Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Minggu, 20 Juni 2010, 11:04 WIB

Sebulan sekali, beberapa sahabat SPSS berinisiatif menggelar acara bersepeda pagi di hari kerja. Tentu, pesertanya ">jauh lebih sedikit dibanding saat di hari Sabtu. Biasanya juga, rute yang dipilih cukup nggilani, banyak tanjakan yang bener-bener jahanam. Karena itu acara SPSS ini kerap disebut sebagai PEKOK (Pit-pitan Ekstrim Koyok Ora Kalap).

 

Hari Rabu (16/6/2010), sebanyak 8 orang sahabat SPSS; Aku, Vendy, Angga, Yacob, Agung, Pakdhe Timin, Arisma, dan Indomie Goreng berencana bersepeda ke Pantai Congot. Sesuai penerawanganku, Pantai Congot itu jaraknya cuma 40-an km dari Jogja. Kontur medannya pun landai, tak ada tanjakan jahanam seperti di Mangunan atau Ngerenehan.

 

Foto pesepeda cowok yogyakarta bersepeda ke pantai Congot, kulon progo di tahun 2009
Cowok-cowok gagah perkakas nan selo. Kiri ke kanan: Pakdhe Timin, Agung, Arisma, Vendy, dan Angga.

 

Foto pesepeda cewek yogyakarta bersepeda ke pantai Congot, kulon progo di tahun 2009
Kalau yang ini sih... cewek separo cowok yang mangkir dari tugasnya sebagai abdi negara.

 

Jadi, betulkah ini PEKOK? Awalnya aku pikir sih nggak. Oleh karenanya, aku pakai sepeda lipat dan Indomie Goreng pakai Sierra, keduanya jelas bukan sepeda tempur andalan kami.

 

Foto berbagai jenis sepeda yang dikayuh menuju pantai Congot, kulon progo di tahun 2009
Berbagai jenis sepeda sampai dengan selamat di Pantai Congot. Ada city bike, MTB, bahkan sepeda lipat.

 

Etape 1. Kota Jogja – Kota Wates (40-an km)

Demi menghindari jalan raya yang padat kendaraan, kami mulai dengan menyusuri Jl. Godean dan melewati Jl. Klangonan – Tempel yang tembusnya dekat dengan jembatan Kali Progo. Dari sana kami tinggal menyusuri Jl. Wates hingga sampai ke kota Wates. Kontur jalan yang mayoritas landai dan banyak turunan, membuat kami mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi.

 

Foto tugu pensil kota Wates, Kulon Progo di tahun 2009
Foto bareng dulu di Tugu Pensil sesaat sebelum memasuki Kota Wates.

 

Etape 2. Kota Wates – Gerbang Pantai Glagah/Congot (10 km)

Lagi-lagi ini hanya rute landai yang sama sekali tak menguras tenaga. Pada Etape ini Vendy mengalami kecelakaan saat hendak melompat dengan sepeda untuk naik ke atas trotoar. Yah, saya berduka atas musibah yang menimpanya (dan “anunya” itu). Semoga ia makin mawas diri saat hendak pethakilan.

 

Etape 3. Jl. Raya Daendels menuju Pantai Congot (9 km)

Tantangan yang sesungguhnya dimulai! Lazimnya, kontur jalan menuju pantai itu menurun, sehingga sepeda bisa dikayuh ringan dan cepat. Tapi, karena angin laut yang cukup besar menerpa kami, kayuhan sepeda terasa sangaaat berat.

 

Yang tambah aneh lagi, Agung dan Yacob yang notabene Sahabat SPSS angkatan muda adalah yang terdepan, meninggalkan para angkatan lama (khususnya Angga) jauh dibelakang. Hebat!

 

Foto komunitas pesepeda yogyakarta berfoto bersama di Pantai Congot, Kulon Progo pada tahun 2009
Para pesepeda tangguh, senggang, dan narsis itu akhirnya sampai juga di Pantai Congot.

 

Pukul 12.00, sampailah kami di Pantai Congot dan segera mengatur sepeda dan diri sendiri untuk berpose di depan kamera. Hahaha, dasar pesepeda narsis!

 

Saat hendak pulang, Vendy mengajak kami untuk singgah di rumah mbahnya. Kata Vendy, di sana sudah menanti gulai kambing dan jarak rumah mbahnya itu dekat dari Pantai Congot. Hmmm... tawaran yang menarik. Jadi, tunggu apalagi?

 

Etape 4. Jl. Raya Daendels menuju Grabag (17 km)

Pas sedang asyik-asyiknya melibas Jl. Raya Daendels yang sepi, aku baru ingat kalau Vendy pernah cerita perihal rumah mbahnya itu letaknya di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Celaka! Omongannya yang katanya dekat itu ternyata... JAUH!

 

Pesepeda Yogyakarta berfoto di jembatan batas wilayah Kulon Progo dan Purworejo tahun 2009
Foto bareng dulu di jembatan pemisah batas wilayah Kulon Progo (DI Yogyakarta) dan Purworejo (Jawa Tengah).

 

Pesepeda Yogyakarta istirahat di warung di sekitar Jl. Raya Daendels pantai selatan Jawa pada tahun 2009
Istirahat sambil mengisi perbekalan di suatu warung di suatu tempat di pinggir Jl. Raya Daendels.

 

Meskipun jarak 17 km itu serupa dengan jarak Jogja – Pakem, tapi medan bersepeda yang ini lebih menguras tenaga. Bukan karena kontur jalannya yang menanjak. Melainkan karena kami harus (sekali lagi) bersepeda melawan angin! Ditambah lagi, Jl. Raya Daendels itu adalah jalan raya yang besaaaaar, lebaaaar, sepiiiii, dan tanpa ujuung! Ini jelas bikin pikiran kami dipenuhi tanda tanya besar, “kapan sampainya sih?”.

 

Foto kondisi rusaknya Jalan raya Daendels di Purworejo pada tahun 2009
Jalan Daendels yang puanjaaang dan tanpa ujung itu beberapa ruasnya rusak parah! Hadeh....

 

Pukul 14.45, akhirnya kami tiba di rumah mbahnya Vendy di Kecamatan Grabag. Kami disambut oleh kedua orangtua Vendy dan adiknya. Ah ya, tentu sudah tersedia gulai kambing di sana.

 

Pesta Gulai Kambing di Purworejo oleh Dani Indomielezat, Rahmat Agus Sudrajat, dan Agung Mukti di tahun 2009

Pesta Gulai Kambing di Purworejo oleh Vendy Andryanto dan Yacob Ivan Suryana Wijaya di tahun 2009

Pesta Gulai Kambing di Purworejo oleh Angga Sukma Wicaksono di tahun 2009
Pesta gulai kambing di Purworejo! Nyam!

 

Saat kami melepas lelah sambil ngobrol-ngobrol, Ibu Vendy cerita kalau jarak dari Kota Jogja sampai ke rumah di Purworejo ini sekitar 85 km. HAAAH!!! Menimbang-nimbang bagaimana kerasnya usaha kami untuk balik ke Jogja, maka di sana kami hanya beristirahat 1,5 jam dan melanjutkan perjalanan... pulang ke Jogja.

 

Foto bareng di depan rumah eyang vendy di Purworejo pada tahun 2009
Foto bareng dulu sebelum berangkat kembali ke Jogja.

 

Etape 5. Perjalanan Pulang (85 km)

Untuk perjalanan pulang, kami nggak mengambil rute yang sama seperti perjalan pergi. Kami mengambil rute jalan kampung yang tembusnya di Jl. Raya Wates – Purworejo, sekitar 5 km dari kota Purworejo.

 

Kami sampai di Kota Wates sekitar pukul 19.30 malam. Di Kota Wates itu kami makan malam dan bertemu dengan Paklik Turtlix yang sengaja diimpor oleh Indomie Goreng untuk mengawal kami kembali ke Jogja.

 

Foto night ride sepeda dari Kota Jogja menuju Kota Wates dan berhenti di Terminal Wates pada tahun 2009
Akhirnya kejadian juga bersepeda di malam hari dari Kota Wates menuju Kota Jogja.

 

Tunggu dulu! Perjalanan belum selesai! Kami harus melibas 35 km menuju kota Jogja. Medan jalan kurang bersahabat sebab suasananya malam yang gelap-pekat ditambah kontur jalan yang naik-turun. Ini benar-benar bersepeda malam tergila yang pernah kami lakukan!

 

Tapi jangan salah, begitu kami sampai di Kota Jogja, Paklik menyebutkan bahwa 35 km itu kami tempuh hanya dalam waktu 38 menit! Wow!

 

Bahkan Paklik sendiri geleng-geleng kepala menyaksikan kelakuan kami. Apa yang kami perbuat di hari Rabu ini benar-benar melatih keras dengkul-dengkul kami. Inti dari perjalanan kami ini hanya melibas trek yang teramat panjang dengan peralatan yang serba minim, itu saja.

 

Foto Warung susu murah-meriah enak yang ada di pinggir jalan Wates, Yogyakarta pada tahun 2009
Petualangan panjang dan PEKOK kali ini diakhiri dengan nyusu di pinggir Jl. Wates.

 

 

Jadi, kalau Pembaca mau bersepeda sampai Pantai Glagah atau Pantai Congot, ya... silakan saja. Tapi kalau menambah jarak bersepeda hingga ke Kutoarjo... hehehe... tidak aku sarankan!


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • EXAUDIO SIREGAR
    avatar komentator ke-0
    EXAUDIO SIREGAR #Rabu, 8 Jun 2016, 13:27 WIB
    Wualah... Udah macam Bandar Lampung - Teluk Kiluan ini, jauuuh... Tapi sebenernya, walaupun jauh tapi kalau jalannya rame-rame pasti seru ya Mas!

    Itu yang cewek separoh cowok itu sesuatu bener ya bisa imbangi kalian yang cowok seutuhnya, huahaha..
    Langitnya membiruuuu.. Mantab!
    Hahaha, iya kalau pergi bareng-bareng memang selalu seru. :D

    Dia sudah terlatih lama nyepeda sama kami para cowok-cowok jadinya kuat, hehehe. :p
  • NBSUSANTO
    avatar komentator ke-1
    NBSUSANTO #Jumat, 19 Feb 2016, 16:49 WIB
    Edyan tenan sampeyan Mas..
    Motoran 170 km bagi yang nggak biasa udah pada ngeluh capek..
    Lha sampeyan nyepeda.. jempol tenan.. :D
    Dulu pas masih muda kan ambisius, nggak mikir capek, hahaha. :D
  • ATO
    avatar komentator ke-2
    ATO #Kamis, 22 Okt 2015, 08:48 WIB
    Kutoarjo... kampung halaman istriku.. memang memiliki banyak pantai yang indah-indah.. Coba ke Pantai Peburuhannya Pakdhe...
    Besok kapan-kapan kalau ke Kutoarjo lagi tak coba ke Pantai Peburuhan! :D
  • RITA
    avatar komentator ke-3
    RITA #Selasa, 23 Ags 2011, 09:26 WIB
    hebat,
    menarik banget
    apa mbak Rita mau mencoba juga? :D
  • FAJAR
    avatar komentator ke-4
    FAJAR #Kamis, 12 Ags 2010, 15:17 WIB
    ayo....
    kearen aku abis dr tawangmangu!!!!!!!
    hahaha, mantep to Air Terjunnya?
  • DONASITA
    avatar komentator ke-5
    DONASITA #Senin, 19 Jul 2010, 14:17 WIB
    salut,.. kami yang menyusuri selokan mataram dari ujung ke ujung saja sudah lempoh gak karuan. saluut...
    dulu juga ndak kuat mba, tapi kalau dibiasakan pastilah jadi kuat :D
  • CUK RIOMANDHA
    avatar komentator ke-6
    CUK RIOMANDHA #Kamis, 15 Jul 2010, 10:17 WIB
    cuma membaca artikelnya saja ... dengkulku rasanya sudah linu2 ... ha ha
    ha kalian memang luar biasa!
    menikmati kejayaan masa muda Kang :D
  • ANDRAS
    avatar komentator ke-7
    ANDRAS #Kamis, 1 Jul 2010, 13:44 WIB
    biasa saja jarak 85 km, apa hebatnya, Kami juga bisa kang
    sampeyan juga bisa? wow! lha ayuk nyepeda bareng klo gitu :D
  • OMIYAN
    avatar komentator ke-8
    OMIYAN #Selasa, 29 Jun 2010, 07:58 WIB
    GILA JUGA KALIAN NYEPEDA HAHAHAHHAHA TAPI ASYIKKKK
    emang kami ini pesepeda PEKOK kok... (Pit-pitan Ekstrim Koyok Ora Kalap)
  • HARYANTO
    avatar komentator ke-9
    HARYANTO #Rabu, 23 Jun 2010, 16:28 WIB
    sebagai anggota jadul SPSS yg dah lama gak turun gunung sebenarnya gatel juga liat postingan2 begini......
    well, tp waktu ku tak seluas waktu mu nak xixixixixixi.....
    saya masih muda dan lajang Kang...
  • CERITAEKA
    avatar komentator ke-10
    CERITAEKA #Rabu, 23 Jun 2010, 14:31 WIB
    Wij.. kalo liat acara jalan2mu begini..
    nanti kalo kamu punya pacar harus yg hobi sepedaan juga yah?
    kalo enggak.. waaah kamu modyar mboncengin hehehe :P
    Ya ndak juga, tahun kemarin nyari candi, sekarang nyepeda, tahun besok apalagi? berarti tiap tahun mesti gonta-ganti pacar dunk, hehehe.
  • INDOMIELEZAT
    avatar komentator ke-11
    INDOMIELEZAT #Senin, 21 Jun 2010, 10:13 WIB
    saya mau menginjakkan pedal ke singapore atau ke irlandia yuuk
    sampeyan aja ke airport belum pernah...
  • ZEE
    avatar komentator ke-12
    ZEE #Senin, 21 Jun 2010, 07:11 WIB
    Sekali lagi saya terpukau kalau sudah baca perjalanan2 bersepedanya. 85 KM? Buseeettttt....!! Luar biasa stamina anak2 muda ini hihihii.... Langsung berasa makin tua aku hahaha..
    mumpung masih muda jadi bisalah dipolkan :D
  • PEIN
    avatar komentator ke-13
    PEIN #Minggu, 20 Jun 2010, 17:30 WIB
    Hm,
    Hebat,
    Tumben ga masuk angin........

    Jauhnya,,,,
    Boleh dicoba tuh nyepeda ke Candi Cetho trus ke Tawangmangu dan dilanjutkan hingga ke Sarangan Lage, Magetan :D
    klo ndak pakai nanjak ya ndak masuk angin. :p
    yg ke Candi Cetho biarlah teman-teman saya saja :D
  • PAKDHE TIMIN
    avatar komentator ke-14
    PAKDHE TIMIN #Minggu, 20 Jun 2010, 15:41 WIB
    sangat berkesan bagiku..menambah friendship..semangat..next trip Candi Cetho?
    Candi Cetho kula ndrekaken mawon Pakde... :)
  • JEJAK ANAN
    avatar komentator ke-15
    JEJAK ANAN #Minggu, 20 Jun 2010, 14:12 WIB
    hust say: gue salut bro, konsitensi dan semangatnya dalam bersepeda....
    hahaha, nuwun Kang