Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Sabtu, 6 Desember 2008, 07:19 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Minggu pertama di bulan Desember tahun 2008 ini diwarnai oleh cerahnya cuaca Kota Yogyakarta. Bahkan saking cerahnya, di pagi hari Gunung Merapi dan Gunung Merbabu bisa terlihat jelas dari Tugu Pal Putih dengan mata telanjang.

 

Nah, memanfaatkan momen langka di musim hujan ini, aku dan Andreas kembali meluncur mencari candi-candi yang tersebar di Yogyakarta. Di hari Jum'at pagi (5/12/2008) itu, lokasi candi sasaran kami agak jauh dari Prambanan dan Jl. Raya Yogyakarta – Solo. Sebab, lokasi candi yang kami incar ada di Kabupaten Bantul.

 

Saatnya kita menjelajah Bantul Pembaca!

 

Bila menyebut nama Kabupaten Bantul, yang pertama kali terbayang mungkin ya suasana porak-poranda akibat terjangan gempa bumi di tahun 2006 silam. Bila mengingat-ingat peninggalan bersejarah di Bantul, paling yang terbayang adalah bekas keraton Mataram di Pleret.

 

Tapi siapa sangka, bahwa di Dusun Gampingan, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta ada peninggalan bersejarah yang berwujud candi. Candi ini disebut-disebut memiliki relief yang tidak kalah cantik dari candi-candi lain di Yogyakarta. Sesuai nama dusun tempatnya berada, nama candi ini adalah Candi Gampingan.

 

Rute Tanpa Nyasar ke Candi Gampingan

Seperti adegan petualangan kami pada umumnya, perjalanan menuju ke Candi Gampingan sempat dimeriahkan oleh adegan nyasar (berkali-kali) . Tapi setelah dipikir-pikir, ternyata rute jalan menuju ke Candi Gampingan tergolong mudah dan relatif dekat.

 

Pertama-tama, kami melintasi Jl. Raya Yogyakarta – Wonosari sampai di km 10. Kemudian di km 10 ini kami berjumpa dengan perempatan yang dijaga lampu lalu lintas. Di sana, kami berbelok ke kanan (arah selatan) dan terus menyusuri jalan hingga kami bertemu dengan papan petunjuk TK ABA di sisi kanan jalan. Perlu diperhatikan, semenjak berbelok dari lampu lalu lintas sudah masuk wilayah Desa Sitimulyo.

 

Selanjutnya, kami hanya tinggal mengikuti jalan yang ditunjuk papan penunjuk jalan tersebut hingga kami sampai di Dusun Gampingan. Kalau masih bingung, tanya saja warga setempat, di mana persisnya letak SD Negeri Gampingan.

 

Nah, hanya beberapa meter sebelum SD Gampingan, kami melihat “tanda” berupa papan peringatan berwarna putih yang berdiri tegak di tengah sawah. Sesuai apa yang dirasakan "insting batu" kami, di sanalah Candi Gampingan berada.

 

Foto papan petunjuk ke Candi Gampingan, Piyungan, Bantul tahun 2008
Euh, sebenarnya nggak putih juga sih warnanya.

 

Oh iya, akses jalan menuju Candi Gampingan cukup nyaman dilewati baik bagi kendaraan roda dua maupun roda empat.

 

Candi Buddha di Tengah Sawah

Penampakan situs Candi Gampingan yang berada di tengah hamparan sawah dan dikelilingi rumah penduduk sedikit banyak mengingatkan aku pada suasana di Candi Karangnongko dan Candi Kalasan. Tapi kalau dipikir-pikir sih lebih mirip dengan Candi Sambisari karena posisi candi lebih rendah dari permukaan tanah di sekitarnya. Dugaan kami, Candi Gampingan ini dahulunya terkubur di bawah tanah akibat tertimbun endapan dari letusan gunung Merapi.

 

Sayang, di sekitar candi tidak terdapat papan informasi dan juga pos jaga juru kunci. Jadi, untuk menggali informasi lebih jauh tentang Candi Gampingan, aku merujuk ke beberapa referensi di internet.

 

Foto tampak muka Candi Gampingan, Piyungan, Bantul tahun 2008
Candi Gampingan yang hanya menyisakan bagian dasarnya saja.

 

Upaya penyelamatan Candi Gampingan tercatat sudah tiga kali dilakukan, yaitu pada tahun 1995, 1996, dan 1997. Dari usaha penyelamatan tersebut, situs Candi Gampingan diketahui memiliki 7 buah bangunan yang tidak lagi utuh. Sedangkan saat ini sendiri hanya bisa disaksikan 3 bangunan dengan jelas. Satu di antaranya diduga kuat merupakan candi induk.

 

Foto candi kecil di situs Candi Gampingan, Piyungan, Bantul tahun 2008
Apakah ini dahulunya bangunan candi perwara ya?

 

Dalam candi induk pernah ditemukan arca Buddha Vairocanna, Arca Jambhala dan Arca Candralokesvara. Namun arca-arca tersebut tidak kami temukan di situs Candi Gampingan. Besar kemungkinan sih sudah diselamatkan ke tempat lain.

 

Nah, dari arca-araca yang pernah ditemukan itu diduga Candi Gampingan merupakan candi Buddha yang khusus diperuntukkan menyembah Dewa Jambhala yang notabene dewa rejeki. Dari arsitekturnya, Candi Gampingan diduga dibangun pada abad ke-9 Masehi.

 

Relief Hewan di Kaki Candi

Apa yang saat ini tersisa dari bangunan candi induk di Candi Gampingan hanyalah bagian kaki candi setinggi 1,2 meter. Bangunan candi induk ini memiliki tangga masuk yang menghadap ke arah timur.

 

Di bagian kaki bangunan candi induk terukir sejumlah relief binatang yang didominasi relief burung dan relief katak. Total ada 9 panel relief yang menghiasi bagian kaki candi.

 

Foto relief katak situs Candi Gampingan, Piyungan, Bantul tahun 2008
Relief katak yang sepertinya mereka sedang bercengkrama.

 

Relief burung erat kaitannya dengan keyakinan di zaman lampau bahwa burung adalah perwujudan dari para dewa serta pembawa pesan dari nirwana. Sedangkan relief katak sendiri berkaitan dengan keyakinan bahwa katak merupakan hewan gaib yang dapat mendatangkan hujan.

 

Foto relief burung bangau situs Candi Gampingan, Piyungan, Bantul tahun 2008
Relief burung bangau yang sedang mengigit untaian bunga.

 

Terkait dengan hal tersebut, di tengah candi terdapat sebuah lubang sumur yang berisi air. Aku tidak tahu apakah keberadaan lubang berisi air di dalam bangunan induk candi merupakan kebetulan belaka karena saat ini Yogyakarta sedang mengalami musim hujan.

 

Akan tetapi, Andreas bersikeras dengan pendapatnya bahwa bangunan candi induk itu memang memiliki sumur sebagai tempat pemujaan layaknya Candi Lumbung di Magelang. Sayangnya, nggak ada keterangan rinci mengenai hal ini. Juga, apakah relief-relief tersebut menggambarkan suatu cerita binatang seperti yang ada di Candi Sojiwan dan Candi Mendut.

 

Foto lubang sumur situs Candi Gampingan, Piyungan, Bantul tahun 2008
Lubang sumur di Candi Gampingan yang berisi air. Sepertinya sih dangkal. Apa hanya genangan air ya?

 

Penggalian Candi yang Terancam

Selang beberapa saat semenjak kami mengobservasi Candi Gampingan, datanglah seorang bapak yang merupakan juru kunci candi. Dari bapak tersebut (lupa tanya namanya siapa ) kami memperoleh informasi tentang suatu bangunan candi yang sedang digali dan berada tidak jauh dari situs Candi Gampingan.

 

Foto candi sedang digali di situs Candi Gampingan, Piyungan, Bantul tahun 2008
Bangunan candi yang sedang digali terancam dikubur lagi. Sedih.

 

Sayang, bangunan candi yang berada di sawah milik warga tersebut rencananya akan ditpendam kembali. Alasannya sederhana, karena sewa sawah untuk penggalian bangunan candi tersebut sudah habis. Duh! Benar-benar tindakan yang patut disayangkan.

 

Selain itu, ketinggian permukaan situs Candi Gampingan yang lebih rendah dari permukaan tanah di sekitarnya mengakibatkan situs ini terendam air jika hujan deras tiba. Sepertinya BP3 harus cepat menanggapi hal ini dengan membangun saluran drainase yang baik. Perhatian pemeliharaan benda-benda purbakala di negeri ini sepertinya masih setengah-setengah.

 

 

Saat kami hendak pulang, kami berencana memberi sedikit rejeki kepada bapak juru kunci. Akan tetapi, beliau menolak dengan halus.

 

Tatkala sepeda motor perlahan melaju meninggalkan situs Candi Gampingan, sekilas aku menengok ke belakang dan memperhatikan beliau sedang tengah duduk membaca buku seusai menyiangi rumput yang tumbuh di sela-sela batuan candi. Ah, andai kami bisa tanpa pamrih menjaga pusaka bangsa ini seperti beliau....


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • SUJARWO
    avatar komentator ke-0
    SUJARWO #Selasa, 22 Ags 2017, 23:34 WIB
    Candi lumbung bukannya di kawasan sekitaran Prambanan ya mas?
    Candi Lumbung ada di kompleks Taman Wisata Candi Prambanan juga ada di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
  • NAJLA
    avatar komentator ke-1
    NAJLA #Selasa, 4 Okt 2016, 00:13 WIB
    Baru dengan nama candi ini. Ternyata banyak juga candi di Indonesia.
    Iya, candi-candi di Indonesia itu banyak lho!
  • RATIH
    avatar komentator ke-2
    RATIH #Selasa, 13 Sep 2016, 11:56 WIB
    Ini candi letaknya di belakang SD aku (SD Cepoko Jajar 1). Dan, dulu sering sekali setiap jam istirahat, duduk-duduk santai di situ rame-rame.

    Tempatnya enak, adem dan berangin. Dulu pernah ngalamin hal aneh juga sih di situ. Mungkin penunggunya kesel kali ya, nggak kita bagi bekal makan siang. Hehe..

    Btw, suka deh sama isi blognya. ^^
    Wah, asyik ya di belakang SD ada candi jadi setiap jam istirahat bisa main ke candi. :D

    Weh, hal aneh apa itu? Penunggu di sana sedang gemas barangkali sama kelakuannya anak-anak SD, hehehe.

    Terima kasih juga sudah mampir ke blog ini Mbak. :D
  • TIAN NURYANTO
    avatar komentator ke-3
    TIAN NURYANTO #Rabu, 25 Mei 2011, 13:01 WIB
    dr koran yg pernah saya baca,pemerintah sdh menggunakan satelit dan
    hasilnya memang banyak candi dijawa tengah dan diy yg msh terkubur
    mgkin karena letusan merapi thn 1006. lagi2 masalah dana shg
    pemerintah belum bisa menggali seluruhnya. sdh ke jawa barat blm mas?
    apa dsana msh ada candi?
    di Jawa Barat sudah, terutama ke Karawang (Batujaya), Cangkuang (Garut), dan Bojongmenje
  • PEIN
    avatar komentator ke-4
    PEIN #Minggu, 6 Jun 2010, 18:43 WIB
    Wah, ga ada angkot !!
    Angkot paling deket dari sini diturunin dimana tho ?
    Ada idekah ?!
    Tak ada angkot...
  • PEIN
    avatar komentator ke-5
    PEIN #Kamis, 3 Jun 2010, 10:00 WIB
    Kya....kya.....:D
    Pengen ke sini,
    ga ada angkot ya bang :(
    sayangnya ndak ada angkot
  • ANNOSMILE
    avatar komentator ke-6
    ANNOSMILE #Rabu, 21 Apr 2010, 11:11 WIB
    urung tau mrene ki..
    mesti gak ada penunjuk arahnya..
    kok aku baru tau di daerah jalan wonosari ada candi
    Hahahaha, emang ndak ada petunjuk arahnya. Eh, tapi panduan kesana ada di artikelku kan? :D
  • PENIKMAT CANDI
    avatar komentator ke-7
    PENIKMAT CANDI #Jumat, 9 Okt 2009, 20:14 WIB
    maaf neh bos.....mw koment tentang rute ke gampingan......sebenarnya utk rute awal benar adanya...tp nanti pas ketemu kanan jalan ada tugu pas di seberang jalan ada tulisan MAN 1 PIYUNGAN belok kanan terus ngikutin jalan ntar ketemu pertigaan ada papan nama desa dare semen belok kakan lagi ikutin jalan itu setelah itu akan ketemu pertigaan lagi belok kanan ngelewati TK RAIHAN dan terus ngelewati gapuro desa ada SD cepokojajar terus saja ndak 50 m tengok kanan jalan ada papan nama CANDI TERSEBUT..dan utk papan nama TK ABA sudah ndak ada....dua pondasi di sebelah candi induk itu pasti candi perwara klo di liat dare bentuk fondadinya...dan candi utama itu pasti tempat pemujaan dan pengambilan air suci utk pemujaan....jika itu benar adalah sumur...sdangkan candi yang diluar area itu kemungkinan candi lage yang tertimbun tanah dan persis sama dengan candi induk gampingan....trima kasih
    Oke mas, trims buat info jalannya yang lebih rinci ini!
  • SAMSUL ARIFIN
    avatar komentator ke-8
    SAMSUL ARIFIN #Rabu, 10 Des 2008, 04:33 WIB
    eh, mbok kamu ikut membantu para peneliti sejarah INDONESIA dalam menentukan letak pusat kerajaan majapahit, wis.
    sampai sekarang kan masih diperdebatkan kalau ga salah.
    pusatnya diduga ada di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur kan? lihat di Internet Pin. Yg masih dalam perdebatan tu letak pusat kerajaan Mataram Kuna.
  • SAMSUL ARIFIN
    avatar komentator ke-9
    SAMSUL ARIFIN #Selasa, 9 Des 2008, 04:45 WIB
    berusahalah untuk selalu menjadi orang baik wis, karena sudah terlalu banyak orang yang jahat.
    komenmu nggak nyambung sama judul artikelnya, kamu nyambung komennya Winky
  • WINKY
    avatar komentator ke-10
    WINKY #Minggu, 7 Des 2008, 17:50 WIB
    Masih berapa candi lagi wis yg akan kau \"gali\" ??? lanjutkan perjuanganmu ya :D

    Moral Cerita: masih banyak orang baik di jaman sekarang ini, jadi jangan takut hidup menjadi orang baik dan terus berbuat kebaikan walau kondisi sesulit apapun :D (refers to penjaga candi)
    kau tanya berapa candi yg mau aku \"gali\". Jawabannya, banyak! Minimal ada 9 candi lagi. 5 di Magelang, 2 di Karanganyar, dan 2 di Jogjakarta. Selain itu kalau aku masih \"kurang kerjaan\" bisa saja aku merambah ke Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Jadi orang baik itu susah ya? He.