sebuah bukit tinggi besar bernama Gunung Kayangan yang konon adalah tempat favoritbta Mbah Bei Kayangan untuk bersemadi.

 

Selain tradisi Kembul Sewu Sedulur, pada Rabu pungkasan ini juga dilangsungkan tradisi Ngguyang Jaran yang secara harfiah artinya adalah memandikan kuda. Tapi jangan salah! Bukan kuda sungguhan yang dimandikan, melainkan kuda-kuda lumping para penari jathilan. Ritual ini menggambarkan aktivitas Mbah Bei Kayangan yang semasa hidupnya berprofesi sebagai pawang kuda Prabu Brawijaya. Oh iya, yang turut dimandikan juga termasuk kuda jathilan "keramat" yang usianya sudah ratusan tahun lho.

 

tradisi mistis warga bendung kayangan memandikan kuda jathilan peninggalan mbah bei kayangan yang usianya sudah ratusan tahun
Memperagakan Mbah Bei Kayangan yang sedang memandikan kuda.
Itu kuda jathilan umurnya sudah beratus-ratus tahun lho.

 

Berbeda dengan tradisi Saparan lain yang pernah aku ikuti, tradisi Saparan Rabu pungkasan di Bendung Kayangan ini terasa lebih sederhana dan bermakna. Apa mungkin karena nggak banyak pengunjung yang kemari ya? Wajar sih, soalnya beberapa daerah juga ada yang menggelar tradisi saparan Rabu pungkasan. Lokasi Bendung Kayangan ini juga cukup terpencil dan tidak banyak warga Jogja yang tahu. Ditambah lagi, waktu pelaksanaan tradisi saparan ini di hari kerja dan jam kerja, sehingga pengunjungnya terbatas.

 

Eh, di tempat tinggal Pembaca juga ada tradisi saparan dan makan bersama (kenduri) nggak ya?


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • PARNI DWI ASTUTI
    avatar komentator ke-0
    PARNI DWI ASTUTI #Jumat, 9 Sep 2022, 13:31 WIB
    Saya rumahnya dekat dengan
    khayangan ..masih kental adat jawanya
  • INAYAH
    avatar komentator ke-1
    INAYAH #Jumat, 11 Des 2015, 12:38 WIB
    Di tempatku Rabu Pungkasan itu tradisinya salat tolak bala terus ngambeng bubur merah putih.
    Wah, tradisi Rabu Pungkasan itu beda-beda di setiap tempat ya? :D
  • SIWI
    avatar komentator ke-2
    SIWI #Rabu, 28 Okt 2015, 11:54 WIB
    makasih ya...info dan artikelnya...juga foto indahnya...
    boleh copast foto bapak yang pake topeng itu ya.... untuk melengkapi artikel saya tentang wayang topeng....
    Wokey, silakan mbak Siwi
  • SANDALIAN
    avatar komentator ke-3
    SANDALIAN #Jumat, 17 Jun 2011, 17:01 WIB
    Waaaaaa.. Apik tenan iki!
    bulan Sapar ini ada lagi lhooo...
  • HENDRI
    avatar komentator ke-4
    HENDRI #Rabu, 18 Mei 2011, 22:11 WIB
    Salam untuk alumni sma sanjaya and adikku sunanti.
    waow ada penduduk Kayangan yang kemari juga rupanya. Salam juga dari saya. :D
  • HENDRI
    avatar komentator ke-5
    HENDRI #Rabu, 18 Mei 2011, 21:35 WIB
    terus terang ku punya kenangan terindah yg tak terlupakan. cinta tak seharusnya memiliki
    Woooh! Belum bisa move on???
  • PANDAYA
    avatar komentator ke-6
    PANDAYA #Kamis, 10 Mar 2011, 00:43 WIB
    Trimakasih atas peransertanya memajukan pendoworejo desa wisataku tercinta...sip
    semoga Bendung Kayangan tetap terpelihara ya Mas :)
  • SIBAIR
    avatar komentator ke-7
    SIBAIR #Rabu, 2 Mar 2011, 11:12 WIB
    klo kesini mesti betah... selain blognya bagus gambar-gambar disini juga keren... beritanya jga yahud...
    matur nuwun
  • ICHWAN
    avatar komentator ke-8
    ICHWAN #Selasa, 1 Mar 2011, 13:13 WIB
    patut dilestrikan juga tuh.. supaya menjadi daya tarik pariwisata..
    Tenang Kang, selama sungai dan bendungannya masih dipandang wingit (keramat) oleh warga setempat, bakal terjaga kelestariannya kok :D
  • TUTI NONKA
    avatar komentator ke-9
    TUTI NONKA #Minggu, 20 Feb 2011, 14:36 WIB
    Aku pernah juga menyaksikan acara Rebo Pungkasan di Bendung Kayangan ini, tahun 2007 lalu. Memang tempatnya indah, tapi jalan menuju ke sana lumayan berat, khususnya untuk mobil.
    Fotonya bagus-bagus Na :)
    Iya Bunda, makanya jarang ada yang kesana, tapi baguslah dengan demikian keasrian alamnya masih terjaga :)
  • PEIN
    avatar komentator ke-10
    PEIN #Sabtu, 12 Feb 2011, 18:29 WIB
    Keren, sayang ga da angkot :D
    Itu bendungannya kurang jelas, lebih mirip sungai ya kang ??
    iya, yang menonjol sungai dan bukit Kayangan itu, bendungannya sih kecil :)
  • ANG
    avatar komentator ke-11
    ANG #Selasa, 8 Feb 2011, 10:19 WIB
    ane sih lebih memilih sate kambing, toh sama2 gratis ini :D
    wekz...