Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Selasa, 18 Juni 2019, 07:46 WIB

Di seberang Kantor Kecamatan Samigaluh berdiri monumen unik yang mengundang tanda tanya. Sepintas, bentuk monumen ini mirip seperti bom nuklir Fat Man yang meluluhlantakkan Kota Nagasaki pada 9 Agustus 1949.

 

Heee... jadi dulu Samigaluh juga pernah kejatuhan bom nuklir kah?

 

Ya nggak lah! Seumur-umur Samigaluh nggak pernah kejatuhan bom atom!

 

sejarah kantor kecamatan samigaluh kulon progo

 

Tapi, dahulu kala di Samigaluh pernah terjadi peristiwa yang berhubungan dengan bom. Persisnya pada masa Agresi Militer Belanda II.

 

Sekilas Agresi Militer Belanda II

Jadi ceritanya, pada 17 Agustus 1945 kan bangsa kita memproklamirkan kemerdekaan. Tapi sayangnya, Belanda nggak mengakui kemerdekaan itu.

 

“Lha ini ngapain kalian koar-koar sudah merdeka? Ente masih masuk wilayah koloni ane oi!”

 

“Ya tolong dimaklumi lah. Pas Perang Dunia II wilayah kalian memang nggak kami urus. Lha, gimana mau ngurus? Wong pas waktu itu negara kami sedang repot-repot perang melawan Nazi Jerman! Jadi ya, wajar toh kalau kemudian Jepang ganti menduduki negara kalian.”

 

“Nah, sekarang kan Perang Dunia II sudah selesai. Ya, balik lagi dong kalian jadi koloni kami. Tapi, kok setelah kami tinggal pergi sebentar kalian malah memproklamirkan kemerdekaan!? Ngawur ente! Ente itu masih Dutch East Indies! Hindia Belanda!”  

 

Kira-kira, mungkin begitu ungkapan hati Belanda ketika tahu Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.

 

foto lawas para pejuang indonesia menduduki yogyakarta selama 6 jam pada serangan umum satu maret 1949
Para pejuang Indonesia pada Serangan Umum 1 Maret 1949.
Foto dari Nationaal Archief.

 

Alhasil, Indonesia dengan Belanda berseteru lagi deh. Tembak-tembakan lagi deh. Perang-perangan lagi deh.

 

Setelah sekian lama perang-perangan, pada 17 Januari 1948 Indonesia dan Belanda menyepakati Persetujuan Renville. Isi dari Persetujuan Renville ini sebetulnya lumayan merugikan Indonesia. Tapi ya mau bagaimana lagi daripada setiap hari harus perang sama Belanda? Kasihan kan rakyat nggak bisa hidup tenang.

 

Eh, nggak tahunya pada Desember 1948, Belanda menyatakan nggak lagi tunduk pada Persetujuan Renville! #doh

 

Sebab musabab keputusan Belanda itu masih kurang jelas dan simpang siur. Tapi, karena itulah Belanda lalu menyerbu ibukota Indonesia yang pada waktu itu bertempat di Yogyakarta. Peristiwa penyerbuan Belanda ini dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II atau clash II.

 

Weh, panjang juga ya cerita pendahuluannya...

 

Serangan Agresi Militer Belanda II

Jadi, semenjak Agresi Militer Belanda ke-2 (Desember 1948) sampai disepakatinya Perjanjian Roem-Roijen (Mei 1949), Indonesia dan Belanda perang-perangan lagi. Salah satu peristiwa bersejarah yang cukup terkenal adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 ketika pihak TNI berhasil menguasai Kota Jogja selama 6 jam.

 

Nah, salah satu basis perlawanan rakyat Jogja terhadap Belanda berada di Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo. Lokasi Samigaluh yang terletak di Perbukitan Menoreh dan dikelilingi hutan lebat sangat ideal sebagai markas para pejuang.

 

bentuk kondisi monumen bom samigaluh pada tahun 2015
Desember 2015.

 

Pada awal Maret 1949, sejumlah anggota Detasemen Polisi Pamong Projo (DP3) Samigaluh ingin ikut berjuang melawan Belanda. Tapi, mereka masih buta perihal tata cara berperang yang baik dan benar #eh. Jadi, mereka bermaksud menimba ilmu dahulu dari para pejuang berpengalaman yang bermukim di Samigaluh.

 

Rencananya, “kuliah” perang ini bakal berlangsung pada 7 – 9 Maret 1949. Tempatnya di rumah R. Ngabehi Somohamijoyo, salah seorang anggota DP3 Samigaluh.

 

Eeeh… ndilalah belum ada sehari belajar, mereka ditimpa kemalangan. Sekitar pukul 3 sore lewatlah pesawat-pesawat Belanda di langit Samigaluh. Rentetan tembakan senapan otomatis plus hujanan bom membuat pelosok desa yang sepi itu menjadi chaos.

 

plakat monumen bom samigaluh berlumut pada tahun 2015
Desember 2015.

plakat monumen bom samigaluh bersih pada tahun 2019
Januari 2019.

 

Alhasil, hancurlah sudah itu rumah R. Ngabehi Somohamijoyo. Para pejuang pun kocar-kacir. Mereka nggak melakukan perlawanan balik karena nggak punya senjata.

 

Beruntunglah kurang dari satu jam kemudian hujan turun. Pesawat-pesawat Belanda berhenti menyerang dan meninggalkan wilayah Samigaluh.

 

Serangan udara Belanda di Samigaluh pada sore hari itu merenggut banyak nyawa. Selain warga sipil, serangan itu turut menewaskan 7 orang anggota DP3 Samigaluh.

 

Nah, untuk memberikan penghargaan sekaligus mengenang peristiwa duka ini, didirikanlah monumen di seberang Kantor Kecamatan Samigaluh. Lokasi tempat monumen berdiri mungkin adalah bekas rumah R. Ngabehi Somohamijoyo yang hancur.

 

Sumber:

 

https://kulonprogonews.wordpress.com/2010/11/10/tujuh-pahlawan-samigaluh-tujuh-maret-1949/

 

kondisi terkini monumen bom samigaluh
Januari 2019.

 

Itulah, sejarah monumen bom yang ada di seberang Kantor Kecamatan Samigaluh. Semoga kita nggak pernah perang lagi dan nggak perlu merasakan ngerinya dihujani bom dari pesawat. Semoga pula seluruh arwah korban penyerangan itu mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin.

 

Oh iya, satu lagi.

 

Yang namanya berjuang itu selalu ada resikonya, dan yang namanya resiko itu ya selalu nggak enak.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • DESA WISATA TINALAH
    avatar komentator ke-0
    DESA WISATA TINALAH #Kamis, 23 Jul 2020, 14:54 WIB
    Lokasi ini dekat dengan tempat kami di Desa
    Wisata Tinalah, kira kira 5 km.
  • SIDIQ NURROHMAN HADI
    avatar komentator ke-1
    SIDIQ NURROHMAN HADI #Kamis, 23 Jul 2020, 11:08 WIB
    Rumah mbah Somahaidjoyo itu tepatnya di
    sebelah kanan atas kantor kecamatan, dulu
    pendoponya untuk TK Pertiwi, sekarang
    sudah ambruk.
  • TRIANTO
    avatar komentator ke-2
    TRIANTO #Kamis, 25 Jun 2020, 04:27 WIB
    dan sewaktu kecil saya sering pergi mancing di kalen (sungai) dan berjumpa dengan beliau
    mbah suto (berpapasan) di jalan yang sedan menaiki kudanya atau melihatnya sedang di
    sawah,
  • TRIANTO
    avatar komentator ke-3
    TRIANTO #Kamis, 25 Jun 2020, 04:18 WIB
    dari cerita bapak -bapak ,betul sekali ,menurut cerita mbah dan bapak saya, kebetulan
    salah satu pejuangnya namanya mbah suto,rumahnya di desa kebon harjo berjarak
    kurang lebih 1,5 km dari rumah kelahiranku (gowok/mbendo keblek) ,beliau kakinya putus
    dan sampai pada wafatnya selalu menaiki kuda jika bepergian.termasuk dalam keadaan
    cacat beliau masih rajin ke sawah untuk mencangkul. selamat jalan mbah suto dan para
    pejuang lainya....
  • EKO ARIO WIBOWO
    avatar komentator ke-4
    EKO ARIO WIBOWO #Kamis, 12 Sep 2019, 10:25 WIB
    wah jadi inget cerita mendiang Bapak.... pada waktu itu mbah Putri sama bulik aq jadi
    korban jatuhnya bom tersebut.....
  • PANCAPANA
    avatar komentator ke-5
    PANCAPANA #Kamis, 29 Ags 2019, 09:06 WIB
    Bagus, akan kami ingat.... Apa ada sejarah
    lain sebelum jaman penjajahan Belanda ?