Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Jumat, 13 Maret 2009, 07:23 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Kabupaten Sleman bagian utara merupakan wilayah yang tergolong susah aku jangkau. Selain karena letaknya ada di lereng gunung Merapi, jarak wilayah ini dari pusat Kota Jogja lumayan jauh. Angkutan umum sih ada. Tapi, untuk perkara blusukan mencari candi-candi kecil bakal jadi perkara sulit. Padahal, di wilayah ini terdapat situs Candi Morangan yang letak persisnya ada di Dusun Morangan, Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

 

Nah kebetulan, di hari Sabtu (7/3/2009) aku akhirnya berkesempatan menjelajah ke Candi Morangan dengan ditemani Eka. Tentu saja aku membonceng sepeda motor yang dikemudikannya.

 

Kunjungan Kedua Kali...

Selain bersama Eka, aku mengunjungi kembali situs Candi Morangan di bulan November 2009 bersama dengan Andreas, Agatha, dan Krista. Jadi, foto-foto yang ada di artikel ini merupakan perpaduan foto dari kedua kunjunganku tersebut.

 

Foto Eka Krisna Santoso di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Kunjungan di bulan Maret 2009, bareng Eka.

 

Foto Andreas, Agatha, dan Krista di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Kunjungan di bulan November 2009, bareng Andreas, Agatha, dan Krista

 

Foto kegiatan dokumentasi Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Mendokumentasikan benda-benda purbakala yang semoga masih bisa disaksikan secara langsung oleh generasi mendatang.

 

Rute Menuju Candi Morangan

Rute menuju Candi Morangan nggak terlalu sulit. Terutama karena letak Candi Morangan sendiri nggak begitu jauh dari jalan raya.

 

  1. Dari Kota Jogja, kami menyusuri Jl. Kaliurang hingga sampai di pertigaan lampu lalu lintas Pakem di km 17.
  2. Di pertigaan ini, kami masih menyusuri jalan raya lurus ke arah Cangkringan/Prambanan/Solo. Kalau belok kiri (utara) malah nantinya kan sampai di Kaliurang? Hehehe.
  3. Nama jalan pun berganti menjadi Jl. Cangkringan. Nah, di sekitar Jl. Cangkringan km 24 kami berjumpa dengan Balai Unit Kerja Budidaya Air Tawar.
  4. Tepat di dekat Balai Unit Kerja Budidaya Air Tawar itu ada pertigaan masuk ke wilayah perkampungan. Ikuti jalan kampung tersebut untuk menuju Dusun Morangan.
  5. Sekitar 300 meter dari jalan raya nanti bakal berjumpa dengan papan petunjuk ke Candi Morangan. Kalau masih bingung, silakan tanya warga setempat.
  6. Candi Morangan sebenarnya juga bisa diakses lewat Jl. Raya Yogyakarta – Solo. Tepatnya di pertigaan lampu merah Bogem, Kalasan, ambil belokan ke arah kiri menuju Jl. Cangkringan.

 

Foto papan petunjuk arah ke Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Ada banyak papan petunjuk arah seperti ini. Kebangetan lah kalau masih nyasar.

 

Candi Morangan yang Tergenang Air

Saat kami datang, kami cukup terkejut karena sejumlah bagian candi tampak terendam air. Awalnya, kami menduga bahwa genangan air tersebut sudah ada dari dulu. Maklum, tinggi permukaan air kira-kira ada sekitar 30 cm. Apalagi terlihat ada banyak berudu (anak kodok) yang berenang dengan leluasa di sana.

 

Foto Candi Morangan tergenang air hujan di desa Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Kondisi situs Candi Morangan di penghujung musim hujan.

 

Foto Candi Morangan saat musim kemarau kering di desa Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Kondisi situs Candi Morangan saat lama tidak diguyur hujan.

 

Tapi, menurut juru pelihara Candi Morangan yang bernama Pak Kasida, genangan air tersebut disebabkan karena hujan. Aneh juga, karena bulan Maret kan sudah tergolong bulan yang jarang hujan. Meskipun demikian, genangan air yang menggenangi candi perwara tersebut aku manfaatkan untuk mempercantik foto-foto Candi Morangan.

 

Foto relief yang tergenang di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Genangan air mulai meninggi, relief-reliefnya minta diselamatkan itu.

 

Candi Hindu di Lereng Merapi

Candi Morangan merupakan candi Hindu. Bukti penguatnya ada banyak. Misalnya saja arca nandi dan yoni yang tersebar di mana-mana.

 

Foto wujud yoni induk Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Yoni induk Candi Morangan. Lingga dan juga ornamen kepala naga dan kura-kuranya lenyap.

 

Foto wujud yoni perwara di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Yoni yang kemungkinan dahulu menempati salah satu bilik candi perwara.

 

Foto arca nandi yang ada di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Arca nandi yang kepalanya sudah hilang.

 

Foto lapik arca di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Semacam tempat untuk meletakkan arca kah?

 

Berdasarkan posisi bangunan-bangunan yang tidak lagi utuh, diduga Candi Morangan terdiri dari satu bangunan candi induk yang didampingi oleh tiga candi perwara. Dari bangunan candi perwara yang menghadap ke arah timur, bisa ditarik kesimpulan bahwa bangunan candi induk memiliki pintu masuk yang menghadap ke arah barat.

 

Foto satu-satunya candi perwara yang tersisa di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Satu-satunya candi perwara yang tersisa di situs Candi Morangan.

 

Sayang, bangunan Candi Morangan yang tersisa hanyalah satu bangunan candi perwara. Itu pun tergenang air. Dua bangunan candi perwara lainnya lenyap tak bersisa. Sedangkan bangunan candi induknya sendiri diselamatkan dengan dipindah ke tempat yang lebih tinggi untuk kemudian disusun ulang.

 

Foto rekonstruksi bangunan candi induk di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Bangunan candi induk dipindah posisi ke tempat yang lebih tinggi.

 

Candi Morangan adalah candi yang kaya relief, baik di bangunan candi perwara maupun di bangunan candi induk. Ada relief yang berwujud orang. Ada pula relief yang berwujud binatang. Relief-relief yang beraneka-ragam ini sedikit banyak mengingatkanku pada Candi Gampingan. Panel-panel relief ini diperkirakan merupakan bagian dari cerita Tantri Kamandaka tentang seekor harimau yang tertipu oleh kambing. Uniknya, cerita Tantri Kamandaka ini berasal dari ajaran Buddha.

 

Foto relief sulur tanaman di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Relief sulur tanaman yang umum menghiasi candi-candi.

 

Foto relief tikus di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Relief tikus yang mirip dengan relief tikus di Candi Gampingan

 

Foto relief Kancil di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Aku sih menduganya ini adalah relief kancil atau kambing. Sayang bagian kepalanya hilang.

 

Foto panel gajah di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Panel orang yang menunggangi gajah. Posisi panelnya terbalik dan ada bagian yang hilang.

 

Foto relief wanita menunggang gajah di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Di zaman dahulu, gajah hanya dimiliki oleh kerajaan dan tidak sembarang orang boleh menungganginya.
Lantas, wanita-wanita ini siapa ya?

 

Foto relief tiga orang resi di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Relief yang menggambarkan 3 orang resi yang membawa pustaka (kitab suci) dan uptala (teratai biru).

 

Foto relief gana di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Relief Gana yang menyangga relief ayam jantan.

 

Foto relief sesaji bunga di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Relief 2 laki-laki mengapit tumpukan sesaji bunga.

 

Foto relief potongan kaki di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Kira-kira siapa yang memiliki kaki ini ya?

 

Koleksi arca di Candi Morangan juga nggak kalah banyak. Yang menarik adalah arca-arca yang ada di Candi Morangan ini sebagian besar berupa arca Siwa. Kami sendiri tidak menemui adanya arca Ganesha dan Durga.

 

Foto arca Siwa di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Gaya arca Siwa yang hanya ada di Candi Morangan.

 

Foto relief Agastya di Candi Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Yogyakarta di tahun 2009
Relief Agastya yang ada di Candi Morangan.

 

Dari penuturan Pak Kasida, sampai sekarang belum pernah terjadi kasus adanya arca Candi Morangan yang hilang. Adapun rencana pemugaran Candi Morangan belum akan dilaksanakan dalam waktu dekat karena keterbatasan dana.

 

Pak Kasida juga bercerita bahwa Candi Morangan ini sudah diketahui keberadaannya semenjak beliau kecil. Menurut referensi dari internet, keberadaan Candi Morangan sudah diketahui semenjak masa penjajahan Belanda. Kemudian, pada tahun 1982 pihak BP3 Yogyakarta melakukan ekskavasi di Candi Morangan. Hasil ekskavasi tersebut adalah yang saat ini bisa kita saksikan.

 


 

Cukup senang mendengar bahwa setidaknya Candi Morangan ini masih tepelihara. Walaupun ya... kok masih ada air yang menggenangi saat diguyur hujan. Tapi, untunglah genangan air tersebut tidak utuh merendam candi seperti yang terjadi pada Candi Kedulan.

 

Pembaca sudah pernah ke Candi Morangan?


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • YAYAN
    avatar komentator ke-0
    YAYAN #Selasa, 17 Nov 2015, 13:23 WIB
    Barusan habis kesitu. Ternyata candi induknya
    sebagian masih terkubur dibawah jalan aspal pas
    pertigaan itu kata bapak penjaganya. Gimana
    kelanjutannya ya kira2 ?
    ya... kalau mau dilanjutkan ekskavasinya ya terpaksa jalannya dibongkar toh?
  • TOPEL
    avatar komentator ke-1
    TOPEL #Selasa, 20 Sep 2011, 19:11 WIB
    ternyata desaku termasuk sejarah juga,,,,
    tapi pemerintah tak memperhatikan akan hal ini,,,
    mengapa pemerintanh tak mencoba tuk membangunya kembali...?
    dananya ndak ada Kang...
  • RITA NURHAYATI
    avatar komentator ke-2
    RITA NURHAYATI #Senin, 15 Ags 2011, 10:42 WIB
    AMIN :p
    Amin...
  • RITA NURHAYATI
    avatar komentator ke-3
    RITA NURHAYATI #Jumat, 12 Ags 2011, 08:59 WIB
    bagus tulisannya, perjalanan menyenangkan..jadi tahu candi-candi...
    kalau aku mau kesana jauh banget,, :(
    saya doakan mbak Rita suatu saat bisa berkunjung ke sana...
  • EDI KUSWOYO
    avatar komentator ke-4
    EDI KUSWOYO #Minggu, 6 Jun 2010, 22:10 WIB
    lah itu desa tempat aku lahir.
    Tp udah lama aku gag liat desaku tercinta dari rumahku ke candi cuman 400mter coz rumah ku paling utara.
    Mas kok kemarin gak mampir ke rumah ku.he,he
    wah saya ndak ngerti rumah sampeyan, nantilah mampir kalau sampeyan di rumah :)
  • GALY_HARDYTA
    avatar komentator ke-5
    GALY_HARDYTA #Minggu, 13 Des 2009, 18:21 WIB
    mas, ke candi morangan lewat UII bisa ga??

    katanya di UII di temukan candi, jdi bsa skalian mampir..
    Bisa mas, lewat Jl. Kaliurang nanti mampir dulu di UII (Km 14) setelah itu lanjut lagi jalan lagi. Sampai pertigaan Pakem (Km 16) ikuti jalan ke arah Solo.
  • WISNU
    avatar komentator ke-6
    WISNU #Senin, 7 Sep 2009, 11:37 WIB
    kalo datang pas kemarau, airnya pasti surut. aku dah ngebuktiin.

    Di Sleman, ada candi Kadisoka, trus situs Cebongan,... Dah ke sana belum?
    Justru ironisnya itu pas musim hujan datang, jadi tergenang gitu, wah...naas sekali...
  • HALIM
    avatar komentator ke-7
    HALIM #Jumat, 28 Ags 2009, 22:29 WIB
    dulu candinya terendam juga ya?? kaya candi losari itu?
    Kalau musim hujan aja mas, soalnya candinya itu ada dibawah permukaan tanah sekitarnya dan tanah di sekeliling candi ndak menyerap air.
  • RARA
    avatar komentator ke-8
    RARA #Rabu, 18 Mar 2009, 06:27 WIB
    Mnrt ank arkeo, utk mlakukan ekskavasi, mrk perlu beli/sewa tanah. Ironisnya, kalaupun mereka menemukan peninggalan, setelah diteliti, ditandai lokasi, menunggu kelanjutan dr pemerintah. Dana...dana
    Semua terkendala masalah dana ya? Wah kalau begini bisa-bisa ndak diurus-urus donk.
  • PEIN
    avatar komentator ke-9
    PEIN #Jumat, 13 Mar 2009, 19:38 WIB
    Kecebongnya kok ga keliatan di Foto, btw ok jg nih artikel, sayang lagi2 masalah klasik mengenai dana menjadi hambatan dalam pengembangan daerah wisata yang potensial ini. Keep Exploring. Two thumbs up deh.................
    kecebongnya emang nggak fokus kok difoto, terlalu kecil, he3
  • KOMIKB4
    avatar komentator ke-10
    KOMIKB4 #Jumat, 13 Mar 2009, 07:53 WIB
    akhirnya ada juga yang nulis candi morangan. BTW kenapa g direstorasi ya candi2 kecil...kan banyak sarjana arkeologi.
    mungkin karena dana yang terbatas, tapi aku juga ndak begitu tahu kemana larinya sarjana arkeologi kita.